Assalamualaikum...
Baru sempet nulis nih, kemarin sibu eyaaaak :D
“Apa aku harus
berbeda?” Allah, mungkin aku terlampau bebaal untuk mengerti akan takdirmu.
Mungkin sebagian dari fikiranku terlebih dahulu memvonis diriku berbeda dengan
mereka. Atau mungkin, aku terlampau memiliki ambisi menjadi seperti mereka
sampai aku lupa bagaimana cara bersyukur? Mereka memiliki segalanya, terbilang
mewah dan berkecukupan. Mereka kesana sini tanpa merasakan beban. Aku mulai
bertanya lagi “Apa salah ku hingga aku
harus berbeda? Hidupku? Hidup mereka? Seolah bumi-langit jika aku mampu
lukiskannya” Ternyata, aku berbeda
tingkat ekonomi dengan mereka.
Aku berbicara dari sudut berbeda
yang lain. Katanya, perbedaan itu bukan penghalang. Tapi kenapa perbedaan
itu membuatku terasingkan? Pilihanku, opini mereka, dan sikap mereka. Kenapa
semua tak senada? Pilihanku, bukankah itu tuntunan-Nya ? Aku belajar dari masa
laluku yang suram, kelam, tak berwarna. Aku kerap kali melupakan Dia yang
memberiku ingatan. Aku sering kali mengerjakan apa yang Dia larang. Sebebal itu
kah aku dulu? Mungkin iya. Karena itu, aku berani tampil beda. Namun, ketika
aku berjalan dengan perbedaan itu.
Kenapa seluruh isi dunia seolah menjauhiku? Ternyata
cara pandangku kini telah berbeda dengan mereka.
Aku berlanjut dengan perbedaan
ku yang lain. Disaat mereka sering pergi ketika waktu senggang, atau pulang
malam karena bertemu dan berkumpul dengan teman-temannya. Aku justru
menghabiskan waktu luang untu abi dan umi. Terlalu Norak kah aku jika umur
17tahun aku hanya keluar malam 3 kali. 2 karena tugas sekolah dan satu lagi ya
karena sebelum aku berbeda . Terlalu kampungkah aku jika aku kerap kali
melongo ketika mereka sedang asyik memperbincangkan film-film barat yang sedang
populernya. Bahkan aku malas mendengarkan celotehan mereka tentang film
tersebut. Ternyata cara bergaulku
berbeda.
Perbedaan ku yang selanjutnya, perbedaan ini benar benar
membuatku terasa sangt asing. Terasa sangat minder. Sesekali berfikir tapi
untunglah sekarang aku sudah terbiasa. Disaat kepala-kepala mereka ada punuk yang menjulang luamyan tinggi,
kepalku mulus tanpa ada pegunungan kecil. Disaat jilbab-jilbab mereka diatas
dada, jilbabku malah menjuntai hampir tangan pun tak terlihat. Disaat mereka
berkreasi bebas di kepala mereka dengan jilbab, aku malah menyederhanakan
sesederhana mungkin bentuk jilbabku. Dan disaat orang kesana kemari penuh
dengan lukisan lukisan di wajahnya. Aku malah datar tanpa apa pun selain bedak.
Celana-celana ketat yang menjadi trending sama sekali tak ada di lemari
pakaianku. Baju seper empat atau hitungan per matimatika lainnya pun aku kerap
kali memakai manset. Ketika mereka memakai high heels dan tampak anggun ketika
berjalan, aku hanya memakai sepatu tepek, atau sendal memakai kaus kaki pula.
Disaat mereka dengan santainya bergonta ganti pasangan yang mereka sebut pacar,
sampai 17 tahun pun, aku sama sekali belum pernah berpacaran. Terlebih aku
sekarang punya prisip JOMBLO SAMPAI SAH Jadi
kemungkinan untuk berpacaran pun hanya kecil, mungkin taaruf. Ah terlalu
ketuaan kah pikiranku? Ternyata, Hidupku
, cara pandangku, cara berpakaianku, tingkat ekonomi ku berbeda dengan mereka.
Haruskah aku berbeda, jika ingin keindahan disana ?
Haruskah karena aku memilih jalan yang berbeda aku di asingkan ?
Haruskah karena perbedaan itu aku di tinggalkan banyak orang yang aku
sayang ?
Ketika aku memilih jalan lain yang berbeda dengan mereka.
Ketika aku memiliki segala sesutu yang serba berbeda.
Semoga perbedaanku berarti di mataMu ya Allah :’)
Aku siap, jika harus tampak berbeda dengan mereka jika itu membuatMu
Ridho ;’)
Aku siap di asingkan karena perbedaan ku. Jika itu, bisa membuat mili
detik nafasku berhembus dengan penuh berkah :’)
Aku siap untuk terus hidup dengan perbedaanku. Jika perbedaan ku akan
membawaku ke JannahMu ya Rabb :’)
Istiqomahkan lah perbedaanku pada perbedaan yang kau Ridhoi, Jangan
buat aku berubah kembali ke masa laluku yang terbilang suram :’)