Sayang,
Ada rasa yang sebenarnya belum sepenuhnya kamu paham. Ada cara yang
sebelumnya memang belum kamu mengerti. Aku tidak menyalahkan takdir soal
apapun. Hanya saja, apa benar jika sebenarnya kita bertaut? Atau pura-pura
bertaut? Apa benar kita memahami? Atau
sebenarnya ketidakpedulian yang dipaham-pahamkan? Entahlah.
Aku,
Tidak pernah banyak meminta. Tidak meminta seluruh isi kepalamu harus
aku. Tidak pula meminta 24 jam milikmu harus menjadi milikku.
Aku hanya tidak mengerti, sejauh mana sebenarnya kita saling mengenal.
Sejauh mana kita bertaut, sejauh mana kamu menginginkan aku ada, sejauh mana
namaku masuk dalam hatimu, sejauh mana aku berada pada detik nafasmu. Aku
hanya tidak mengerti.
Lidahku yang berbicara soal rasa tak pernah bisa merubahmu. Tak pernah
mampu menjelaskan bagaimana dari dulu—mungkin sekarang—kamu tetap berada di
satu celah hati milikku. Kamu tidak paham, atau sulit paham, atau bahkan tidak
mau paham. Aku juga tidak mengerti soal ini.
Setiap pergerakan tubuhmu, sama sekali tak terjangkau oleh mataku,
apalagi tanganku. Bagaimana bisa aku berdiam diri tanpa bertanya apapun? Pun,
kamu juga jarang sekali bertanya aku kemana, aku bersama siapa, aku kenapa, aku
baik-baik saja atau bahkan nafasku tinggal sejengkal. Aku juga sangat tidak mengerti
soal ini. Aku berada di mana dalam hatimu?
Ada seribu pertanyaan bertajuk Apa yang juga entahlah menanyakannya….