♫♬

Thursday, March 6, 2014

Aku Tidak Lagi dibelakangmu

Aku adalah orang yang dahulu selalu berada di balik seseorang untuk berbahagia. Aku adalah orang yang dahulu selalu menggantungkan kebahagiaan kepada seseorang. Aku adalah orang yang dahulu selalu takut untuk menghadapi dunia sendiri tanpa seseorang.

Aku dahulu sangat nyaman berada di balik seseorang. Aku memang selalu tampak redup dari dia. Dan dia lah subjek yang paling bercahaya. Aku selalu tersembunyi dari dunia. Bukan sengaja sembunyi, tapi karena dia lah yang lebih dahulu behadapan dengan dunia. Lalu dia memberi tahuku bagaimana dunia di luar sana. Aku terus berada di belakangnya tanpa ketahuanku tentang dunia. Seperti itu seterusnya.

Aku menangis ketika dia menangis. Tapi dia bisa tertawa ketika aku menangis. Yang aku tahu dahulu hanya kebahagiaan dan kesakitan yang dia ciptakan untukku. Yang ku paham adalah apa yang keluar dari mulutnya. Bukan yang lain. Sebab aku selalu berada di belakangnya. Ketika aku mencoba untuk melihat dunia sendiri, aku rasa aku tidak mampu. Hingga pada akhirnya aku selalu menggantungkan semuanya pada dia. Dia yang seolah mengatur bagaimana kebahagiaanku dan kesakitanku. Bodohnya, aku selalu mengikuti kemauannya.

Suatu saat..
Dia berhenti memberi tahuku bagaimana keadaan dunia di luar sana. Aku terpuruk di dalam cangkang ketakutan. Aku terselimuti gelap. Aku tertutup kabut asap yang sebenarnya hanya khayalan. Bagaimana bisa aku melihat dunia tanpa dia? Dia semakin hari semakin tidak pedulikanku. Jangankan menciptakan kebahagiaan. Mengucapkan sepatah kata pun tidak. Aku terpaksa melihat matahari dengan mataku sendiri, bukan lagi mata yang ia pinjamkan. Dia telah pergi dari hadapanku. Aku kini tidak lagi berada di belakang seseorang.

Satu waktu. Dua waktu. Hingga berganti waktu-waktu berikutnya. Aku mengalami kesulitan untuk melihat dunia. Aku rasa mataku seperti tidak bisa melihat dengan jelas. Semua tidak bisa aku selesaikan dengan baik. Aku berjalan dengan terseok-seok tanpa arah. Sesekali berharap dia kembali. Tapi sayang, tidak ada jawaban atas harapanku tadi. Aku terus-terusan berjalan menentang cahaya matahari. Yang selama ini tidak terlalu panas kurasakan. Karena ada dia yang menghalangi. Kini keredupanku berubah menjadi cahaya yang terangnya melebihi batas. Hingga cahaya itu tidak mampu aku kendalikan....

Waktu mengajariku untuk benar-benar bangkit. Untuk benar-benar melihat dunia dengan kedua bola mataku. Bukan dengan sudut pandang orang lain. Aku menjalani hidupku sendiri. Tanpa campur tangan orang lain lagi....

Aku kini telah berdiri sendiri, melawan cahaya. Aku tidak lagi tersembunyi dan tidak pula bersembunyi di balik seseorang. Aku menjalani hidupku dengan kaki dan tanganku! Aku berjalan dengan arah yang pasti walau tidak ada lagi dia sang penunjuk jalan. Aku telah berdiri menghadapi dunia!

Aku bukan lagi sang katak yang berada dalam tempurung. Tapi aku lah sang bulan yang di rindukan pungguk. Aku berjalan mengukir ceritaku sendiri. Aku berlari mengejar mimpi dan citaku. Kebahagiaanku. Kesakitanku, tidak akan lagi disebabkan karena dia. Sebab inilah hidupku. Sebab aku lah sang nakhoda kehidupanku...



No comments:

Post a Comment