Mulanya boneka berbentuk persegi yang hampir persegi panjang
berwarna kuning itu adalah boneka yang aku sayangi. Boneka menggemaskan yang
berbanding terbalik dengan boneka yang aku sukai. Boneka mungil itu tampak
sempurna di mataku, memiliki hidung panjang yang sama sekali tak melambangkan
hidung kecilku ini. Dia adalah salah satu tokoh kartun favorite sahabatku..
Bukan sahabat, Teman terdekatku dulu.. Bagaimana dan kenapa harus boneka itu ?
‘Dia’ sang boneka yang selalu tersenyum tak sedikit pun tersirat keingin
tauannya tentang sesakku. Boneka itu berubah menjadi hantu untukku! Setiap aku
melihat nya di sana di toko boneka atau sekedar sliewran di hadapanku aku seakan mendapatkan pukulan beribu kali
hingga aku terpaksa mengalah karena tak mampu melawan. Kenangan pahit seperti
kopi. Ah bukan, kopi yang tak di beri gula saja mampu kau nikmati ketika
keadaan terdesak. Atau pahitnya pare? Itu juga menjadi sayur yang kerap kali
bunda masakkan untukku. Walau pahit aku tetap (mencoba) menikmatinya. Namun ini
lebih pahit dari itu, sudah berulang aku coba untuk menikmati nya tapi....
semakin pahit. Semakin sesak. Ingatan itu seolah memukulku hingga aku terjatuh
tak karuan bagaimana rupaku, mencoba bangkit namun ingatan yang lain kembali
menerpa pikiranku. Terjatuh lagi lagi dan lagi.
Boneka itu lucu. Siapa pun yang melihat nya seolah ingin
menarik hidung mancungnya yang menggemaskan itu. Justru itu yang membuatku
membencinya semakin menjadi! Fikiran ku berulang ulang membayangkan hidung
mancung itu. Ah mengesalkan! Aku benci fase ini. Fase di mana sang boneka
seakan serupa dengan dia, teman masa laluku (?) Senyumnya lebar melingkar
sampai ke mata besarnya. Seolah berkata “Kau
akan menyukaiku. Aku menggemaskan. Lihatlah aku” Dan rangkaian alphabet
lainnya. Berbalik! Semua ku artikan berabalik. Boneka ini egois tak mengerti
bagaimana sesak yang kurasa. Bagaimana senyum yang melingkar di wajahnya itu
membuatku kian tersiksa. Di balik boneka ini. Di balik senyum yang menggemaskan
nya, dan di balik mata indahnya menyisakan seribu kenangan pahit yang harus ku
(coba) untuk menikmatinya. Bagaimana bisa aku melupakan masa lalu ‘suram’ itu ?
Bagaimana aku belajar Mencintai boneka
ini ? Jika aku memvonis dia lah saksi mata kejadian itu. Pertengkaran hebat itu
dimulai juga berakhir dengan pemberian boneka itu kepadanya.
Kenapa harus boneka ini yang menjadi saksi pertengkaran singkat yang berakhir pengabaian ? Jika aku mampu rasanya aku
ingin meniadakan boneka itu dari hadapanku. Dari semua sudut langit langit yang
biasanya selalu ada dia di sana :’)
Lihatlah boneka imut ini siapa yang sampai hati mengambil gunting untuk melukainya ? Ah sudahlah.. Aku pun masih
punya perikebonekaan. Bagaimana aku
mampu dengan mudah nya membenci boneka ini? Pun sama sekali tak tahu apa-apa.
Mungkin jika ia bisa berbicara ia akan berkata “Apa salahku hingga kau begitu membenciku? Bukankah setiap pertemuan
akan berakhir jua? Segagah apa pun kau melawan. Bukan kah kau percaya Allah
selalu adil ? Aku hanya objek yang hadir di saat pertengkaran kalian. Tapi
bukan aku yang menjadi sebab kalian berpisah” Aku seperti orang gila. Ke
kanan ke kiri. Kearah yang... Lagi lagi aku bingung. Arah mana yang ku maksut.
Kadang membenci boneka ini. Kadang juga seakan membela boneka ini. Meyakinkan
bahwa bukan dia yang menjadi mula. Aku benar benar bingung. Kenapa harus ada
‘dia’ di saat aku , temanku dan pertengkaran itu terjadi.. Pertengkaran hebat
namun dingin. Berakhir dengan air mata yang kian hari bisa jadi semakin deras.
Hampir mengering dan berhenti namun bayangan dia dan boneka ini semakin pekat
di otakku! Aku benci keadaan. Sulit. Lebih sulit dari aku harus mengerjakan
soal matematika yang kerap membuat otakku buntu. Ah sejatinya matematika sudah
pasti ada rumus. Lalu bagaimana mencari rumus agar senyum boneka ini seirama
dengan senyumku ? :O
Butuh berapa lama aku mencari rumus itu dan memecahkan
masalah ini? Bukan masalah yang pecah namun otakku. Ah sudahlah~
Di balik senyum manis sang boneka teresmbunyi sesak yang
luar biasa dari senyum kepalsuanku :’) Semoga ada masa dimana boneka ini mampu
mengungkapkan bagaimana aku... Haaaah! Aku lelah untuk berandai-andai. Kenapa
tak hidup di pengandaian saja ? Semua pasti bahagia! Tersenyum sejalur dengan
apa yang mereka andaikan.. Jika ada masa seperti itu, aku yakin senyum manis
boneka ini tak lagi menjadi hantu untukku
lagi :’) Atau mungkin aku dan teman lama ku akan bersama sama memandangi
lengkung indah senyum di boneka kecil ini. Atau....
" Ya,
hidup hidup dan hidup bukan pada pengandaianku. Ia tak akan berhenti pada angan
kosongku. Semakin penuh otakku dengan angan kosong maka akan semakin
menyesakkan dada bukan? Semakin banyak mimpi mimpi kecil ku akan boneka itu
semakin... Ah ku akhiri saja tulisan ini.. Di balik lingkar senyum nya ada
sedih yang tak kunjung mereda "
No comments:
Post a Comment