♫♬

Friday, August 23, 2013

Ya Allah, Aku siap untuk BERBEDA

  Assalamualaikum...
Baru sempet nulis nih, kemarin sibu eyaaaak :D 

 “Apa aku harus berbeda?” Allah, mungkin aku terlampau bebaal untuk mengerti akan takdirmu. Mungkin sebagian dari fikiranku terlebih dahulu memvonis diriku berbeda dengan mereka. Atau mungkin, aku terlampau memiliki ambisi menjadi seperti mereka sampai aku lupa bagaimana cara bersyukur? Mereka memiliki segalanya, terbilang mewah dan berkecukupan. Mereka kesana sini tanpa merasakan beban. Aku mulai bertanya lagi “Apa salah ku hingga aku harus berbeda? Hidupku? Hidup mereka? Seolah bumi-langit jika aku mampu lukiskannya” Ternyata, aku berbeda tingkat ekonomi dengan mereka. 
    Aku berbicara dari sudut berbeda yang lain. Katanya, perbedaan itu bukan penghalang. Tapi kenapa perbedaan itu membuatku terasingkan? Pilihanku, opini mereka, dan sikap mereka. Kenapa semua tak senada? Pilihanku, bukankah itu tuntunan-Nya ? Aku belajar dari masa laluku yang suram, kelam, tak berwarna. Aku kerap kali melupakan Dia yang memberiku ingatan. Aku sering kali mengerjakan apa yang Dia larang. Sebebal itu kah aku dulu? Mungkin iya. Karena itu, aku berani tampil beda. Namun, ketika aku berjalan dengan perbedaan itu. Kenapa seluruh isi dunia seolah menjauhiku? Ternyata cara pandangku kini telah berbeda dengan mereka.
    Aku berlanjut dengan perbedaan ku yang lain. Disaat mereka sering pergi ketika waktu senggang, atau pulang malam karena bertemu dan berkumpul dengan teman-temannya. Aku justru menghabiskan waktu luang untu abi dan umi. Terlalu Norak kah aku jika umur 17tahun aku hanya keluar malam 3 kali. 2 karena tugas sekolah dan satu lagi ya karena sebelum aku berbeda  . Terlalu kampungkah aku jika aku kerap kali melongo ketika mereka sedang asyik memperbincangkan film-film barat yang sedang populernya. Bahkan aku malas mendengarkan celotehan mereka tentang film tersebut. Ternyata cara bergaulku berbeda.
      Perbedaan ku yang selanjutnya, perbedaan ini benar benar membuatku terasa sangt asing. Terasa sangat minder. Sesekali berfikir tapi untunglah sekarang aku sudah terbiasa. Disaat kepala-kepala mereka ada punuk yang menjulang luamyan tinggi, kepalku mulus tanpa ada pegunungan kecil. Disaat jilbab-jilbab mereka diatas dada, jilbabku malah menjuntai hampir tangan pun tak terlihat. Disaat mereka berkreasi bebas di kepala mereka dengan jilbab, aku malah menyederhanakan sesederhana mungkin bentuk jilbabku. Dan disaat orang kesana kemari penuh dengan lukisan lukisan di wajahnya. Aku malah datar tanpa apa pun selain bedak. Celana-celana ketat yang menjadi trending sama sekali tak ada di lemari pakaianku. Baju seper empat atau hitungan per matimatika lainnya pun aku kerap kali memakai manset. Ketika mereka memakai high heels dan tampak anggun ketika berjalan, aku hanya memakai sepatu tepek, atau sendal memakai kaus kaki pula. Disaat mereka dengan santainya bergonta ganti pasangan yang mereka sebut pacar, sampai 17 tahun pun, aku sama sekali belum pernah berpacaran. Terlebih aku sekarang punya prisip JOMBLO SAMPAI SAH Jadi kemungkinan untuk berpacaran pun hanya kecil, mungkin taaruf. Ah terlalu ketuaan kah pikiranku? Ternyata, Hidupku , cara pandangku, cara berpakaianku, tingkat ekonomi ku berbeda dengan mereka.

Haruskah aku berbeda, jika ingin keindahan disana ?
Haruskah karena aku memilih jalan yang berbeda aku di asingkan ?
Haruskah karena perbedaan itu aku di tinggalkan banyak orang yang aku sayang ?
Ketika aku memilih jalan lain yang berbeda dengan mereka.
Ketika aku memiliki segala sesutu yang serba berbeda.
Semoga perbedaanku berarti di mataMu ya Allah :’)
Aku siap, jika harus tampak berbeda dengan mereka jika itu membuatMu Ridho ;’)
Aku siap di asingkan karena perbedaan ku. Jika itu, bisa membuat mili detik nafasku berhembus dengan penuh berkah :’)
Aku siap untuk terus hidup dengan perbedaanku. Jika perbedaan ku akan membawaku ke JannahMu ya Rabb :’)
Istiqomahkan lah perbedaanku pada perbedaan yang kau Ridhoi, Jangan buat aku berubah kembali ke masa laluku yang terbilang suram :’)

Wednesday, August 21, 2013

Dibalik lingkar senyum sang boneka

Mulanya boneka berbentuk persegi yang hampir persegi panjang berwarna kuning itu adalah boneka yang aku sayangi. Boneka menggemaskan yang berbanding terbalik dengan boneka yang aku sukai. Boneka mungil itu tampak sempurna di mataku, memiliki hidung panjang yang sama sekali tak melambangkan hidung kecilku ini. Dia adalah salah satu tokoh kartun favorite sahabatku.. Bukan sahabat, Teman terdekatku dulu.. Bagaimana dan kenapa harus boneka itu ? ‘Dia’ sang boneka yang selalu tersenyum tak sedikit pun tersirat keingin tauannya tentang sesakku. Boneka itu berubah menjadi hantu untukku! Setiap aku melihat nya di sana di toko boneka atau sekedar sliewran di hadapanku aku seakan mendapatkan pukulan beribu kali hingga aku terpaksa mengalah karena tak mampu melawan. Kenangan pahit seperti kopi. Ah bukan, kopi yang tak di beri gula saja mampu kau nikmati ketika keadaan terdesak. Atau pahitnya pare? Itu juga menjadi sayur yang kerap kali bunda masakkan untukku. Walau pahit aku tetap (mencoba) menikmatinya. Namun ini lebih pahit dari itu, sudah berulang aku coba untuk menikmati nya tapi.... semakin pahit. Semakin sesak. Ingatan itu seolah memukulku hingga aku terjatuh tak karuan bagaimana rupaku, mencoba bangkit namun ingatan yang lain kembali menerpa pikiranku. Terjatuh lagi lagi dan lagi.
    
    Boneka itu lucu. Siapa pun yang melihat nya seolah ingin menarik hidung mancungnya yang menggemaskan itu. Justru itu yang membuatku membencinya semakin menjadi! Fikiran ku berulang ulang membayangkan hidung mancung itu. Ah mengesalkan! Aku benci fase ini. Fase di mana sang boneka seakan serupa dengan dia, teman masa laluku (?) Senyumnya lebar melingkar sampai ke mata besarnya. Seolah berkata “Kau akan menyukaiku. Aku menggemaskan. Lihatlah aku” Dan rangkaian alphabet lainnya. Berbalik! Semua ku artikan berabalik. Boneka ini egois tak mengerti bagaimana sesak yang kurasa. Bagaimana senyum yang melingkar di wajahnya itu membuatku kian tersiksa. Di balik boneka ini. Di balik senyum yang menggemaskan nya, dan di balik mata indahnya menyisakan seribu kenangan pahit yang harus ku (coba) untuk menikmatinya. Bagaimana bisa aku melupakan masa lalu ‘suram’ itu ? Bagaimana aku belajar Mencintai boneka ini ? Jika aku memvonis dia lah saksi mata kejadian itu. Pertengkaran hebat itu dimulai juga berakhir dengan pemberian boneka itu kepadanya.

   Kenapa harus boneka ini yang menjadi saksi pertengkaran singkat yang berakhir pengabaian ? Jika aku mampu rasanya aku ingin meniadakan boneka itu dari hadapanku. Dari semua sudut langit langit yang biasanya selalu ada dia di sana :’) Lihatlah boneka imut ini siapa yang sampai hati mengambil gunting untuk melukainya ? Ah sudahlah.. Aku pun masih punya perikebonekaan. Bagaimana aku mampu dengan mudah nya membenci boneka ini? Pun sama sekali tak tahu apa-apa. Mungkin jika ia bisa berbicara ia akan berkata “Apa salahku hingga kau begitu membenciku? Bukankah setiap pertemuan akan berakhir jua? Segagah apa pun kau melawan. Bukan kah kau percaya Allah selalu adil ? Aku hanya objek yang hadir di saat pertengkaran kalian. Tapi bukan aku yang menjadi sebab kalian berpisah” Aku seperti orang gila. Ke kanan ke kiri. Kearah yang... Lagi lagi aku bingung. Arah mana yang ku maksut. Kadang membenci boneka ini. Kadang juga seakan membela boneka ini. Meyakinkan bahwa bukan dia yang menjadi mula. Aku benar benar bingung. Kenapa harus ada ‘dia’ di saat aku , temanku dan pertengkaran itu terjadi.. Pertengkaran hebat namun dingin. Berakhir dengan air mata yang kian hari bisa jadi semakin deras. Hampir mengering dan berhenti namun bayangan dia dan boneka ini semakin pekat di otakku! Aku benci keadaan. Sulit. Lebih sulit dari aku harus mengerjakan soal matematika yang kerap membuat otakku buntu. Ah sejatinya matematika sudah pasti ada rumus. Lalu bagaimana mencari rumus agar senyum boneka ini seirama dengan senyumku ? :O
Butuh berapa lama aku mencari rumus itu dan memecahkan masalah ini? Bukan masalah yang pecah namun otakku. Ah sudahlah~

  Di balik senyum manis sang boneka teresmbunyi sesak yang luar biasa dari senyum kepalsuanku :’) Semoga ada masa dimana boneka ini mampu mengungkapkan bagaimana aku... Haaaah! Aku lelah untuk berandai-andai. Kenapa tak hidup di pengandaian saja ? Semua pasti bahagia! Tersenyum sejalur dengan apa yang mereka andaikan.. Jika ada masa seperti itu, aku yakin senyum manis boneka ini tak lagi menjadi hantu untukku lagi :’) Atau mungkin aku dan teman lama ku akan bersama sama memandangi lengkung indah senyum di boneka kecil ini. Atau....
      Ya, hidup hidup dan hidup bukan pada pengandaianku. Ia tak akan berhenti pada angan kosongku. Semakin penuh otakku dengan angan kosong maka akan semakin menyesakkan dada bukan? Semakin banyak mimpi mimpi kecil ku akan boneka itu semakin... Ah ku akhiri saja tulisan ini.. Di balik lingkar senyum nya ada sedih yang tak kunjung mereda "