CINTA. 5 huruf yang tak akan pernah simple dan selalu rumit.
Lebih-lebih jika cinta itu harus tidak-untuk-disuarakan. Alias diam. Iya. Cinta
yang terungkap saja terkadang menyisakan luka yang dalam apalagi jika harus
mencintai dalam keadaan diam.
Aku sudah beranjak dewasa.
Aku tak akan
mendeskripsikan cinta dengan bahasa yang aku pun sebenarnya tak tahu.
Yang ku tahu aku telah beranjak dewasa dan perasaan menyayangi seseorang itu
pun telah-muncul-perlahan. Walau ku tahu, aku tak harus menyuarakan rasa sayangku
pada subjek yang sebenarnya aku harapkan menjadi-imamku-kelak. Ada perasaan
sayang yang muncul tiba-tiba atau sebenarnya melalui proses namun proses itu
tak ku rasakan dengan nyata. Ada perasaan yang tiba tiba mengganjal dan otakku
sesekali mengingat tentang dia. Walau hanya sekejap. Aku diam-diam
memperhatikannya. Dalam keadaan yang sama sekali tak diketahui, sama sekali tak
di anggap, sama sekali tak pernah tampak dan muncul kepermukaan sebagai orang
yang menyuarakan isi hatinya. Aku hanya subjek yang mencintai namun diam.
Sedangkan dia -yang kuharapkan menjadi imam- adalah orang yang tak menyadari
kediamanku.
Dalam diam. Dari
kejauhan. Aku tetap bisa mencintai.
Aku tak sependapat. Jika Cinta
menjadi alasan para remaja untuk menjalin ikatan yang tak seharusnya di
jalin. Pacaran. Terlalu bodoh jika cinta di artikan dangkal. Menjalin hubungan
yang katanya penjajakan sebelum
menikah. Bukankah islam tak mengajarkan itu? Bukankah berdua-duaan adalah hal
yang tergolong maksiat? Dari kejauhan aku hanya mampu menulis. Karenya hanya dalam
tulisan aku bisa melihat apa yang tak tak ku lihat oleh mata. Dalam tulisan aku
mampu mengenggenggam apa yang tak ku miliki. Dalam tulisan aku mampu
menyuarakan isi hati dalam diam. Entahlah. Dalam diam aku menulis. Dan semua
menjadi mungkin. Cinta yang ku tutup rapat. Cinta yang hanya aku dan mereka
–beberapa temanku- yang mengetahui mungkin akan lebih aman jika ia memang
benar-benar tersimpan rapi. Bukan untuk ku umbar. Bukan pula untuk di ungkapkan
sekarang. Biarlah Allah yang menjagamu, Calon imamku.. Karena kini aku belum mampu
berada disampingmu dan mengenggam tanganmu..
Diam adalah caraku mencintaimu.
Karena tak selamanya cinta untuk di utarakan. Tak selamanya
rasa sayang harus ku berikan pada orang yang kusayang. Mungkin saat ini
perasaanku harus ku tutup rapat. Serapat mungkin. Biarlah aku disini mengagumi
keinginanmu ingin berubah. Keteguhanmu inginku menjadi lebih baik. Biarlah aku
peluk perasaan ini eraterat tanpa kamu tahu. Biarkan Allah yang mempertemukan
kita nanti dalam pertemuan indah. Namun jika kau bukan jodohku. Maka percayalah
lambat laun pun bayangmu yang ada dalam benakku akan hilang begitu saja. Dan
membuatku melabuhkan cintaku pada orang yang tepat dan bisa jadi itu jodohku.
Bukankah Allah maha membolak balikkan hati? Iya kan? Aku pun percaya itu :3
Calon imamku. Semoga
kamu menitipkan cintamu padaNya..
Aku ingin mencintai seseorang yang karenaNya aku bisa
belajar mencintaiMu lebih dalam. Calon imamku.. Semoga kamu menitipkan cintamu
padaNya pula. Dan menyalurkan rasa cinta dan perhatianmu dalam bait bait do’a.
Aku mungkin mengharapkanmu disini. Disampingku menemaniku setiap saat.
Pagi,siang,sore dan malam hari. Tapi tidak untuk sekarang. Ada saatnya kita
bersatu. Dalam ikatan yang sah. Ketika kita telah di anggap siap oleh Nya.
Biarkan kita saling menjaga melalalui Dia. Dan kini, Marilah kita bersama-sama
perbaiki diri.. Percayalah. Cepat atau lambat kita akan bertemu, Calon imamku..