♫♬

Friday, February 28, 2014

Tulisan Terakhirku

Aku telah bisa tanpa mu! Pergilah sejauh mungkin. Karena kini aku juga telah bisa pergi sejauh mungkin dari hidupmu. Sama seperti kamu yang pergi terlebih dahulu. Luka apa lagi yang akan kamu ciptakan wahai temanku? Sudah lah cukup aku mengikuti permainanmu sampai detik ini. Aku ingin bernafas lega tanpamu. Sampai akhirnya kamu lah yang (mungkin) akan mulai mencari sosok yang kamu lupakan ini. Atau mungkin kita lah yang benar-benar akan terus saling melupakan.

Kebahagiaanku! Kesakitanku! Semangatku! Tidak lagi di karenakan olehmu! Siapa kamu? Sehingga begitu berhak mengobrak-abrik hidupku. Pergilah lagi. Jika kamu mau tidak usah kembali. Sebab jika kamu kembali aku yakin, kamu hanya akan membuka luka lama atau membubuhkan luka baru yang begitu menyakitkan.

Sudahlah! Aku baik-baik saja tanpa kamu. Roda ku mungkin sudah berada di atas, hingga aku tidak lagi menjadi subjek yang harus terlupakan-terbaikan-dan ter—yang lain! Kamu fikir aku tidak bisa bangkit tanpa kamu? Bahkan karena tanpa mu itulah aku mampu keluar dari cerita memuakkan yang kamu atur.

Aku? Tidak membencimu. Hanya saja rasa sayangku tidak sebesar dahulu. Sangat kecil. Benar-benar redup. Jika rasa sayang itu pun masih tersisa, itu hanya karena kamu muslimah, dan aku menyayangimu sebagai saudara semuslimku. Tidak seperti dahulu. Toh nyatanya, seberapa sayang aku dengan kamu. Kamu tidak pernah mendengarkan aku. Kamu tahu, aku bukan malaikat. Sebab itu wajar, jika aku juga bisa berlaku sepertimu.

Sosokmu hanya secuil. Masih banyak hal yang lebih penting yang harus aku kerjakan selain berfikir bagaimana caranya agar kamu mendengarku. Lakukanlah apa yang kamu mau! Setelah tanggal yang aku ciptakan itu benar-benar berlalu. Aku juga benar-benar tidak menyukai caramu. Aku benar-benar menghapus namamu. Aku telah benar-benar mengusirmu dari dalam kepalaku.

Dengar aku..
Aku bukan boneka yang terus menggantungkan kebahagiaannya dengan pemiliknya. Jika di atur A aku harus A dan B aku melakukan B. Baiklah. Semangat menulis itu memang darimu, tapi sekarang. Tanpa semangat mu itu aku masih mampu bangkit! Percayalah. Aku telah lebih tahu diri sekarang! Aku tidak akan mengemis-merengek-meminta-minta sebuah semangat dan perhatian darimu lagi. Jika apa yang selama ini aku bicarakan tidak membuatmu berubah seperti yang aku mau. Baiklah. Toh jika Allah mau, semua orang di dunia ini akan bertakwa. Termasuk kamu...
Ini tulisan terakhirku tentangmu. Tentang teman lamaku yang ternyata tidak begitu harus aku harapkan. Ini tulisan terkahirku tentangmu... Iya!:)

Iya. Ini. Tulisan. Terakhirku.

#Rm!


Wednesday, February 26, 2014

Sahabatku adalah Mantan Musuhku

Sahabatku adalah mantan musuhku!

Siapa yang tahu kejadian dikemudian hari. Siapa pula yang bisa memastikan siapa yang akan berkecimpung didalamnya? Kamu tahu? Tidak? Sama aku juga sama sekali tidak mengetahui secuil pun rencana Allah di kemudian hari untukku. Termasuk rencana Allah sekarang. Jalan cerita yang berliku-liku. Putar sana-sini. Ada orang yang baru datang dan bermain-main di hidupku lalu ia pergi lagi. Ada juga orang orang lama yang baru berkecimpung kembali. Ada juga orang pernah dekat lalu mendekat lagi. Ada juga orang yang tidak pernah dekat sama sekali lalu tiba-tiba dekat. Ada juga yang.......sudahlah!

Lalu, sekarang siapa yang menyangka bahwa Sahabat dunia akhiratku –LA- adalah mantan orang yang dahulu termasuk orang yang tidak aku senangi? Termasuk orang yang selalu menjadi sainganku? Termasuk orang yang selalu berlomba-lomba denganku dalam segala hal? Singkatnya orang yang sekarang menjadi pelengkap hidupku adalah mantan musuhku!

Kenapa bisa? Pertanyaan yang sama-sama pernah kami pertanyakan. Bagaimana bisa seorang musuh menjadi sahabat? Bagaimana pula teman terdekat menjadi seorang yang seperti musuh? Aku juga terkadang bingung, kenapa jalan cerita yang Dia tuliskan begitu rumit dan berputar-putar? Bukan menyalahkan keadaan, toh keadaan yang selalu di hujat dan di persalahkan tidak pernah bisa sejalan dengan apa yang di inginkan kalau tidak dengan kehendakNya.

Kembali ke musuhku dulu dan sahabatku sekarang..
Bahagia memang, seorang yang dahulu berada di titik terjauh dan berada pada tempat yang selalu ku cari kesalahannya kini menjadi orang yang paling dekat. Bukan lagi untuk mencari kesalahan satu sama lain. Tapi bagaimana cara menguatkan satu sama lain. Aku dan dia sama-sama pernah berada masa-masa kesuraman. Bergaul sana-sini dan menemukan banyak kejadian tragis. Mengenal dan menelaah kejamnya kehidupan di luar. Sampai akhirnya kami berdua sama-sama hijrah ke jalan yang InsyaAllah benar.

Karena Hijrah kami bertemu kembali..
Dia mulai memperbaiki diri dan aku pun melakukan hal yang sama. Aku tidak pernah mencarinya lagi. Dia juga tidak mengukir mimpi untuk menjalin persahabatan denganku seperti sekarang. Bahkan kami sama-sama dekat dengan orang lain. Tapi sayang, siapa yang dekat dengan kami. Itulah yang meninggalkan kami lebih jauh dari kami yang dulu adalah musuh. Aku dan dia yang dahulunya musuh saja bisa berdamai, tapi kenapa orang yang mengaku teman bahkan tertempel embel-embel terdekat. Berlaku seolah merekalah musuh yang sebenarnya? Aku telah berdamai dengan masa suramku. Dia pun demikian. Sampai akhirnya kami di pertemukan dalam suatu kesempatan. Melihat penampilannya yang menyejukkan mata membuatku menariknya ke dalam hidupku. Lambat laun rasa sayang itu muncul. Dia kini sama berartinya dengan orang-orang yang terlebih dahulu menjadi temanku..

Aku menggenggamnya lantas dia merangkulku..
Aku pernah merangkul seseorang, tapi orang itu kini melepaskan rangkulan itu. Demi Allah, rasanya sangat menyesakkan dadaku. Hingga aku hanya berani menggenggamnya untuk berjalan bersama-sama. Tapi subhanallah.. Ketika aku menggenggamnya. Dialah yang merangkulku. Maka nikmat Tuhanku yang mana lagi yang mampu aku dustakan?. Berjalan bersamanya adalah kebahagiaan untukku. Membuatnya tertawa dan mendengarkan ceritanya adalah hal yang sangat menyenangkan untukku. Aku mencintai caranya mendengarkan ku bercerita, aku mencintai caranya memperhatikanku, aku mencintai caranya mencintaiku karena Allah pula.

Tidak ada yang kebetulan. Semua itu rencana Allah..
Kesakitan yang pernah aku lakukan, kesalahan yang pernah dia lakukan. Itu adalah perantara. Perantara agar aku dan dia saling bertemu. Aku memberi tahu apa kesalahannya, dan dia memberi solusi atas kesakitanku. Kini kami sama-sama saling memberi tahu dan mencintai karena Allah. InsyaAllah.. Part paling bahagia di hidupku adalah ini. Menemukan sahabat yang sejalan, yang seakidah, yang bisa mencintai karena Allah. Yang dengan berjalan bersamanya menguatkanku. Yang dengan berbicara dengannya membuat cintaku semakin membara. Dan membuatku terus mengingat Allah yang Maha Pemilik Cinta.

Aku tidak lagi mempedulikan orang lain berkata apa tentangku. Aku tidak peduli lagi siapa yang telah membuatku terjatuh. Aku hanya akan terus bersama dia, sahabatku. Untuk terus sama-sama meraih RidhoNya sama seperti apa yang aku impikan. Aku tidak perlu teman yang hanya ada ketika aku sedih dan tawa tanpa mereka tahu apa yang terbaik untukku. Aku tidak perlu teman yang hanya bisa tertawa dan sama-sama terbuai oleh dunia tanpa mengingatkanku pula. Aku hanya perlu satu sahabat yang tahu apa-apa saja yang di perintahkan Allah dan juga di larang Allah. Dengan begitu, aku akan terus berbahagia. Karena Allah tidak akan melaknatku karena melupakan perintahNya. Sebab jika aku keluar dari jalurNya. Sahabatku inilah yang akan mencubitku untuk kembali kejalur yang benar.

Allah.. Tolong jaga sahabatku.  Buatlah ia bahagia. Jauh lebih bahagia dari kebahagiaan yang ia ciptakan untukku. Walau ia mantan musuhku, aku tetap mencintainya. Walau ia adalah mantan musuhku. Ia kini jauh lebih berharga. Semoga kelak, kami termasuk orang yang akan masuk syurgaMu ya Allah.. Aamiin.


#LA


Tuesday, February 25, 2014

Satu Tahun Lalu Terulang

Satu tahun lalu terulang..

Satu tahun lalu, tepat tanggal 24 februari. Hanya saja bedanya, terulang di tanggal 23 februari
(3 hari lalu) dan dengan orang yang berbeda pula. Tentu saja bahagia. Memang di tengah kebahagiaan itu masih terselip duka secuil. Karena ‘dia’ lagi-lagi menghancurkan tanggal yang kubuat. Walau tidak separah dulu. Baiklah. Setidaknya, aku masih memiliki kalian yang sangat luar biasa.

Pertama, aku sudah merangkai cerita dalam benakku. Ada kalian dan ada dia. Tapi sayang, hanya dia yang tidak berkecimpung di duniaku kemarin. Apa boleh dikata? Harapanku sedikit pupus memang, semua memang sudah tidak lagi sesuai apa yang aku rangkai.

Kedua, aku salut dengan usaha kalian membuatku tertawa. Aku salut dengan semangat kalian membuatku untuk bahagia di hari ini. Oke bukan aku, tapi kami. Entah harus bagaimana aku menjelaskan. Kalian benar-benar membuat rencana yang sangat sempurna, namun gagal. Tidak apa. Jangan kecewa atas kegagalan kalian. Rencana kalian mengesankan memang, walaupun gagal, aku sudah pasti berterimakasih dengan niat kalian yang sangat WOW!

Ketiga, aku bingung. Diam seribu bahasa. Ketika aku duduk menunggu seseorang. Tiba-tiba ada penjaga KFC yang membawa kue terpasang lilin pula di atasnya. Menyanyikan lagu dengan raut muka yang sama bahagianya denganku. Bagaimana bisa aku berkata melihat hal yang sama sekali tidak masuk daftar pengandaianku . Terimakasih atas cerita pertama yang kalian ukir di bulan milikku.

Keempat, sakit memang. Berusaha untuk pergi dan melupakan. Malah ada pula menyelip tentang dia. 253.xxx. Oh dalam hitungan rupiah. Kenapa lagi-lagi ada dia? Padahal dia sudah tidak lagi ada di benakku. Ah aku benci part yang satu ini. Lupakan!

Banyak lagi cerita yang terjadi hari ini. Tawa kalian, usaha kalian, kekocakan kalian, dan semua yang ada pada kalian, aku sangat menyukainya.

Untuk Ayu Seventina..
Terimakasih untuk semua. Semuanya tanpa terkecuali. Untuk perhatian, kasih sayang mungkin, canda-tawa yang selama ini aku rasakan bersamamu. Terimakasih untuk hari ini, kadonya dan segalanya! I love you!

Untuk Dewi Pertiwi..
Terimakasih telah meluangkan waktumu, berputar-putar di mall. Berpanas-panas ria ngantri parkir. Dan semuanya! Terimakasih Al Qur’an dan bukunya. Kado pertama ketika aku hijrah ke jilbab syar’i yang sangat istimewa. Terimakasih untuk surat kecilnya! I love you too!

Untuk Zii..
Entah lah apa yang akan aku katakan lagi. Terimakasih? Sudah pasti akan aku ucapkan kepadamu. Untuk usaha mengajak ‘dia’ hadir walaupun gagal. Dan mengajak Mr hadir, walaupun gagal juga. Apa pun itu. Aku menyayangimu. Kado Kue dan segalanya! Ah aku.....terharu! :’)

Untuk Lisa & Nhurma...
Terimakasih!!!!!!! Ah aku sudah kehabisan kata. Terimakasih sudah menyumbangkan tawa untukku hari ini <3 <3 <3


Makasih febri buat rencana keduanya di tahun ini J





Monday, February 24, 2014

25 Februari

18 Tahun lalu tepat tanggal 25 Februari. Allah Yang Maha Hidup memberikan kesempatan seorang bayi mungil untuk hidup. Untuk bernafas dan untuk menikmati indahnya ciptaan yang luar biasa ini. Tepat 18 Tahun lalu. Bayi mungil itu masih penuh kesucian, ia hanya mampu menangis merengek karena kehausan juga kelaparan. Mata nya masih indah tanpa dosa, tangisannya sangat di rindukan bagi siapa pun yang mendengarnya. Semua yang ada pada bayi mungil itu adalah kekuatan untuk Uminya...

18 Tahun berjalan dengan begitu cepatnya...
Bayi mungil itu berubah menjadi gadis berkerudung. Mata gadis itu sekarang tidak lagi sesuci dahulu. Bayi mungil itu kini telah mengerti rasanya di sayangi, menyayangi dan mencintai. Bayi mungil itu kini telah berubah menjadi gadis yang dewasa. Tidak ada lagi rengekan yang di rindukan Umi. Hanya ada air mata yang ia coba untuk menahannya agar ia tidak menetes di depan sang Umi..
Iya.. Bayi mungil itu aku.. Gadis berkerudung itu pun aku..

18 Tahun lalu..
Kehadiranku sangat di eluh-eluhkan berbagai pihak. Pipiku di cium berkali-kali. Mataku masih jernih tanpa dosa. Hatiku masih suci tanpa dengki, iri dan saudara-saudaranya. Mulutku hanya bisa menangis tanpa mencela ataupun mencaci. Dan aku belum mengerti apa-apa. Aku belum mengerti apa itu kecewa, sakit hati, di abaikan, melupakan dan menganggap orang berarti. Aku belum tahu semua itu.Yang ku tahu, hanya masalah dapat terselesaikan dengan sebatang permen.. setelah itu? Semua kan baik-baik saja.


Sayang, 18 tahun lalu tidak sama dengan 18 tahun setelahnya. Ku rasa aku tidak lagi di rindukan Umi, tidak ada lagi yang mencium pipiku. Hatiku sudah mengenal sakit hati. Bahkan sering kali merasa terluka, aku sudah hafal bagaimana diabaikan, menganggap seseorang berarti dan.....semua sudah bisa aku rasakan dengan hatiku. Aku juga sudah mengerti, bahwa masalah tidak bisa di selesaikan dengan sebatang permen atau sebuah balon. Aku telah tahu, hidup itu perjuangan!

Hari ini, 18 tahun usiaku..
Aku sudah berjanji dengan diriku sendiri, untuk tidak menghujat siapapun yang telah menghancurkan mimpiku. Aku juga harus terus berlapang dada menerima perlakuan buruk yang sangat melukai hatiku. Aku harus membalas keburukan dengan kebaikan. Semua karena Allah telah berbaik hati memberiku waktu hidup selama ini. Ketika Dia yang menciptakanku saja sudah berbaik hati membuatku bisa hidup. Kenapa aku tidak berusaha untuk membuat hidupku menjadi bahagia?

Kebahagiaanku kini ada di tanganku! 18 Tahun ini menjadi awal langkahku untuk sendiri. Tanpa bayang-bayang masa lalu yang menyakitkan. Entah itu masalah pertemanan, atau pun masalah yang lain yang dulu selalu mengekor dibelakangku. Kebahagiaan harus aku ciptakan sendiri! Dengan kaki, tangan, dan ragaku! Apa pun caranya, bagaimana pun sulitnya, aku harus berdiri dan menopang mimpiku tanpa ada siapapun. Aku tidak lagi mau, semangat yang telah aku ciiptakan hancur berantakan di tengah jalan hanya karena aku telampau menggantungkan kebahagiaanku pada seseorang.

25 Februari..
Tidak ada lagi tangis untuk hari ini. Mereka pergi dan tidak pedulikan ku juga aku sangat maklum. Mungkin aku tidak lebih baik dari mereka. Tidak ada lagi kejadian seperti 25 februari tahun lalu. Tidak ada lagi harapan tentang kamu, temanku! Tidak... Aku sudah cukup bisa untuk hidup tanpa atau denganmu.

Terimakasih ya Allah..
Atas umur yang telah aku lewati sampai detik ini. Jika memang aku harus merasa tersakiti. Jangan buat diriku terus saja asyik memikirkan mereka yang menyakitiku. Berilah aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku bisa berdiri sendiri. Tanpa dia. Atau siapa pun.. Sebab sebaik-baik pelindung hanyalah Kau, yaAllah...

Aamiin.


Friday, February 21, 2014

Sudah. Lalu Apa Lagi?

Kamu. Iya kamu yang dulu dan sampai sekarang ku harapkan kembali. Dari tahun lalu yang ku harapkan menjadi satu lagi. Dan kamu yang pertemanannya berarti untukku. Memang, aku tak bisa menggantikan mu dengan siapa pun. Tapi aku baru percaya. Bahwa akan ada orang lain yang masuk dan menawarkan pertemanan baru. Allah benar-benar mengirimkan mereka di saat yang tepat.

Disaat aku mulai berusaha berhenti berkecimpung di dunia mu. Di dunia kita;dulu. Mereka satu persatu menyuarakan rasa sayangnya, pengharapannya akan ada nya aku dan arti hadirku di kehidupan mereka. Dan kamu tahu? Mereka adalah subjek yang aku abaikan dahulu. Subjek yang keberadaanya ku anggap angin lalu. Subjek yang entah telah makan hati seberapa banyak atas sikapku. Dimana mereka memperhatikan aku. Aku malah sibuk memperhatikanmu dari kejauhan. Dimana mereka mengharapkan adanya aku diharinya. Aku malah terlalu sibuk mengharapkan pertemanan kita kembali.

Aku telah tahu, alasan kenapa kita tak ditakdirkan menjadi satu sekarang. Supaya aku menyadari, supaya aku membuka mataku. Ada orang lain yang hatinya tersakiti karena ku. Ada orang lain yang aku abaikan seperti kamu mengabaikanku. Aku merasakan apa yang orang itu rasakan.


1 tahun adalah waktu yang lama. Ternyata tidak. Subjek yang aku ceritakan adalah subjek yang bertahan untukku selama 2 tahun. Dalam pengabaian. Dalam harapan mendapatkan seorang teman yang saling mengerti. Mungkin sama harapannya denganku. Tapi sayang, waktu itu aku terlampau buta. Dan itu disebabkan olehmu, sayang. Kamu memamg tak pergi kemana pun. Tapi bayangmu memang tak begitu pekat kulihat. Ku fikir bayangan itu akan kembali menjadi pekat dan nyata. Ternyata sampai sekarang semuanya sama. Bayangan itu tetap menjadi bayangan. Bahkan semakin memudar. Bayangan mu hampir hilang di gantikan oleh sosok nyata seperti mereka.

Maaf sayang, aku bukan membencimu dan tak mengharapkan mu kembali. Jujur, rasa sayang itu masih ada. Namun tak sebesar dulu. Kamu mungkin bukan lagi subjek yang tersayang seperti dulu. Karena bertahan di tengah pengabaianmu adalah hal yang paling menyakitkan. Awalnya aku ingin bertahan untukmu lebih lama. Lebih lama dari sekarang. Karena ku mengira semua akan baik-baik saja. Semakin hari, bukan perlakuan baik yang ku dapatkan darimu. Malah pengabaian-pengabaian kecil yang makin menjadi jadi.

Aku benci menunggu dalam keadaan yang tak teranggap. Ketika kamu fikir bertahan itu mudah. Kamu salah. Pernah kamu berfikir bagaimana rasanya merasakan rindu namun hanya dapat memeluk kenangan? Pernah kamu berfikir bagaimana rasanya mengungkapkan namun di anggap angin lalu? Pernah kamu memperjuangkan teman terdekatmu namun mereka malah asyik dengan kesibukan yang lain? Jawabannya mungkin tak.

Mungkin kamu selalu dapatkan apa yang kamu mau. Sedangkan aku tak.

Kamu hebat memang, membuat ku masuk ke dunia kamu. Dunia baru. Dunia yang lagi lagi menjadi awal aku bahagia. Aku terlalu menggantungkan kebahagiaanku di kamu, temanku. Jadi ketika kamu jauh seperti sekarang. Aku merasakan sakit yang luar biasa, sepi yang berkepanjangan dan.... mana pernah kamu tahu itu. Kamu pernah meminta untuk melepaskan kata “Ter” yang melekat pada mu. Tersayang tepatnya. Kini aku telah mampu merealisasikan apa yang kamu mau. Kamu juga pernah menyuruhku melupakan kamu sebagai orang yang paling berpengaruh dalam hidupku. Kini aku juga telah mampu melakukan itu.

Apa yang kamu inginkan selama ini telah terjadi sayang.. Aku telah lakukan. Apakamu bahagia?
Apa dengan melihatku mulai melupakan tentang kita adalah bahagia bagimu? Apa dengan melihatku benar-benar melepasmu adalah kemenangan bagimu? Jika iya. Selamat kamu menang, dan silahkan berbahagia. Usahamu mengabaikanku dan kata-kata perintah untuk melupakan mu telah berhasil aku lakukan. Bukan demi kamu. Tapi demi diriku sendiri.

Aku, kamu, kenangan dan pertemanan. Akan tetap jadi bagian hidupku. Walau pada bagian “masa lalu” ku. Masa lalu itu tak akan melulu ku ingat. Ia hanya akan ada dalam hati. Tak boleh lagi ada air mata ku yang menetes karena kamu yang tak pedulikan air mataku. Tak boleh lagi ada kesedihan karena kamu yang sama sekali tak tahu bagaimana sedihku. Hanya boleh air mata bahagia dariku dan mereka yang ternyata menyayangiku. Sama seperti kamu menyayangiku bahkan lebih..

Walau perhatianmu tak kan tergantikan oleh siapa pun. Tapi besarnya rasa sayangmu mampu di tandingi oleh besarnya rasa sayang mereka. Sungguh. Ketika kamu kembali. Aku tetap akan ada. Iya itu pun jika.... J Sekarang bernafaslah dengan bebas. Tak akan ada lagi ada ‘aku’ yang menagih janji sebuah pertemuan.
Tulisan ini berasal dari aku yang kamu abaikan...



Ku Harap Kau Dengar Ini

Teman lamaku ku harap kau dengar ini!

Pertama, aku sudah benar-benar lelah berada pada titik ini sendiri. Tanpa kau pedulikan dan tanpa kau anggap ada. Sehingga kerap kali air mata ku harus jatuh karena kau yang sama sekali tidak benar-benar kembali untukku!

Kedua, aku bosan berada pada titik terjauh dari hidup seseorang padahal aku mengharapkan menjadi titik paling dekat di kehidupan seseorang. Aku bosan terus menunggu yang tidak pasti. Aku bosan terus di anggap lemah. Aku bosan untuk terus berkecimpung di sekitar masa lalu dan pertemanan ku dengan mu!

Ketiga, aku mulai menyerah! Aku menyerah menunggumu. Cukuplah 365+++ hari terhitung dari waktu itu aku jalani dengan menunggumu kembali ketempat yang sama. Tapi celakanya, kau sama sekali tidak kembali. Jangankan kembali berniat kembali juga tidak. Aku sudah tahu sekarang, kau tidak benar-benar berkeinginan pertemanan itu membaik. Lalu untuk apa aku berjuang sendirian?

Keempat, aku sudah cukup dewasa. Pertambahan umur tahun lalu membuatku menjadi pribadi yang lemah tanpa kau. Pertambahan umur tahun ini sudah pasti menjadi titik ukurku seberapa berubah kedewasaanku. Ternyata aku hebat, lebih dari apa yang kau fikir. Aku sama sekali tidak menangis lagi karenamu, air mataku sudah kering. Bahkan boleh di bilang aku sudah sangat rela kau menjauh atau menghilang sekalipun. Aku sudah bisa tanpa mu, sudah terbiasa tanpa orang-orang sepertimu lagi! Karena ketika aku terus mengharapkanmu kembali sama artinya dengan menyeret diriku sendiri kelubang penuh sengsara karena tidak pasti.

Kelima, aku tidak suka terus kau jadikan orang yang seolah terlalu mengharapkanmu kembali dan menjadikan mu nomer satu. Sehingga kau berlaku semaumu, menyakitkan dan menyayat hatiku pun kau tidak pernah peduli. Aku bukan malaikat yang bisa terus sabar ketika hatiku melulu di sakiti. Terlebih dengan orang yang sama! Aku juga manusia, sama seperti kau. Hanya saja bedanya, aku bukan kau dan kau sama sekali bukan aku!


Keenam, sudah cukupkah mengeluarkan air mataku hingga akhirnya sekarang kering dan tidak lagi bisa menetes karenamu? Sudah cukupkah kata-kata kecilmu yang menyakiti hati ku tanpa kau sadari? Sudah cukupkah semua luka yang kau ciptakan untuk hidupku dan hati ku dahulu? Katakan! Sudah cukupkah kau menyembunyikanku dari seluruh dunia bahwa aku adalah temanmu dahulu? Sudah cukupkah kau berlagak seolah aku bukan siapa-siapa dan kau sama sekali tidak mengenalku?

Ketujuh, aku cukup tahu diri. Ketika aku disembunyikan dari dunia olehmu. Ketika kau sama sekali tidak menginginkan dunia tahu bahwa kau adalah teman terbaikku *dulu* dan ketika aku sama sekali tidak kau perkenalkan pada dunia bahwa aku temanmu seperti mereka. Cukup tahu diri, ketika aku menyebut namamu dan kau keberatan. Berdalih bahwa kau tidak mau orang tahu kau adalah alasanku tertawa. Baiklah. Kau tidak lagi patut untuk aku perjuangkan. Hati kecilku terlanjur kau patahkan lebih dari seribu keping hancurnya..

Kedepalan, aku tidak menyesal mengenalmu. Karena dengan mengenalmu membuatku tahu bagaimana harus bangkit sendiri. Bagaimana aku harus melupakan, dan bagaimana aku harus tahu diri. Aku juga belajar untuk memahami siapa yang benar-benar patut aku perjuangkan dan yang mana yang harus aku lepaskan.. Walau bagaimana pun, kau tetaplah orang yang merubahku menjadi seperti ini. Itu artinya aku tidak akan pernah membencimu! J

Kesembilan, kesepuluh dan seterusnya.
Maaf, aku tidak bisa konsisten dengan apa yang aku bicarakan di awalnya. Aku pernah memang berkata tidak akan pergi darimu dan tetap menunggumu. Tapi setelah di fikir-fikir aku tidak bisa terlalu lama di tempat ini. Ini terlalu kumuh untukku! Part ini membuat hidupku berantakan. Bukankah hidup bisa berubah? Aku sama sekali tidak membencimu, tidak pula mempunyai dendam yang luar biasa. Aku hanya ingin pergi dari masa lalu, kesakitan yang kau ciptakan dan menuju kehidupan yang jauh lebih sempurna lagi.

Kau memang menjadi alasan untukku tetap menulis;dulu. Kini tanpa ada yang menyemangati pun aku akan tetap menulis. Kau juga pernah berkata seperti itu bukan? Baiklah. Dalam hal ini kau memang nomor satu. Tapi untuk selanjutnya, kebagaiaanku, semangatku, sedihku bukan lagi dikarenakan olehmu, temanku! J

Terimakasih kau telah menyumbangkan banyak cerita untuk hidupku. Walau semua itu sekarang menjadi cerita yang paling pahit di kehidupanku!

Selamat jumpa di lain waktu dengan suasana yang jelas berbeda! Ku harap kau membaca ini ^^
#CUNGLIN


Thursday, February 20, 2014

Guru Bahasa Inggrisku adalah Cahaya

Guru Bahasa Inggrisku adalah Cahaya!

Cahaya.
Iya menurutku dia adalah cahaya. Menurut hati kecilku dia adalah pelita. Menurut fikiranku dia adalah permata. Menurut kenyataan dia adalah seorang guru. Guru Bahasa Inggris yang selalu membuatku tertawa riang ketika pelajarannya. Guru Bahasa Inggris yang membuatku tidak takut dengan bahasa yang bukan keahlianku. Guru Bahasa Inggris yang sudah pasti sangat istimewa dimataku!

Aku mencintai caranya mengajar. Aku mengagumi caranya memperhatikan anak didiknya. Dan aku menyayanginya secara keseluruhan. Ketika Allah memberikanku satu hati untuk menyayangi berbagai pihak. Dialah salah satu yang mendapatkan porsi yang terbilang lebih selain orang tuaku, dan keluargaku. Bagaimana tidak? Dia benar-benar cahaya di mataku.

Dahulu, semangatku menciut, impianku kabur. Samar-samar kulihat. Bahkan diriku sendiri saja tidak begitu yakin dengan apa yang telah aku lukiskan sebagai mimpiku. Aku tidak lagi menyukai pelajaran-pelajaran di sekolahku, aku tidak lagi punya pemikiran yang dewasa waktu itu. Aku hanya terfokus pada siapa saja yang menyakitiku, siapa saja yang meninggalkanku, dan siapa saja yang sudah hilang dari hidupku.  Tapi, yang kudapati adalah kesakitan yang semakin menjadi. Jangankan tertawa lepas, tersenyum saja masih tersekat oleh luka yang tidak kunjung mereda. Itu semua karena mereka yang pergi!! Dan aku benci ditinggalkan....



Tiba-tiba....
Dia datang! Guru Bahasa Inggris itu membuatku mencintai hidup. Dia membuatku membuka mataku selebar dunia ini. Membuka fikiranku untuk berfikir lebih dewasa dari sebelumnya. Belajar untuk ikhlas ketika ditinggalkan, dan tetap semangat menggapai mimpi yang sudah susah payah aku lukiskan.

Guru Bahasa Inggrisku jelas tidak sempurna, karena dia bukan Tuhan. Karena dia juga hanya manusia biasa. Tapi dia mempunyai hati yang sempurna. Sempurna dalam memperhatikan, sempurna dalam memberi semangat, sempurna dalam mengasihi, sempurna dalam mencintai anak didiknya. Sungguh, dia mempunyai kesempurnaan hati yang belum pernah aku jumpai di dalam hati guru-guruku yang lain..

Wajar saja, jika aku kini menjadikan dia sebagai motivator terbesarku. Ah mungkin terlihat berlebihan. Tapi hati kecilku tidak bisa berbohong sama sekali. Bahwa kehadirannya disekolah adalah moment yang paling aku nantikan. Kenyamanan sangat aku rasakan, semangatku menggebu-gebu walau tetap saja aku belum bisa mendapatkan nilai yang sempurna di mata pelajarannya. Berbicara dengannya adalah kebahagiaan tersendiri untukku. Sapaan hangatnya adalah hal yang paling istimewa dihariku. Atau sekedar senyum manisnya adalah semangat untukku agar aku juga selalu tersenyum sama seperti ia tersenyum dihadapanku. Sungguh, banyak cahaya yang kudapati darinya..

Guru Bahasa Inggrisku adalah cahaya!
Yang datang di saat yang sangat tepat, ketika mimpi dan semangat juangku berada pada titik yang sangat jauh dari sebuah cahaya. Dia seolah cahaya yang datang di saat aku berada pada tempat terburukku yang sama sekali tidak ada tanda bahwa akan ada kebahagiaan di dalamnya.

Kehilangan? Aku tidak begitu mengkhwatirkan! Sebab Cahaya yang kini datang telah memberiku sebuah arti. Bahwa setiap yang datang akan juga pergi. Cahaya yang kini berada disampingku juga tidak akan terus bersamaku. Walau sinarnya tidak lagi nyata, tapi dia tidak akan pernah redup, ia masih menyala-nyala disini... dihatiku.... J

Guru Bahasa Inggrisku memang cahaya!!
Terimakasih telah menyumbangkan cahaya untuk kehidupanku. Terimakasih telah membuatku bangkit kembali.

I do love you! And how lucky i am to have a best teacher ever! <3


Lihatlah Lebih Dekat

Lihatlah lebih dekat.

Dari kejauhan kau melihat dan hanya menerka apa yang terjadi tanpa tahu yang pasti. Dari jarak berkilo-kilo meter kau hanya mampu diam tanpa bertanya sepatah kata pun. Dengan pertanyaan yang begitu dahsyat banyaknya tapi tetap dalam kebungkaman. Entah karena kau tidak peduli atau karena mencoba untuk tidak peduli dengan apa yang terjadi.

Dari sini, aku hanya mampu melihat dan menjadi penonton perubahanmu yang semakin menjadi. Perubahan yang terkadang ke arah positif dan terkadang ke arah negative. Aku sama bungkamnya seperti kau. Aku sama diamnya seperti kau. Dengan sejuta kata yang hanya mampu aku tuliskan dalam bait-bait do’a berharap ada jawaban yang ku dapatkan setelahnya.

Aku bingung dengan keadaan. Entah karena aku tidak tahu rencana Allah selanjutnya, atau karena aku memang terlalu memikirkan kode rahasia dibalik kejadian yang selama ini aku lihat? Aku yakin. Kau dari sana. Dari kejauhan, sama sepertiku. Jadi penonton perubahanku, menjadi penonton segala apa pun yang aku lakukan. Termasuk kesedihan yang pernah kau ciptakan..

Dari sana aku yakin, kau hanya mampu melihat dari mata yang tidak benar-benar terbuka. Dari sana aku yakin, kau hanya melihat dari sisi aku yang bahagia. Dari sana aku yakin, kau terkadang memperhatikanku walau dengan cara mu yang bungkam. Tapi apakah dari sana kau juga mengharapkan sebuah pertalian pertemanan ini membaik dari sebelumnya? Sama seperti harapan aku setahun belakangan ini?

Subjeknya selalu kau, apa yang aku tulis sedikit banyaknya juga tentang kau. Tapi sungguh, aku juga bingung semuanya semakin tidak nyata. Di katakan rela memang iya tapi masih merasakan sakit pun iya. Lalu apa yang sebenarnya terjadi antara aku tulisan ku dan kau? Kau bisa saja pergi dari otakku tapi kau tidak bisa pergi dari tulisanku. Aku juga bingung. Aku telah sepenuhnya rela, tapi lagi-lagi otakku mengisyaratkan untuk menuliskan tentangmu. Walau bukan sebagai subjek yang berarti lagi.

Tapi tulisan itu tetap ada untukmu.
Dengan kalimat kerelaaan ku yang lain. Dengan bahasa yang tidak menjadikanmu sebagai nomor satu seperti dahulu lagi. Tangan ini masih setia menulis tentang kau. Dengan rasa yang berbeda. Dengan cerita yang lebih rumit lagi tapi dengan begitu aku meninggalkan jejak antara aku dan kau. Di mana aku mulai melupakan pertemanan dan merajut persahabatan dengan orang lain. Semua masih aku tuliskan. Sama seperti dahulu pertama kali aku mengenalmu, menjadikan mu nomor satu, menjadikanmu subjek yang tersayang. Sampai detik ini semuanya sudah berubah. Dan aku masih setia menulis tentangmu...

Lihatlah lebih dekat..
Lihatlah dari sisi aku yang terus menulis tentang kehidupanku. Lihatlah dari sini, mungkin kau akan mengerti alasan aku terus menulis tetangmu. Lihatlah lebih dekat..
Mungkin dengan begitu kau tidak lagi mengabaikanku dan tega pergi tanpa sepatah katapun.
Lihatlah lebih dekat..
Mungkin kau akan mengerti bahwa dari kejauhan tidak selamanya apa yang kau fikirkan adalah benar.
Lihatlah lebih dekat...
Agar kau tidak melulu menyembunyikan aku dari kehidupanmu..

Tapi mungkin aku juga harus melihat lebih dekat, bahwa kau dan aku tidak lagi bisa sedekat dahulu....



Friday, February 7, 2014

Dear My Heaven's Best Friend

Dear My Heaven’s Best Friend...

Aku mungkin beruntung. Beruntung masih ada kamu disini. Disampingku. Dari kurang lebih 9 tahun lalu. Sampai detik ini. Sungguh. Cerita yang berputar-putar ini memang membuatku bingung. Ketika kuhapus seseorang dalam hidupku, maka datanglah seseorang yang lain. Seseorang yang lama atau mungkin seseorang yang baru. Seseorang yang kukenal atau seseorang yang belum pernah mengenalku. Tapi apapun itu. Akan ada hikmahnya, bukan?


Aku sepertinya harus benar-benar membuka mataku selebar dunia ini. Agar aku mampu merasakan. Ada ‘sosok’ lain selain dia dihidupku. Walau kamu pun tahu, sosoknya tidak pernah mungkin aku hapus sepenuhnya. Kecuali Allah yang ‘mengambil’ andil dalam proses melupakan itu. Kamu tahu dia pergi. Kamu tahu pula dia meninggalkanku. Walau tidak sepenuhnya. Walau (mungkin) dia sebenarnya tidak pergi. Entahlah. Yang pasti dia tidak disini lagi menemaniku. Tidak membuatku tertawa sebagai ‘teman dekat’ ku lagi..

Berulang kali aku mencoba menghapuskan luka. Menghapuskan cerita buruk yang ada. Ternyata sulit. Bayang-bayang itu selalu saja berputar-putar dikepalaku. Aku mencoba mengusirnya pergi dan mengisyaratkannya agar terbang ke kepala yang lain. Tapi hasilnya? Nihil. Mungkin aku harus terbiasa di posisi ini. Di posisi yang mungkin mudah tapi kamu tahu kan? Kesakitanku luar biasa.

Kamu sahabat dunia akhiratku..
Terimakasih mau memungutku di saat aku terbuang dan terhempas ke tempat terburukku. Terimakasih masih mau memelukku disaat tubuhku telah compang-camping. Terimakasih masih sudi menggenggamku ketika tanganku telah letih menggenggam sebuah bayangan semu. Terimakasih masih berniat menemaniku disini dengan segala luka yang mestinya kamu sembuhkan. Terimakasih telah mencoba mengobati luka terperih yang pernah aku rasakan dengan do’a dan lantunan ayat cintamu di atas sajadah, sahabatku...

Aku mencintaimu. Sama seperti cintaku kepada teman lamaku.
Jika ada satu pohon cinta di dunia ini. Aku akan memberikan buah-buah dari pohon itu kepadamu dan juga kepadanya. Jika di dunia ini adalah satu tempat paling indah. Aku mungkin akan mengajak kamu dan juga dia. Cintaku terbagi? Tentu tidak. Cintaku utuh untuk kalian. Sama besarnya. Sama-sama ingin memeluk kalian disaat yang bersamaan. Sungguh. Demi Allah. Aku mencintai kalian sebagai saudaraku...

#Cacing





Wednesday, February 5, 2014

Keajaiban Cahaya Cinta

            “Aku bahkan sangat lelah!”

Dia membathin. Berusaha menutupi segalanya pada dunia. Hatinya terlalu hancur, harapannya menjadi samar dan lambat laun musnah. Keterbatasannya membuat dunia seolah terputus dengan dia. Dia adalah Cahaya. Ketika orang di luar sana berjalan menggunakan kaki mereka. Dia hanya terduduk di kursi roda miliknya. Ketika mereka mampu melihat indahnya matahari terbenam, burung-burung yang berterbangan, rumput-rumput yang bergoyang, indahnya matahari pagi. Ketika mereka mampu menelaah warna hijau-jingga-biru dan rentetan warna lainnya. Ketika hidup mereka berwarna. Dia kebalikannya. Yang ada hanya gelap tanpa warna. Sama sekali tak pernah ia jumpai warna hijau atau semisalnya. Dia hanya melihat warna hitam tanpa cahaya. Meski namanya Cahaya. Ia sama sekali tak pernah mengenal cahaya dalam hidupnya. Matahari yang menyengat tak sama sekali membuat matanya mampu melihat titik terang menggantikan gelap yang ia rasakan..

“Kau sedang apa? Mengapa kau menangis, sayang?” Terdengar suara lembut. Cahaya sangat mengenal suara itu.
“Tak apa-apa kak. Aku baik-baik saja” Cahaya menoleh ke arah kakaknya. Ia tersenyum getir, seolah baik-baik saja.
Kakaknya mengerti betul. Bahwa senyum adiknya itu adalah kesakitan yang ia sembunyikan. “Kau ikut aku ya!” Kata kakaknya lagi. Cahaya bungkam tak memberikan jawaban. Namun akhirnya menyuarakan “Baiklah, kak”.
***
Ditempat lain. Gadis berkerudung merah jambu telah berada di rumah barunya. Rumah megah yang terbilang mahal. Dia sama sekali tak angkuh bahkan cenderung ramah dan baik hati. Angin sepoi-sepoi menyenggol kerudungnya. Ia pun segera masuk ke rumah membawa koper yang sedari tadi berada di tangannya.
“Bunda, apakah disini aku akan menemukan teman?” Kata gadis berkerudung merah jambu itu.
“Tentu saja. Kau akan mendapatkannya.” Kata bunda sambil mengelus gadis itu.
“Nanti sore, Cinta boleh ya jalan-jalan?” Kata gadis itu yang ternyata bernama Cinta.
Bunda mengangguk mengiyakan dan tersenyum. Cinta. Pantaslah ia bernama Cinta gadis manis berkulit putih bersih dan tinggi. Memberikan aura positif bagi yang melihatnya. Penuh kasih dan murah senyum.
Ketika panas terik tergantikan oleh suasana hangat penuh cahaya ke orange-orangean. Dia pergi mengelilingi kompleks. Hingga kakinya melangkah pasti menuju taman di seberang. Taman itu tak terlalu besar tapi indah. Tertata banyak bunga-bunga disana. Ada ayunan yang terpasang menambah kesan taman yang sesungguhnya.
Ia duduk di ayunan itu. Menatap kosong ke depan. Entah apa yang ia perhatikan. Angin sepoi-sepoi tadi kembali menyenggol kerudungnya. Dia sama sekali tak bergeming. Tetap diam terhanyut dalam lamunan yang ia sendiri tak tahu. Apa yang sedang ia lamunkan?
“Permisi, dik” Kata perempuan bersuara lembut yang berhasil memecahkan lamunan dan mengobrak ngabrik nya dengan lembut. Perempuan itu membawa seseorang. Siapa? Dalam hatinya penuh tanya. Siapa pula yang duduk itu? Rentetan pertanyaan baru.
“Aku tinggal di seberang jalan. Kau baru pindah? Aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Ini adikku” Kata perempuan itu lagi. Cinta belum mengeluarkan satu kata pun. Ia sibuk memperhatikan seorang yang dibawa perempuan itu.
“Hallo, aku Cahaya” Cahaya mengulurkan tangan seolah tahu dimana keberadaan Cinta. Cinta terbelalak karena tangan yang menjulur sama sekali tak tepat ke arah dimana ia berdiri. Ia baru menyadari bahwa orang yang dihadapannya itu buta lagi lumpuh. Cinta tersenyum. Menyambar juluran tangan Cahaya dengan penuh kasih.
Sekitar setengah jam berlalu. Kakak, cahaya dan Cinta berbincang-bincang di taman. Baru kali itu Cahaya terlihat bersemangat berbicara dengan orang selain kakaknya. Mereka mulai akrab, Cahaya dengan keterbatasannya diterima oleh Cinta yang hampir mendekati sempurna. Mereka bersahabat begitu dekat. Cinta selalu mengajak Cahaya jalan-jalan melihat pemandangan diluar. Matahari terbenam, burung-burung yang berterbangan, bunga-bunga yang tumbuh. Tapi apalah daya, Cahaya sama sekali tak mengerti bagaimana burung terbang, bagaimana bunga-bunga itu tumbuh. Cahaya hanya mahir melihat kegelapan, dan hitam..
                                                                      *** 
Sebulan setelah keakraban mereka terjalin.
Di taman pertama kali mereka bertemu. Di temani suara kicauan burung-burung kecil. Angin yang berhembus lembut. Cahaya malang bercerita kepada Cinta. Dengan penuh asa. Sesak yang mendalam dan mencoba menyekat air mata.
“Cinta.. Kau tau? Aku sangat tersiksa. Aku tak mampu melihat bagaimana wajahmu.Aku yakin, kau sangat cantik. Sama seperti hatimu. Aku hanya mampu mengetahui warna hitam. Aku kesulitan melihat dimana kau berdiri. Tepatnya menebak. Aku juga ingin berlari. Berjalan disampingmu. Bermain ayunan. Dan tak terus-terusan duduk di kursi roda ini” Cahaya tak mampu membendung air matanya.
“Selama 17tahun aku hanya duduk. Bertemankan dengan hitam dan gelap. Aku bosan.” Katanya lagi, kini air matanya turun lebih deras. Membanjiri pipinya.
“Aku tahu, aku tahu kau hebat! Kau mampu bertahan selama ini. Kau mampu menyembunyikannya pada dunia. Ada satu hal yang kau lupa. Kau bisa melihat! Kau juga bisa berjalan!” Cinta menjawab dengan suara serak menahan tangis.
“Aku sudah mencoba! Tidak bisa, cinta!” Jawab Cahaya dengan tangis yang tak kunjung mereda. Sore itu suasana mulai berbeda. Cerah berubah menjadi gelap. Hujan tiba-tiba menerpa. Keduanya masih duduk ditaman.
“BISA!!!! KAU HARUS COBA LAGI, bersamaku!” Cinta menarik Cahaya dengan paksa. Menjatuhkannya ke tanah. Tubuh Cahaya terhempas. Cinta menjulurkan tangannya. Membantu Cahaya berjalan ditengah hujan yang menguyur mereka.
“KAU PASTI BISA! PEJAMKAN MATAMU! TEKATKAN DALAM HATIMU APA YANG SELAMA INI KAU INGINKAN. ME-LI-HAT!” Cinta memberi semangat. Cahaya dan cinta terus berjalan. Cahaya menutup matanya. Sekitar beberapa menit “YaAllah..Aku ingin melihat. Setidaknya melihat wajah sahabatku” Ia buka lagi matanya. Terlihat tetesan air yang menyerbu taman, bunga-bunga dan sahabatnya! Cinta melepaskan tangannya. Cahaya berjalan terseok-seok. Meski berkali-kali terjatuh. Ia memaksa sarafnya bekerja entah seberapa sakit ia tak peduli. Hanya ingin berjalan.
“Cinta? Aku menyayangimu! Aku tak tahu bagaimana ini bisa terjadi. Tak ada yang tak mungkin. Kumustahilan yang dulu ku harapkan kini menjadi nyata. Terimakasih!” Cahaya sepenuhnya bisa melihat meski agak samar. Ia peluk sahabatnya. Cinta juga bingung kenapa kejadian itu bisa terjadi. Apapun alasannya. Mereka berbahagia. Di tengah hujan mereka bermain hujan berdua. Sama seperti impian Cahaya. “Kau adalah keajaiban, Cinta.” Bathin cahaya dan tertawa lepas bersama sahabatnya..



Tanggal Yang Sama

Menangis di tanggal yang sama tepat setahun lalu..

Jika kau bertanya bagaimana rasanya? Aku akan menjawab “SAMA”. Sama-sama membuat air mataku menumpah. Walau bedanya, tidak separah tahun lalu. Bukan karena rasa sayangku berkurang tapi karena aku mulai belajar ikhlas, belajar rela dengan air mata yang menumpah namun tidak di hiraukan itu. Kufikir aku mampu lewati seperti tahun lalu hingga tahun ini..

Tepat sekali! Hanya sebuah fikiran yang nyatanya? Selalu berbanding terbalik. Entah karena aku terlalu fokus dengan kesedihanku, atau aku memang harus benar-benar merubah pandanganku..

Cukup. Cukuplah kau ‘hancurkan’ mimpiku yang kesekian kalinya untukmu dan karenaku.  Cukuplah. Kau ‘pergi’ dan kembali sesuka hatimu yang nyatanya itu sangat membuatku terluka. Cukup membuatku terjatuh dan kau menolongku untuk bangkit lalu kau jatuhkan aku lebih dalam. Cukup lah membuatku harus menangis karena hal-hal yang sebenarnya aku lukiskan begitu indah namun lagi-lagi kau ‘mengobrak-abrik’ ruang yang ada. Cukuplah kau membuatku harus berharap kepada harapan yang sebenarnya tidak untuk di harapkan. Lalu apa lagi? Lalu kenapa lagi? Semua terulang dan tepat di tanggal yang sama...

Aku tidak pernah membencimu. Seperti (mungkin) kau membenciku. Aku tidak pernah sekali pun muak bertemu kau. Seperti (mungkin) kau muak melihat wajahku. Sungguh. Kenapa semua tidak pernah sama? Aku belajar menelaah dari kejauhan. Apa salahku separah itu? Hingga rasanya semua tidak mungkin kembali? Aku berfikir sangat keras! Sekeras baja! Sekeras batu! Tapi sayangnya kesakitan lah yang kurasa karena ‘kekerasan’ itu.

Aku ingin tertawa! Bukan karena aku terlampau bahagia. Namun justru aku terlampau lelah menahan ‘tangis’ atau justru bosan untuk menangis. Sudah berulang kali kecewa itu mendera dan ku coba menepiskannya. Ini adalah kesekian kalinya kecewa itu mampir dan tidak pernah mangkir. Apa aku separah itu, teman?


Aku tidak berubah menjadi orang yang (katamu) berlebihan. Kau perlu membuka mataku selebar dunia ini. Agar kau mengerti, agar kau mampu memahami. Bahwa seorang ‘aku’ disini. Yang (dulu) mengabaikanmu dan (kini) di abaikan. Adalah orang yang sama! Aku tidak pernah berubah mejadi siapapun. Termasuk menjadi pribadi yang ‘lebih’ lebih cuek atau ‘lebih’ peduli. Aku sama. Sama seperti pertama kali aku mengenalmu, dan ketika aku terpaksa ( hingga akhirnya nyaman) menyelonong masuk dilingkaran kehidupanmu..

Kau lupa!
Aku tetap sama! Kau lupa, kau lah yang berbeda. Kau juga lupa. Aku tidak beranjak dari ‘tempat’ dimasa lalu. Aku tetap menunggu kau kembali. Seperti sedia kala, temanku... Walau pengabaian berkali-kali. Walau penolakan untuk tetap singgah itu sering kudapati. Tapi entahlah hatiku jarang sekali goyah. Memang jujur, sesekali ingin memutuskan untuk berhenti menunggu. Beranjak dan pergi meninggalkan masa lalu. Aku tidak bisa pergi begitu saja. Menghapuskan cerita semudah kau menghapusnya..

Kau lah yang sebenarnya berubah. Menjadi orang yang tidakpernah aku kenal. Sosok mu memang nyata. Tapi sangat maya kurasakan. Kau berfikir aku menganggapmu luar biasa. Padahal tidak. Aku tetap sama. Memperlakukanmu seolah semua baik-baik saja. Mungkin itulah yang kau anggap luar biasa. Aku tidak pernah mempermasalahkan ‘perubahanmu’ dengan sikapku. Aku tetap sama. Menganggapmu ada, menganggapmu mempedulikanku, menanggapmu teman baikku. Menganggapmu ada di hariku. Walau nyatanya tidak. Walau nyatanya kau telah berjalan sangat jauh dariku. Tapi aku memperlakukanmu sama seperti pertama kali aku mengenalmu. Apa itu yang kau sebut ‘memperlakukanmu dengan luar biasa?’. Jika iya, kenapa dahulu kau menganggapnya hal yang biasa? Sungguh. Kali ini kau hatus membuka matamu dan melihat kenyataan..

Terimakasih, kau telah menambahkan dan melukiskan cerita di hidupku. Membuatnya berputar-putar. Membuat sedikit bingung. Terimakasih kau ‘membubuhkan’ tinta kehidupanmu dalam hidupku. Sempat bahagia walau kini cerita yang kau lempar dari kejauhan adalah cerita-cerita rumit yang terkadang tidak kutemukan akhir.

Walaupun begitu..
Alhamdulillah. Pasti ada hikmah di balik semua ini J Aku tetap sama. Aku tidak pernah berubah. Aku masih disini. Di tempat yang sama dengan cerita yang berbeda...
#MN