KETIKA AKU MEMUTUSKAN
BERHIJAB SYAR’I
Cerita ini bermula ketika aku SMP.. Awal aku berjilbab.
Niat ku untuk menutup aurat itu sudah ku proklamirkan ketika aku SD ketika itu
aku duduk di kelas 5SD. Tapi kata-kata waktu itu hanya menjadi ungkapan tanpa
aku merealisasikan. Memang, waktu itu aku belum sepenuhnya menutup auratku
dengan mengenakan hijab. Tapi sedikit demi sedikit cara berpakaianku berubah.
Baju-bajuku mulai di dominasi dengan lengan panjang. Semua rata-rata buatan
bapak. Maklum, aku anak seorang tukang jahit. Tak heran jika bajuku beliau lah
yang membuatkannya Sampai
suatu ketika aku masuk SMP. Pertama kali aku menginjakkan kakiku di tempat itu.
Kepalaku masih telanjang tanpa hijab. Tapi pakaianku tetap menutupi auratku.
Hari pertama pun selesai, pendaftaran hari kedua bapak menyuruhku untuk
berhijab. Aku dengan senang hati berhijab. Tapi Astagfirullah, hari itu kurasa
sangat panas rasa ingin membuka jilbab pun muncul. Entahlah dengan mudahnya
panas waktu itu menggoyahkan niatku. Tapi akhirya aku mampu tetap beehijab
hingga lulus SMP.
3 Tahun di SMP membuatku tumbuh menjadi wanita berhijab .
Tapi memang tak bisa di pungkiri. Berhijabku waktu itu hanya sekedar formalitas
mungkin. Tak ku dapati hatiku nyaman aku hanya berfikir itu tuntutan orang tua
saja. Hal itu lah yang membuatku bongkar pasang hilbabku. Di social media entah
berapa banyak aku upload foto-foto tanpa hijab. Memang Ratusan orang yang
menyukai albumku. Tapi bayangkan saja, aku berhijab di dunia nyata dan tak
berhijab di dunia maya(?) Astagfirullah ;”( 3 Tahun aku di SMP dan selama itu
pula aku berhijab jauh dari kata syar’i.
Singkat cerita, Aku mulai memasuki SMK. Aku tetap sama menjadi seorang yang berhijab. Tapi lagi-lagi jauh dari kata syar’i. YaAllah semakin masuk pada jurang dosa yang sangat jauuuh ;(. Pagi itu aku pergi sekolah dengan hijab yang sama berbahankan tipis, tak meutupi dada, dan yang pasti tembus pandang. Sampai akhirnya aku terjebak perdebatan kecil dengan bapak
“Ry, kamu sudah baligh loh. Kenaapa sih hijab kamu masih yang seperti itu ? Engga malu ya Ry? Tau gak sih kalau hijab seperti yang kamu pakai itu di kampung untuk meres tahu loh” Tanya bapak. Ku dapati mata bapak menelusuri bentuk jilbabku hinga akhirnya ia berangsur melepaskan titik fokusnya. “Sukur-sukur ary pake hijab dari pada engga sama sekali!!” kataku dengan nada ketus “Ary bisa kok pakai hijab kayak ibu yang panjang dan menutupi dada. Tapi engga sekarang. Ary masih SMA dan malu pak pakai begituan. Disangka mau dating pengajian kali begitu. Dih.. Yaudah kalau emang bapak mau ya bapak aja yg pakai engga usah maksa-maksa ary” Tambahku berlalu pergi. Aku tak menghiraukan keadaan setelah itu. Tapi ku berpaling sebentar. Kudapati wajah keduanya berkerut langkah kakiku senada dengan kekecewaan yang bapak dan ibu rasakan akan perkataanku tadi. Sungguh waktu itu aku sangat yakin bahwa kuliah ku aku masih bisa diberikan nikmat hidup dan islam.
Mulai dari 1 SMP hingga 2 SMK pertengahan semester. Aku selalu terjebak pada berdebatan-berdebatan kecil dengan bapak. Selalu terlontar kata-kata yang membuatnya terluka dan kecewa. Entah seberapa banyak dosa ku setiap harinya karena berdebatan-berdebatan itu. Pertengahan bulan Maret Tahun ini. Aku mulai mempelajari apa-apa yang di wajibkan akan wanita muslin yang telah baligh. Salah satunya berhijab. Astagfirullah. Hijabku ternyata salah besar. Aku cenderung mengikuti mode. Kerap kali aku memakai celana jins, dan hijabku ku rasa hanya sebagai penutup kepala. Suatu ketika aku mulai membaca satu akun social media yang berisikan tentang hijab syar’i. Mulai dari situ ada getaran sedikit untuk makin mempelajari apa itu hijab syar’i.
Hari berikutnya, aku mulai mengubah sedikit demi sedikit
hijab modeku dengan hijab panjang menutupi dada terulur dan tak tembus pandang.
Mulai ku tekatkkan untuk behijab dengan benar. Aku meminimize uang jajanku
untuk membeli pulsa dan akhirnya aku alokasikan untuk membeli pakaian yang bisa
di katakan syar’i. Alhamdulillah sampai saat ini aku masih melanjutkan niatku
itu. Aku membuat tempatdan kutulisi “Uang
untuk membeli hijab. Jangan di belikan pulsa yah :D” Tak selang beberapa
lama ayahku pun mulai sadar akan perubahanku. Ia senang dan tampak bahagia
wajahnya kala itu. “Tak ada yang tau kapan masa kontrak hidup ku habis. Jika ada niat baik
kenapa harus di undur esok? Sekarang tertawa sedetik kemudian meninggal.
Namanya juga hidup. Jika bukan aku siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi
?” Fikirku dalam hati.
Perubahan kudapati. Aku lebih di hargai di
hormati dan orang menyeganiku akan hijabku. Tapi tak sedikit pula yang
menjatuhkan mentalku “KUNO” “Seperti anak pesantren” “Seperti ibu-ibu” atau
tatapan-tatapan menghakimiku sudah ku temui. Tapi insyaAllah aku teteap
istiqomah pada hijab syar’I ku J Dengan
hijab seperti ini pun aku bisa melakukan aktifitasku tanpa ada yang menghalang.
Wanita berhijab syar’i bukan karena mereka kuno. Tapi mereka sadar Allah saja
melindungi mereka dengan menutup secara sempurna ? Kenapa mereka tidak ? Ini
bukan tentang aku yang benar dan kamu yang salah. Ini tentang kita yang
sama-sama belajar berhijab secara sempurna :D
Syukron J
HIJAB IS NOT MY HAIRSTYLE
REPLACEMENT :D
HIJAB IS NOT PUZZLE!
HIJAB ? CHOOSE SYAR’I NOT MODERN
HIJAB :D
BECAUSE
ISLAM teaches how to “C-O-V-ER” not “W-R-A-P” your aurat
ISLAM teaches how to “C-O-V-ER” not “W-R-A-P” your aurat
With Love
@Wulanarya