♫♬

Friday, February 21, 2014

Sudah. Lalu Apa Lagi?

Kamu. Iya kamu yang dulu dan sampai sekarang ku harapkan kembali. Dari tahun lalu yang ku harapkan menjadi satu lagi. Dan kamu yang pertemanannya berarti untukku. Memang, aku tak bisa menggantikan mu dengan siapa pun. Tapi aku baru percaya. Bahwa akan ada orang lain yang masuk dan menawarkan pertemanan baru. Allah benar-benar mengirimkan mereka di saat yang tepat.

Disaat aku mulai berusaha berhenti berkecimpung di dunia mu. Di dunia kita;dulu. Mereka satu persatu menyuarakan rasa sayangnya, pengharapannya akan ada nya aku dan arti hadirku di kehidupan mereka. Dan kamu tahu? Mereka adalah subjek yang aku abaikan dahulu. Subjek yang keberadaanya ku anggap angin lalu. Subjek yang entah telah makan hati seberapa banyak atas sikapku. Dimana mereka memperhatikan aku. Aku malah sibuk memperhatikanmu dari kejauhan. Dimana mereka mengharapkan adanya aku diharinya. Aku malah terlalu sibuk mengharapkan pertemanan kita kembali.

Aku telah tahu, alasan kenapa kita tak ditakdirkan menjadi satu sekarang. Supaya aku menyadari, supaya aku membuka mataku. Ada orang lain yang hatinya tersakiti karena ku. Ada orang lain yang aku abaikan seperti kamu mengabaikanku. Aku merasakan apa yang orang itu rasakan.


1 tahun adalah waktu yang lama. Ternyata tidak. Subjek yang aku ceritakan adalah subjek yang bertahan untukku selama 2 tahun. Dalam pengabaian. Dalam harapan mendapatkan seorang teman yang saling mengerti. Mungkin sama harapannya denganku. Tapi sayang, waktu itu aku terlampau buta. Dan itu disebabkan olehmu, sayang. Kamu memamg tak pergi kemana pun. Tapi bayangmu memang tak begitu pekat kulihat. Ku fikir bayangan itu akan kembali menjadi pekat dan nyata. Ternyata sampai sekarang semuanya sama. Bayangan itu tetap menjadi bayangan. Bahkan semakin memudar. Bayangan mu hampir hilang di gantikan oleh sosok nyata seperti mereka.

Maaf sayang, aku bukan membencimu dan tak mengharapkan mu kembali. Jujur, rasa sayang itu masih ada. Namun tak sebesar dulu. Kamu mungkin bukan lagi subjek yang tersayang seperti dulu. Karena bertahan di tengah pengabaianmu adalah hal yang paling menyakitkan. Awalnya aku ingin bertahan untukmu lebih lama. Lebih lama dari sekarang. Karena ku mengira semua akan baik-baik saja. Semakin hari, bukan perlakuan baik yang ku dapatkan darimu. Malah pengabaian-pengabaian kecil yang makin menjadi jadi.

Aku benci menunggu dalam keadaan yang tak teranggap. Ketika kamu fikir bertahan itu mudah. Kamu salah. Pernah kamu berfikir bagaimana rasanya merasakan rindu namun hanya dapat memeluk kenangan? Pernah kamu berfikir bagaimana rasanya mengungkapkan namun di anggap angin lalu? Pernah kamu memperjuangkan teman terdekatmu namun mereka malah asyik dengan kesibukan yang lain? Jawabannya mungkin tak.

Mungkin kamu selalu dapatkan apa yang kamu mau. Sedangkan aku tak.

Kamu hebat memang, membuat ku masuk ke dunia kamu. Dunia baru. Dunia yang lagi lagi menjadi awal aku bahagia. Aku terlalu menggantungkan kebahagiaanku di kamu, temanku. Jadi ketika kamu jauh seperti sekarang. Aku merasakan sakit yang luar biasa, sepi yang berkepanjangan dan.... mana pernah kamu tahu itu. Kamu pernah meminta untuk melepaskan kata “Ter” yang melekat pada mu. Tersayang tepatnya. Kini aku telah mampu merealisasikan apa yang kamu mau. Kamu juga pernah menyuruhku melupakan kamu sebagai orang yang paling berpengaruh dalam hidupku. Kini aku juga telah mampu melakukan itu.

Apa yang kamu inginkan selama ini telah terjadi sayang.. Aku telah lakukan. Apakamu bahagia?
Apa dengan melihatku mulai melupakan tentang kita adalah bahagia bagimu? Apa dengan melihatku benar-benar melepasmu adalah kemenangan bagimu? Jika iya. Selamat kamu menang, dan silahkan berbahagia. Usahamu mengabaikanku dan kata-kata perintah untuk melupakan mu telah berhasil aku lakukan. Bukan demi kamu. Tapi demi diriku sendiri.

Aku, kamu, kenangan dan pertemanan. Akan tetap jadi bagian hidupku. Walau pada bagian “masa lalu” ku. Masa lalu itu tak akan melulu ku ingat. Ia hanya akan ada dalam hati. Tak boleh lagi ada air mata ku yang menetes karena kamu yang tak pedulikan air mataku. Tak boleh lagi ada kesedihan karena kamu yang sama sekali tak tahu bagaimana sedihku. Hanya boleh air mata bahagia dariku dan mereka yang ternyata menyayangiku. Sama seperti kamu menyayangiku bahkan lebih..

Walau perhatianmu tak kan tergantikan oleh siapa pun. Tapi besarnya rasa sayangmu mampu di tandingi oleh besarnya rasa sayang mereka. Sungguh. Ketika kamu kembali. Aku tetap akan ada. Iya itu pun jika.... J Sekarang bernafaslah dengan bebas. Tak akan ada lagi ada ‘aku’ yang menagih janji sebuah pertemuan.
Tulisan ini berasal dari aku yang kamu abaikan...



No comments:

Post a Comment