Aku telah bisa tanpa mu! Pergilah
sejauh mungkin. Karena kini aku juga telah bisa pergi sejauh mungkin dari
hidupmu. Sama seperti kamu yang pergi terlebih dahulu. Luka apa lagi yang akan
kamu ciptakan wahai temanku? Sudah lah cukup aku mengikuti permainanmu sampai
detik ini. Aku ingin bernafas lega tanpamu. Sampai akhirnya kamu lah yang
(mungkin) akan mulai mencari sosok yang kamu lupakan ini. Atau mungkin kita lah
yang benar-benar akan terus saling melupakan.
Kebahagiaanku! Kesakitanku!
Semangatku! Tidak lagi di karenakan olehmu! Siapa kamu? Sehingga begitu berhak mengobrak-abrik hidupku. Pergilah lagi. Jika kamu mau tidak usah kembali. Sebab
jika kamu kembali aku yakin, kamu hanya akan membuka luka lama atau membubuhkan
luka baru yang begitu menyakitkan.
Sudahlah! Aku baik-baik saja
tanpa kamu. Roda ku mungkin sudah berada di atas, hingga aku tidak lagi menjadi
subjek yang harus terlupakan-terbaikan-dan ter—yang lain! Kamu fikir aku tidak
bisa bangkit tanpa kamu? Bahkan karena tanpa mu itulah aku mampu keluar dari
cerita memuakkan yang kamu atur.
Aku? Tidak membencimu. Hanya saja
rasa sayangku tidak sebesar dahulu. Sangat kecil. Benar-benar redup. Jika rasa
sayang itu pun masih tersisa, itu hanya karena kamu muslimah, dan aku
menyayangimu sebagai saudara semuslimku. Tidak seperti dahulu. Toh nyatanya,
seberapa sayang aku dengan kamu. Kamu tidak pernah mendengarkan aku. Kamu tahu,
aku bukan malaikat. Sebab itu wajar, jika aku juga bisa berlaku sepertimu.
Sosokmu hanya secuil. Masih
banyak hal yang lebih penting yang harus aku kerjakan selain berfikir bagaimana
caranya agar kamu mendengarku. Lakukanlah apa yang kamu mau! Setelah tanggal
yang aku ciptakan itu benar-benar berlalu. Aku juga benar-benar tidak menyukai
caramu. Aku benar-benar menghapus namamu. Aku telah benar-benar mengusirmu dari
dalam kepalaku.
Dengar aku..
Aku bukan boneka yang terus
menggantungkan kebahagiaannya dengan pemiliknya. Jika di atur A aku harus A dan
B aku melakukan B. Baiklah. Semangat menulis itu memang darimu, tapi sekarang. Tanpa
semangat mu itu aku masih mampu bangkit! Percayalah. Aku telah lebih tahu diri
sekarang! Aku tidak akan mengemis-merengek-meminta-minta sebuah semangat dan
perhatian darimu lagi. Jika apa yang selama ini aku bicarakan tidak membuatmu
berubah seperti yang aku mau. Baiklah. Toh jika Allah mau, semua orang di dunia
ini akan bertakwa. Termasuk kamu...
Ini tulisan terakhirku tentangmu.
Tentang teman lamaku yang ternyata tidak begitu harus aku harapkan. Ini tulisan terkahirku tentangmu... Iya!:)
Iya. Ini. Tulisan. Terakhirku.
#Rm!
No comments:
Post a Comment