Waktu itu aku masih ingat. Aku
dan kamu sama sama saling menyebut KITA. Tapi hal itu berubah teman. Hal itu
berubah ketika aku dan kamu dengan alasan yang tak pasti mulai menjauh. Kamu
yang dulunya mau menggenggam ku, kamu berangsur melepaskan genggamanmu secara
perlahan. Kamu yang dulu menjadi alasan mengapa aku berhenti menangis maka kini
kamu lah yang menjadi alasan air mataku menumpah begitu hebatnya. Tak
tertangkapkah sedikit olehmu temanku? Kamu yang kusebut tersayang kamu yang
kusebut terbaik haruskah semua gelar dariku itu berubah menjadi yang
terburuk;sekarang?. Ku fikir kamu pintar melihat kenyataan. Ku fikir kamu mampu
menelaah apa yang aku utarakan. Tapi kamu malah tak sama sekali mengerti. Atau
aku yang salah terlalu mempercayaimu dan menyayangimu sedemikan besarnya?
Kamu pernah dengar kata “Ana
uhibbuki Fillah” ? Iya itu untuk kamu teman. Aku memang menyayangimu karena
Allah. Aku memang mencintai mu karena Allah. Dan aku tau sampai kapan pun Dia
tak akan memerintahkan hambanya untuk saling membenci. Maka, sebesar apa pun
kebencianmu terhadapku. Seluas apa pun rasa muak mu melihat usahaku, dan
sedalam apa pun ketidak sukaan mu terhadapku. InsyaAllah. Aku tetap disini
menjadi orang yang selalu mengganggapmu “Teman tersayang” ku. Tak pantas jika
aku mengubah semuanya mengingat usahamu dulu yang sangat besar untuk menjagaku,
untuk tetap membuatku tersenyum untuk tetap mengingatkan ku akan kesehatanku.
Walaupun itu dulu, anggap saja aku memang tiada untukmu tapi ingatlah teman.
Sampai kapan pun kamu tetap akan ada untukku. Percayalah, sebesar apa pun
usahamu untuk menjauhiku jika Allah berkehendak kita kembali menjadi satu maka
sia sia lah usahamu itu. Dan aku juga harus sadar diri dan berserah, Jika
akhirnya memang kamu tak kembali. Biarlah aku disini menjadi seorang yang tetap
mendoakanmu dari kejauhan..
Tulisan ini aku tulis dengan rasa sayangku yang besar untukmu Teman. Dan Allah pun mengetahui betapa Rinduku ini tak tersampaikan. Rindu ini terkadang ku kubur. Sembari ku mengingat masa dimana ‘aku’ dan ‘kamu’ menajdi KITA =) Mungkin memang benar. Jika banyaknya masalah, Allah akan berikan jalan keluar. Ingat kah kamu? Ketika aku tertimpa masalah yang kurasa aku tak mampu menyelesaikannya. Kamu hadir untukku, kamu memelukku erat dan menyemangati. Allah mengirimkan teman sepertimu untuk menjagaku. Allah mengirimkan teman seperti mu untuk menjadi orang yang berada disampingku. Dan bila akhirnya kamu terlepas seperti sekarang. Aku hanya berfikir “Tak akan ada yang abadi” Maka adanya kamu memang tak abadi. Tapi sayang itu masih ada di sini. Iya di hatiku teman ;’)
Jika aku berkata “Semua kini berubah?” Apa iya? Kamu memang berubah. Kamu memang tak disampingku. Kamu memang tak membuatku tersenyum nyata seperti dulu. Kamu memang tak lagi ada untuk menghapus air mataku. Tapi yang nyata dan tak berubah sampai saat ini adalah Aku tetap menganggapmu yang terbaik. Temanku {} Dan aku tak berubah. Aku tetap mendoakanmu bahagia. Aku tetap meminta Allah membuatmu selalu tersenyum. Aku meminta Allah memberikanmu teman yang jauh lebih baik dariku walau di dasar hatiku aku meminta kamu kembali ke genggamanku dan kita melangkah bersama seperti dulu ;’)
Teruntuk
temanku yang tersayang..
Aku dan kamu pernah
menjadi KITA walau pada akhirnya berubah menjadi aku dan kamu.
Kamu pernah menghapus
air mataku tanpa ku memintanya walau sekarang kamu tak peduli.
Kita pernah saling
menggenggam walau sekarang kamu yang melepaskan.
Aku pernah ada di
hidup kamu walau sekarang aku tertiadakan.
Aku pernah kamu
sayang walaupun sekarang kamu pergi.
Kamu dan aku pernah
tertawa bersama walau kini aku yang melihatmu bahagia.
Aku hanya minta...
Jangan lupakan aku,
iya aku yang dulu kamu anggap teman.
Ketika semua berubah
ada satu hal yang tidak..
Rasa sayangku karena
Allah untukmu {}
No comments:
Post a Comment