18 Tahun lalu tepat tanggal 25
Februari. Allah Yang Maha Hidup memberikan kesempatan seorang bayi mungil untuk
hidup. Untuk bernafas dan untuk menikmati indahnya ciptaan yang luar biasa ini.
Tepat 18 Tahun lalu. Bayi mungil itu masih penuh kesucian, ia hanya mampu
menangis merengek karena kehausan juga kelaparan. Mata nya masih indah tanpa
dosa, tangisannya sangat di rindukan bagi siapa pun yang mendengarnya. Semua
yang ada pada bayi mungil itu adalah kekuatan untuk Uminya...
18 Tahun berjalan dengan begitu
cepatnya...
Bayi mungil itu berubah menjadi
gadis berkerudung. Mata gadis itu sekarang tidak lagi sesuci dahulu. Bayi
mungil itu kini telah mengerti rasanya di sayangi, menyayangi dan mencintai.
Bayi mungil itu kini telah berubah menjadi gadis yang dewasa. Tidak ada lagi
rengekan yang di rindukan Umi. Hanya ada air mata yang ia coba untuk menahannya
agar ia tidak menetes di depan sang Umi..
Iya.. Bayi mungil itu aku.. Gadis
berkerudung itu pun aku..
18 Tahun lalu..
Kehadiranku sangat di
eluh-eluhkan berbagai pihak. Pipiku di cium berkali-kali. Mataku masih jernih
tanpa dosa. Hatiku masih suci tanpa dengki, iri dan saudara-saudaranya. Mulutku
hanya bisa menangis tanpa mencela ataupun mencaci. Dan aku belum mengerti apa-apa.
Aku belum mengerti apa itu kecewa, sakit hati, di abaikan, melupakan dan
menganggap orang berarti. Aku belum tahu semua itu.Yang ku tahu, hanya masalah
dapat terselesaikan dengan sebatang permen.. setelah itu? Semua kan baik-baik
saja.
Sayang, 18 tahun lalu tidak sama
dengan 18 tahun setelahnya. Ku rasa aku tidak lagi di rindukan Umi, tidak ada
lagi yang mencium pipiku. Hatiku sudah mengenal sakit hati. Bahkan sering kali
merasa terluka, aku sudah hafal bagaimana diabaikan, menganggap seseorang
berarti dan.....semua sudah bisa aku rasakan dengan hatiku. Aku juga sudah
mengerti, bahwa masalah tidak bisa di selesaikan dengan sebatang permen atau
sebuah balon. Aku telah tahu, hidup itu perjuangan!
Hari ini, 18 tahun usiaku..
Aku sudah berjanji dengan diriku
sendiri, untuk tidak menghujat siapapun yang telah menghancurkan mimpiku. Aku juga
harus terus berlapang dada menerima perlakuan buruk yang sangat melukai hatiku.
Aku harus membalas keburukan dengan kebaikan. Semua karena Allah telah berbaik
hati memberiku waktu hidup selama ini. Ketika Dia yang menciptakanku saja sudah
berbaik hati membuatku bisa hidup. Kenapa aku tidak berusaha untuk membuat
hidupku menjadi bahagia?
Kebahagiaanku kini ada di
tanganku! 18 Tahun ini menjadi awal langkahku untuk sendiri. Tanpa
bayang-bayang masa lalu yang menyakitkan. Entah itu masalah pertemanan, atau
pun masalah yang lain yang dulu selalu mengekor dibelakangku. Kebahagiaan harus
aku ciptakan sendiri! Dengan kaki, tangan, dan ragaku! Apa pun caranya,
bagaimana pun sulitnya, aku harus berdiri dan menopang mimpiku tanpa ada
siapapun. Aku tidak lagi mau, semangat yang telah aku ciiptakan hancur
berantakan di tengah jalan hanya karena aku telampau menggantungkan
kebahagiaanku pada seseorang.
25 Februari..
Tidak ada lagi tangis untuk hari
ini. Mereka pergi dan tidak pedulikan ku juga aku sangat maklum. Mungkin aku
tidak lebih baik dari mereka. Tidak ada lagi kejadian seperti 25 februari tahun
lalu. Tidak ada lagi harapan tentang kamu, temanku! Tidak... Aku sudah cukup
bisa untuk hidup tanpa atau denganmu.
Terimakasih ya Allah..
Atas umur yang telah aku lewati
sampai detik ini. Jika memang aku harus merasa tersakiti. Jangan buat diriku
terus saja asyik memikirkan mereka yang menyakitiku. Berilah aku kesempatan
untuk membuktikan bahwa aku bisa berdiri sendiri. Tanpa dia. Atau siapa pun..
Sebab sebaik-baik pelindung hanyalah Kau, yaAllah...
Aamiin.
No comments:
Post a Comment