♫♬

Thursday, March 27, 2014

Puisi - Antara Aku dan Kau

Antara Aku dan Kau
(Wulan Ary Arviati)
-Perpisahan-

Hujan mengingatkan aku tentang satu rindu. Ketika kau masih disampingku.
Ketika kau masih mengukir senyum denganku..
Ketika tawa itu masih merekah di bibirmu dan dapat kunikmati..
Terbayang satu wajah penuh kehangatan. Penuh cinta kasih pula..
Teringat senyum manismu yang dulu masih ada.
Terungat saat kau berada disampingku. Mendekap erat tubuhku kala itu..
Kau tahu? aku sudah berkali-kali melupakanmu..
Melupakan ‘kita’ dimasa lalu. Mencari pengganti yang lebih baik darimu..
Banyak yang datang dan pergi silih berganti..
Banyak yang berhamburan di kehidupanku dan mencoba menyatu.
Banyak yang berjalan mendekati kehidupanku dan mencoba membuatku tertawa..
Namun kala itu yang aku harapkan kau!
Namun yang aku tunggu-tunggu itu kau!
Yang berjalan ke arahku akhirnya jatuh di tengah jalan tanpa bangkit kembali.
Yang berhamburan di kehidupanku pun kembali berhamburan keluar..
Bagaimana aku bisa dengan mudahnya menghapus kau di dalam benakku?
Ketika hati tak pernah absen menyebut namamu.
Ketika bibir selalu saja mengeja namamu..
Ketika mata selalu tertuju pada ‘bayang’ yang dulu ada disampingku.
Ketika otak tak pernah lelah melukiskan kembali wajah indahmu?
Antara aku dan kau..
Antara kesakitanku dan kebahagiaanmu dengannya..
Bisakah kau menjelaskan sedikit agar aku tak terlampau menyayangimu lagi?
Katakan bahwa aku adalah bumi dan kau adalah bulan.
Agar aku tak selalu berharap untuk menuju bulan dengan sejuta keanangan ini.
Katakan bahwa aku adalah siang dan kau adalah malam.
Agar aku sadar bahwa kau dan aku tidak pernah bisa menyatu dalam saat yang bersamaan.
Katakan bahwa aku adalah air dan kau adalah minyak.
Agar aku dapat membuka mataku, bahwa kita tak bisa berbaur.
Agar ku simpan rasa antara aku dan kau ini..
Hanya dalam diam..

Hanya dalam hati....

Monday, March 24, 2014

Ekspresi Jiwa Dalam Goresan Pena

....
Aku sangat mencintai alphabet...
Alphabet di keyboardku sangat membantuku menuliskan kata demi kata menjadi kalimat lalu paragraf dan akhirnya menjadi cerita-cerita hatiku. Sungguh, aku sangat dan teramat mencintai bunyi jemariku ketika menari di atas keyboard. Ia bergerakgerak senada dengan kata hatiku. Ketika aku membathin A maka tanganku akan menuliskan A. Ketika aku mengeja “Aku mencintai menulis” . Maka jemariku dengan lihai mengetikkan satu persatu alphabet yang terdiri atasnya.
Namun, ketika aku harus di hadapkan dengan dua pilihan.

Antara tulisan dan orang tuaku. Apa aku mampu terus menulis dengan leluasa tanpa semangat dan dukungan mereka? Aku tidak tahu pasti, apa karena tulisanku tidak sebagus mereka sang penulis ternama? Atau memang aku tidak pantas menjadi seorang penulis seperti apa yang selama ini aku idam-idamkan? Semangatku yang terbilang membara kini semakin terkikis termakan waktu. Tekatku yang awalnya bulat. Kini menjadi lonjong, segitiga, trapesium, atau bentuk layang-layang. Celakanya, terkadang tekatku sama sekali tidak berentuk. Melebur menjadi satu dengan kecewaku..
...

Menulis tentang menulis..
Harga : 36.600,- belum ongkir..
Pesan di @rasibook ;)
bisa juga melalui akun ku @wulanarya :-) 



Sunday, March 23, 2014

Andai

Andai..
Andai kebahagiaan selalu berpihak padaku..
Andai..
Andai kamu tidak pernah pergi dan selalu disini, sahabatku...
Andai..
Andai sampai saat ini kamu masih disini membuatku tersenyum..
Tanpa ada jarak dan sekat yang begitu tebal yang memisahkan kita..
Tanpa ada kebencian dan kekecewaan yang membuat kita jauh seperti sekarang..

Entah..
Entah kamu menganggapku apa..
Entah..
Entah kenapa aku ternyata belum bisa melupakanmu..
Entah..
Entah kenapa hatiku sama sekali tidak bisa membencimu, sahabatku...
Tawa yang dahulu kamu sumbangkan kepadaku, kini menjadi kenangan yang tidak kulupa..
Aku tahu, dia lebih dari segalanya untukmu..
Dia selalu membuatmu tertawa, dan dia selalu ada di saat apapun.

Aku dan kamu memang berbeda..
Aku siapa dan kamu siapa. Aku dimana dan kamu dimana..
Aku tahu, aku hanya membohongi dunia tentang perasaanku..
Aku sadar, aku hanya menyembunyikan kenyataan yang menurutku pahit...

Kamu adalah keindahan dan kamu adalah anugrah yang Tuhan berikan untukku, sahabat..
Ketika aku meminta kebahagiaan, Tuhan memberikan kamu..
Ketika aku merasakan kesakitan, Tuhan mengambil kamu dari hariku..

Awan biru kini berubah menjadi mendung. Seolah senada dengan suasana hatiku.
Aku berucap tapi tak bersuara.
Aku berteriak tapi dalam diam..
Siapa yang tahu? siapa yang mendengar?
Angin pun tak bisa membaca kata yang aku terbangkan lewat suara hatiku..
Apalagi kamu, yang tidak disini lagi mendampingi langkahku...

Jika tidak ada lagi yang mengejarmu, itu artinya aku sudah tidak lagi disini..
Jika tidak ada lagi yang mengharapkanmu, itu tandanya dunia kita telah berbeda..
Jika sampai waktu itu tiba kamu belum juga kembali..
Aku percaya, Tuhan punya cerita lain untukku...

Untuk kamu...
“Teman dekatku” yang kusebut sahabat....
#EmEn


Thursday, March 6, 2014

Aku Tidak Lagi dibelakangmu

Aku adalah orang yang dahulu selalu berada di balik seseorang untuk berbahagia. Aku adalah orang yang dahulu selalu menggantungkan kebahagiaan kepada seseorang. Aku adalah orang yang dahulu selalu takut untuk menghadapi dunia sendiri tanpa seseorang.

Aku dahulu sangat nyaman berada di balik seseorang. Aku memang selalu tampak redup dari dia. Dan dia lah subjek yang paling bercahaya. Aku selalu tersembunyi dari dunia. Bukan sengaja sembunyi, tapi karena dia lah yang lebih dahulu behadapan dengan dunia. Lalu dia memberi tahuku bagaimana dunia di luar sana. Aku terus berada di belakangnya tanpa ketahuanku tentang dunia. Seperti itu seterusnya.

Aku menangis ketika dia menangis. Tapi dia bisa tertawa ketika aku menangis. Yang aku tahu dahulu hanya kebahagiaan dan kesakitan yang dia ciptakan untukku. Yang ku paham adalah apa yang keluar dari mulutnya. Bukan yang lain. Sebab aku selalu berada di belakangnya. Ketika aku mencoba untuk melihat dunia sendiri, aku rasa aku tidak mampu. Hingga pada akhirnya aku selalu menggantungkan semuanya pada dia. Dia yang seolah mengatur bagaimana kebahagiaanku dan kesakitanku. Bodohnya, aku selalu mengikuti kemauannya.

Suatu saat..
Dia berhenti memberi tahuku bagaimana keadaan dunia di luar sana. Aku terpuruk di dalam cangkang ketakutan. Aku terselimuti gelap. Aku tertutup kabut asap yang sebenarnya hanya khayalan. Bagaimana bisa aku melihat dunia tanpa dia? Dia semakin hari semakin tidak pedulikanku. Jangankan menciptakan kebahagiaan. Mengucapkan sepatah kata pun tidak. Aku terpaksa melihat matahari dengan mataku sendiri, bukan lagi mata yang ia pinjamkan. Dia telah pergi dari hadapanku. Aku kini tidak lagi berada di belakang seseorang.

Satu waktu. Dua waktu. Hingga berganti waktu-waktu berikutnya. Aku mengalami kesulitan untuk melihat dunia. Aku rasa mataku seperti tidak bisa melihat dengan jelas. Semua tidak bisa aku selesaikan dengan baik. Aku berjalan dengan terseok-seok tanpa arah. Sesekali berharap dia kembali. Tapi sayang, tidak ada jawaban atas harapanku tadi. Aku terus-terusan berjalan menentang cahaya matahari. Yang selama ini tidak terlalu panas kurasakan. Karena ada dia yang menghalangi. Kini keredupanku berubah menjadi cahaya yang terangnya melebihi batas. Hingga cahaya itu tidak mampu aku kendalikan....

Waktu mengajariku untuk benar-benar bangkit. Untuk benar-benar melihat dunia dengan kedua bola mataku. Bukan dengan sudut pandang orang lain. Aku menjalani hidupku sendiri. Tanpa campur tangan orang lain lagi....

Aku kini telah berdiri sendiri, melawan cahaya. Aku tidak lagi tersembunyi dan tidak pula bersembunyi di balik seseorang. Aku menjalani hidupku dengan kaki dan tanganku! Aku berjalan dengan arah yang pasti walau tidak ada lagi dia sang penunjuk jalan. Aku telah berdiri menghadapi dunia!

Aku bukan lagi sang katak yang berada dalam tempurung. Tapi aku lah sang bulan yang di rindukan pungguk. Aku berjalan mengukir ceritaku sendiri. Aku berlari mengejar mimpi dan citaku. Kebahagiaanku. Kesakitanku, tidak akan lagi disebabkan karena dia. Sebab inilah hidupku. Sebab aku lah sang nakhoda kehidupanku...