“ 117 Hari aku
bersandiwara”
117 hari
setelah hari itu aku bermain main di dalamnya dengan kesedihan, kerinduan dan
terkadang bercengkrama dengan air mata. Bergenggaman dengan rasa yang tak mampu
ku jelaskan. Aku benci di anggap lemah. Sampai akhirnya 117 hari setelah hari
itu. Aku memainkan sebuah skenario. Didalamnya aku tampak kuat, tegar, dan
terlihat mampu-tanpa-kamu-teman. Pernah membayangkan? Bagaimana aku berada pada
117 hari di dalamnya dengan penuh kepalsuan? Oh iya aku lupa.. Kamu tak pernah
peduli lagi setelah hari itu. Maaf. Aku terlalu beranggapan kamu pedulikanku
dan ingin tahu bagaimana keadaanku disini..
117 hari aku berusaha menunjukkan pada dunia aku mampu
bangkit tanpa kamu disisiku. Kamu yang dulu pernah ku buat menangis dan mungkin
ini giliranku yang menangisimu. Di saat semua menjauh, di saat semua kurasa
memudar dan hilang. Semua berada di 117 hari itu.. Awalnya kamu masih nyata aku
lihat, suaramu masih nyata aku dengar. Aku lupa kapan hal itu terjadi. Yang
pasti di 117 hari itu. Kamu mulai benar-benar menghilang dan aku berusaha untuk
menganggap itu biasa. Selama ini bukankah aku pernah menghilang? Dan kamu
mencariku? Aku lupa. Ini bukan masa lalu ini masa di mana sekarang kamu menjadi
subjek yang melupakanku sangat jauh. Dan aku menjadi subjek yang terlupa.
Bersandiwara lah aku sebisa mungkin dan ternyata kamu memang memutuskan untuk
pergi dan ku rasa enggan kembali..
Sekali
dua kali mengingatkan dan setelah itu kamu pergi. Kamu yang dulu sering
mengganggapku anak kecil dan sesekali mengusap kepalaku membuatku sulit
bersandiwara lagi. Aku sudah kelelahan untuk hidup pada kepalsuan. Aku memang
mampu tanpa kamu, dia dan mereka. Tapi 117 hari berlalu dengan kepalsuan. Kamu
paham maksutku? Tidak? Begini. Aku mampu melupakanmu itu hanya sebuah kepalsuan
belaka. Bukanm hal nyata. 117 hari bukankah waktu yang lama untuk sekedar
mengahapus banyangmu, Teman? Bukannya 117 Hari itu waktu yang sangat lama untuk
menggantikan posisimu dengan teman-temanku-yang-lain ? Namun kenapa 117 hari
kurasa belum cukup untuk sekedar mengusirmu dari hati dan dari fikiranku. Kamu
telah jauh melupakanku dan aku terlalu lelah mengejarmu.
Terakhir kali, aku melihatmu dari jalan itu. Memandangimu
sampai titik terkecil mu hingga akhirnya lenyap dari pandanganku. Jika aku tau
itu menjadi hari terakhirku melihatmu. Aku tak akan semudah itu mengiyakan mu
untuk pulang. Aku akan membiarkanmu tetap disampingku. Sekarang? Terlambat.
Jangankan melihatmu. Untuk sekedar memberi kabar saja kamu-terlihat-malas.
117 hari terhitung setelah hari itu sampai hari ini. Aku
masih berfikir kamu akan kembali. Oke itu hal yang mempunyai persentasi 0,00001
% untuk menjadi nyata ;)
Ah sudahlah..
Aku lanjutkan sandiwaraku ini, sampai akhirnya aku
amat-sangat-lelah dan pergi....
Jaga diri kamu baik baik, Teman ku (?) :”D teman? Masih kah
aku di anggap teman?
Masih? Iya? Masa iya sih?
No comments:
Post a Comment