♫♬

Sunday, June 30, 2013

Hapuskan jarak antara aku dan dia , Ya Allah

Assalamualaikum para penghuni segala sesuatuyang bisa di huni.;;)
Ketemu lagi nih sama aku.. Iya aku yang imut imut penyuka keroppi ini :D Pasti rindu kan yah ? Engga ? Oh harus rindu mah. Kalau engga rindu yap!! Fix aku mastiin kamu kamu kamu akan rindu aku untuk beberapa saat. Dan kemudian melupakan aku lebih jauh jauh dan sangat jauh :'( *iniapasihlan -.-  
Pokonya kali ini mau ngepost!! Dari kemarin mau ngepost engga tau mau ngepost apa. *emangsekarangtau?* Ye engga sih tapi karena kejadian semalam. Ngerusuh sama CMA :3 aku di anugrahkan sedikit pemikiran akan apa yang hendak aku tulis *lebaytaulan? >.<

Aku kamu dan jarak...
Sesak rasanya memendam apa yang harusnya aku ungkap. Sedih rasanya memeluk bayang bukan sosok yang nyata. Pilu rasanya memikirkan impi yang entah kapan menjadi kenyataan;mengapa sesulit ini ? Kamu yang awalnya sama sekali tak kukenal. Kamu yang sama sekali tak aku fikirkan sebelumnya. Kamu lah yang masih berada disampingku walau kita terpisahkan oleh hal kejam yang bernama jarak,kak. Satu tahun lalu.. Aku tanpa alasan pasti memulai sebuah perbincangan di salahsatu social media. Entah lah mengapa itu berujung rasa sayangku padamu, Kak? Waktu itu aku sama sekali tak pernah berharap bahkan berfikir saja tidak pernah. Kenyataan memang terkadang tak sesuai harapku.. Dan kamu dengan mudahnya menarikku dan terus membuatku menyayangimu. Tapi disisi lain aku berfikir "Mengapa harus ada jarak ? Padahal jika sang jarak tak ada mungkin aku adalah satu di antara orang yang bebahagia hari ini" ;')

Satu tahun tak terasa dan jarak masih saja tak bosan untuk memisahkan aku dan kamu. Harus bagaimana? Haruskah aku berteriak kepada jarak agar ia pergi dari kita? Hal konyol bukan? Apa yang bisa aku lakukan meminta jarak pergi dan biarkan kita berdekatan ? :") Sebentar saja? hanya sebentar. Biarkan aku mampu memeluk sosok nyatamu bukan bayangmu lagi ;'( Biar aku mampu mendengar suaramu bukan hanya lewat kabel telfon. Biarkan aku duduk disampingmu bercerita layaknya yang lain. Seperti mereka yang dengan mudahnya bercerita bahkan bersenda gurau denganmu dengan sosok nyatamu!!!! Bagaimana dengan aku disini? BAGAIMANA DENGAN KEADAAN AKU DISINI? Haruskah aku jadi sosok yang terlupa dan hanya menangis karena kejahatan jarak ? :"(

Kenapa mereka mampu menggenggammu dengan erat? Sedang aku hanya menggenggammu dalam keindahan mimpiku? Kenapa mereka dengan mudahnya melangkah bersamamu? Sedang aku hanya mampu melangkahmu dalam goresan gambarku. Mengapa mereka selalu bisa memelukmu kapan pun mereka mau? Sedangkan aku? Memeluk apa? Untuk melihat pun hanya lewat social media! Mengapa kamu tega membiarkanku disini dengan semua bayang tentangmu? Hanya mimpi-mimpi kecil yang akhirnya aku pendam dalam-dalam ketika aku tau kamu mampu tertawa bersama mereka.....

Kamu...
Sakit harus menangis dalam keadaan tawa yang ku umbar. Sakit berpura-pura untuk santai dan mengumbar senyuman. Senyum paksaan. Senyum yang entah apa artinya? Mereka nyata aku maya! Mereka ada? Aku hanya ada dalam jejaring social. Tanpa pulsa tanpa laptop tanpa twitter tanpa handphone tanpa semuanya! Tanpa jejaring social. Apakah aku ada? TIDAK ;'((((((((
Aku berfikir..
Suatu hari jika ada masa di mana jejaring social di hapuskan. Di saat itulah aku dan kamu akan benar-benar terpisahkan , Kak. Kamu sadar? Aku dan kamu di dekatkan karens jejaring social. Dan kamu di dekatkan pada mereka karena hal nyata. Entahlah.... sesak...

Hapuskan jarak antara aku dan dia, YaAllah..
Kenyataan yang menyesakkan adalah aku menyayanginya tapi yang lebih nyata adalah jarak menghalangi rasa sayangku......




     






CMA 



Sunday, June 23, 2013

Kisah Gadis Kecil Yang Shalehah

Cerita ini benar-benar mampu meneteskan air mataku sedemikian hebatnya. Aku kutip dari Website Majalah Qiblati ;')
Aku akan meriwayatkan kepada anda kisah yang sangat berkesan ini, seakan-akan anda mendengarnya langsung dari lisan ibunya.
Berkatalah ibu gadis kecil tersebut:
Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia melihat banyak burung pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentang takwil mimpi tersebut.
Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut.
Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang perpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang ma'ruf, dan senantiasa menjaga hijabnya.
Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.
Ibu Afnan melanjutkan ceritanya:
Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama Nasrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata: "Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!"
Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: "Mama, aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam." Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.
Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut.
Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?
Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: "Sakit ringan di kakiku." Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: "Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah." Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.
Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.
Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata: "Alhamdulillah… alhamdulillah… alhamdulillah." Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: "Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku."
Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!
Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjamah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!
Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.
Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: "Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku."
Kami (aku, suamiku dan Afnan) pergi untuk yang pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: "Apakah engkau seorang muslimah?" Dia menjawab: "Tidak."
Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar yang kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan. Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. Dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.
Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya, karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan mematikannya. Akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orang tuanya.
Pada suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: "Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?" Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin bagi mereka untuk memasang kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: "Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna." Temanku tersebut berkata: "Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan. Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati."
Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!
Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan di sisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.
Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan, dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu` dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!
Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mengabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Maka memungkinkan bagi kami untuk membawanya ke rumah. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.
Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.
Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang. Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum. Dia berkata: "Ummi, kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat." Kukatakan: "(Mimpi) yang baik Insya Allah." Dia berkata: "Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau, dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi."
Akupun bertanya kepadanya: "Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut." Dia menjawab: "Aku menyangka, bahwasannya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku." Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.
Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku, dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring di atas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: "Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu." Maka diapun menciumku. Kemudian dia berkata: "Aku ingin mencium pipimu yang kedua." Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: "Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah."
Maka dia berkata: "Asyhadu alla ilaaha illallah."
Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallaah." Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah." Dan keluarlah rohnya.
Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kasturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, keluargaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillahi rabbil 'aalamin. (AR)*
- See more at: http://qiblati.com/kisah-gadis-kecil-yang-shalihah.html#sthash.H5umGj1T.dpuf ;')
Semoga Allah meneguhkan iman kita Amiin amiin ya robbal alamin :")

Saturday, June 22, 2013

117 Hari Tanpa Kamu

“ 117 Hari aku bersandiwara”

            117 hari setelah hari itu aku bermain main di dalamnya dengan kesedihan, kerinduan dan terkadang bercengkrama dengan air mata. Bergenggaman dengan rasa yang tak mampu ku jelaskan. Aku benci di anggap lemah. Sampai akhirnya 117 hari setelah hari itu. Aku memainkan sebuah skenario. Didalamnya aku tampak kuat, tegar, dan terlihat mampu-tanpa-kamu-teman. Pernah membayangkan? Bagaimana aku berada pada 117 hari di dalamnya dengan penuh kepalsuan? Oh iya aku lupa.. Kamu tak pernah peduli lagi setelah hari itu. Maaf. Aku terlalu beranggapan kamu pedulikanku dan ingin tahu bagaimana keadaanku disini..
           117 hari aku berusaha menunjukkan pada dunia aku mampu bangkit tanpa kamu disisiku. Kamu yang dulu pernah ku buat menangis dan mungkin ini giliranku yang menangisimu. Di saat semua menjauh, di saat semua kurasa memudar dan hilang. Semua berada di 117 hari itu.. Awalnya kamu masih nyata aku lihat, suaramu masih nyata aku dengar. Aku lupa kapan hal itu terjadi. Yang pasti di 117 hari itu. Kamu mulai benar-benar menghilang dan aku berusaha untuk menganggap itu biasa. Selama ini bukankah aku pernah menghilang? Dan kamu mencariku? Aku lupa. Ini bukan masa lalu ini masa di mana sekarang kamu menjadi subjek yang melupakanku sangat jauh. Dan aku menjadi subjek yang terlupa. Bersandiwara lah aku sebisa mungkin dan ternyata kamu memang memutuskan untuk pergi dan ku rasa enggan kembali..
          Sekali dua kali mengingatkan dan setelah itu kamu pergi. Kamu yang dulu sering mengganggapku anak kecil dan sesekali mengusap kepalaku membuatku sulit bersandiwara lagi. Aku sudah kelelahan untuk hidup pada kepalsuan. Aku memang mampu tanpa kamu, dia dan mereka. Tapi 117 hari berlalu dengan kepalsuan. Kamu paham maksutku? Tidak? Begini. Aku mampu melupakanmu itu hanya sebuah kepalsuan belaka. Bukanm hal nyata. 117 hari bukankah waktu yang lama untuk sekedar mengahapus banyangmu, Teman? Bukannya 117 Hari itu waktu yang sangat lama untuk menggantikan posisimu dengan teman-temanku-yang-lain ? Namun kenapa 117 hari kurasa belum cukup untuk sekedar mengusirmu dari hati dan dari fikiranku. Kamu telah jauh melupakanku dan aku terlalu lelah mengejarmu.
          Terakhir kali, aku melihatmu dari jalan itu. Memandangimu sampai titik terkecil mu hingga akhirnya lenyap dari pandanganku. Jika aku tau itu menjadi hari terakhirku melihatmu. Aku tak akan semudah itu mengiyakan mu untuk pulang. Aku akan membiarkanmu tetap disampingku. Sekarang? Terlambat. Jangankan melihatmu. Untuk sekedar memberi kabar saja kamu-terlihat-malas.
117 hari terhitung setelah hari itu sampai hari ini. Aku masih berfikir kamu akan kembali. Oke itu hal yang mempunyai persentasi 0,00001 % untuk menjadi nyata ;)
Ah sudahlah..
Aku lanjutkan sandiwaraku ini, sampai akhirnya aku amat-sangat-lelah dan pergi....
Jaga diri kamu baik baik, Teman ku (?) :”D teman? Masih kah aku di anggap teman?
Masih? Iya? Masa iya sih?
Tidak? Oh Tidak? Sip oke. Aku tau :)

Sunday, June 16, 2013

Lo semua ? Iya termasuk LO ;')

Assalamualaikum para ahli syurga *aamiin*

"Kadang ngeflashback itu nyakitin" Setuju sama kata itu engga? Duh kalau engga berarti lo hebat dan gue acungin berpuluh puluh jempol buat lo. Walaupun jempol gue cuma ada 4. 2 jempol kaki dan 2 jempol tangan. Okesip yang jadi topic bukan berapa banyak jempol yang gue punya tapi berapa sakitnya gue ngeflashback sendirian :"D

"Gue benci lo ! Gue benci? Engga gue gak benci. Cuma gue kangen lo semua. Oke gue ngaku. Gue kangen lo semua tapi lo yang dulu" Seharusnya gue dengan gampangnya teriak di depan muka mereka satu persatu. Gue kesel. Gue emosi seketika kalau gue harus ngeliat favorites twitter gue yang kira kira ada 300++ Itu!! Ngeselin tingkat dewa adalah ketika gue harus dengan seorang diri ngeflshback! Siapa sih yang suka ngeflashback? Lo suka? atau lo? Dih.. dari segimana juga yang namanya flashback itu gaenak. Apa sih flashback? Menurut seorang Wulan Ary flashback itu campuran antara kangen sama masa lalu yang harusnya di tiadain di muka bumi yang seharusnya sekarang gue engga ngerasain flashback!

"Lo semua harusnya peka! gue kangen! dan yang lebih pasti gue sayang lo! Tapi nyatanya apa? lo semua jadi subjek pertama yang ngelupain gue sejauh mungkin. Lebih jauh dari penyelam yang bisa nyelam sampai kedasar laut. Hebat? Iya hebat! Lo semua gue acungin beribu jempol. Gimana bisa gue ngacungin beribu jempol? Gue nyewa temen temen gue buat ngasih jempolnya sementara. Yap! Lo semua bisa bikin gue SAYANG lo! tapi setelah itu lo semua ngeloyor pergi dari kehidupan gue satu persatu rontok dari gue. Yang tersisa sekarang cuma kepingan masa lalu antara gue dan lo semua. Nyesek gasih? Gak ya? OH iya deh. lo ga bakal nyesek karena lo udah ada yang lain. Lo punya banyak temen yang bisa bikin lo ketawa gembira dan lupa sama orang yang disini. Orang yang sekarang lagi nulis pake emosi campur sama keinginan dia banting laptop di hadapan lo. Lo juga! Iya lo! Lo yang baca ini tulisan sama aja ngeselin sama orang yang gue sebut "Lo" sebelum ini. Lo juga ngelupain gue gitu aja! Lo udah lupa sama gue ? Bukan.. Bukan lupa, tapi emang gue gak pernah ada dan gak pernah nempel di kepala lo!

Harus gimana sih gue jelasin?
Fase flashback kadang gue rasain sendiri, yap! Kadang hal konyol yang cuma seuprit bisa bikin gue mundur kebelakang. Lagi gue bego --' Udah di lupain, udah di abaiin, tetep aja mau sayang. Tepatnya gue emang terlalu sayang sama lo semua!!
Gue ibarat nunggu orang yang gak kenal gue di bandara. Jadi gimana pun gue nunggu selama apapun gue nunggu, gue gak bakal bisa nemu tu orang. ;') ngebayangin gasih? kadang gue di depan laptop sendirian yah engga engga sendiri.. Gue selalu setia sama ingatan ingatan tentang lo semua.
Gue mulai menelusuri kalian satu persatu. EH bukan , tepatnya KEPO --' ini gue terlalu jujur atau bloon yah kepo aja gue kasih tau :"D gapapa, suapaya kadang kalian bisa ngerasain. Ngeflashback sendirian itu nyesekin ;")

Udah ah, gue lupa kalau besok gue UKK. Bukannya belajr kenapa gue galauin lo lo semua? Andai ada pelajaran "PemflashBackan" Gue orang pertama yang dapet juara umum di mapel ini. ;"") HAHAH tapi tenang, sekangen nya gue sama lo semua. Gue bakal sebisa mungkin mendem. Gue gak mau ganggu lo semua yang udah bahagia. Cukup bangey buat gue ngeliat lo semua baik baik aja tanpa gue. Dan yang lo tau, gue belum tentu baik tanpa lo semua :"D  Ah intinya gue sayang lo semua ♥♥♥♥♥

akhir kata..
Assalamualaikum {{}}♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Sunday, June 9, 2013

Semua berubah? Tidak. Kamu tetap teman ku {{♥}}

   Waktu itu aku masih ingat. Aku dan kamu sama sama saling menyebut KITA. Tapi hal itu berubah teman. Hal itu berubah ketika aku dan kamu dengan alasan yang tak pasti mulai menjauh. Kamu yang dulunya mau menggenggam ku, kamu berangsur melepaskan genggamanmu secara perlahan. Kamu yang dulu menjadi alasan mengapa aku berhenti menangis maka kini kamu lah yang menjadi alasan air mataku menumpah begitu hebatnya. Tak tertangkapkah sedikit olehmu temanku? Kamu yang kusebut tersayang kamu yang kusebut terbaik haruskah semua gelar dariku itu berubah menjadi yang terburuk;sekarang?. Ku fikir kamu pintar melihat kenyataan. Ku fikir kamu mampu menelaah apa yang aku utarakan. Tapi kamu malah tak sama sekali mengerti. Atau aku yang salah terlalu mempercayaimu dan menyayangimu sedemikan besarnya?

   Kamu pernah dengar kata “Ana uhibbuki Fillah” ? Iya itu untuk kamu teman. Aku memang menyayangimu karena Allah. Aku memang mencintai mu karena Allah. Dan aku tau sampai kapan pun Dia tak akan memerintahkan hambanya untuk saling membenci. Maka, sebesar apa pun kebencianmu terhadapku. Seluas apa pun rasa muak mu melihat usahaku, dan sedalam apa pun ketidak sukaan mu terhadapku. InsyaAllah. Aku tetap disini menjadi orang yang selalu mengganggapmu “Teman tersayang” ku. Tak pantas jika aku mengubah semuanya mengingat usahamu dulu yang sangat besar untuk menjagaku, untuk tetap membuatku tersenyum untuk tetap mengingatkan ku akan kesehatanku. Walaupun itu dulu, anggap saja aku memang tiada untukmu tapi ingatlah teman. Sampai kapan pun kamu tetap akan ada untukku. Percayalah, sebesar apa pun usahamu untuk menjauhiku jika Allah berkehendak kita kembali menjadi satu maka sia sia lah usahamu itu. Dan aku juga harus sadar diri dan berserah, Jika akhirnya memang kamu tak kembali. Biarlah aku disini menjadi seorang yang tetap mendoakanmu dari kejauhan..

   Tulisan ini aku tulis dengan rasa sayangku yang besar untukmu Teman. Dan Allah pun mengetahui betapa Rinduku ini tak tersampaikan. Rindu ini terkadang ku kubur. Sembari ku mengingat masa dimana ‘aku’ dan ‘kamu’ menajdi KITA =) Mungkin memang benar. Jika banyaknya masalah, Allah akan berikan jalan keluar. Ingat kah kamu? Ketika aku tertimpa masalah yang kurasa aku tak mampu menyelesaikannya. Kamu hadir untukku, kamu memelukku erat dan menyemangati. Allah mengirimkan teman sepertimu untuk menjagaku. Allah mengirimkan teman seperti mu untuk menjadi orang yang berada disampingku. Dan bila akhirnya kamu terlepas seperti sekarang. Aku hanya berfikir “Tak akan ada yang abadi” Maka adanya kamu memang tak abadi. Tapi sayang itu masih ada di sini. Iya di hatiku teman ;’)

   Jika aku berkata “Semua kini berubah?” Apa iya? Kamu memang berubah. Kamu memang tak disampingku. Kamu memang tak membuatku tersenyum nyata seperti dulu. Kamu memang tak lagi ada untuk menghapus air mataku. Tapi yang nyata dan tak berubah sampai saat ini adalah Aku tetap menganggapmu yang terbaik. Temanku {} Dan aku tak berubah. Aku tetap mendoakanmu bahagia. Aku tetap meminta Allah membuatmu selalu tersenyum. Aku meminta Allah memberikanmu teman yang jauh lebih baik dariku walau di dasar hatiku aku meminta kamu kembali ke genggamanku dan kita melangkah bersama seperti dulu ;’)


Teruntuk temanku yang tersayang..
Aku dan kamu pernah menjadi KITA walau pada akhirnya berubah menjadi aku dan kamu.
Kamu pernah menghapus air mataku tanpa ku memintanya walau sekarang kamu tak peduli.
Kita pernah saling menggenggam walau sekarang kamu yang melepaskan.
Aku pernah ada di hidup kamu walau sekarang aku tertiadakan.
Aku pernah kamu sayang walaupun sekarang kamu pergi.
Kamu dan aku pernah tertawa bersama walau kini aku yang melihatmu bahagia.
Aku hanya minta...
Jangan lupakan aku, iya aku yang dulu kamu anggap teman.
Ketika semua berubah ada satu hal yang tidak..
Rasa sayangku karena Allah untukmu {}


By: Wulan Ary Arviati | @Wulanarya {}