♫♬

Thursday, January 22, 2015

Salib Juga Tasbih Tak Mungkin Menyatu

Kerudung panjangku selalu bersentuhan dengan rambut panjangmu. Tawaku juga berbaur dengan tawamu. Tanganku yang kerap kali tertutup seringkali menganggu tanganmu yang tampak putih mulus. Kakiku yang berbalut kaus kaki juga tak segan-segan berjalan berdampingan dengan kakimu yang polos tanpa penutup. Baju labuhku yang kerap kali mereka cap “norak” dan ketuaan juga tak pernah menolak berhadapan dengan bajumu yang seperempat lengan atau lengan pendek dibalut celana jeans.

Aku tahu, sekali lagi tahu. Mati-matianpun kita berjuang untuk satu, pada nyatanya alam, Tuhan, juga kenyataan tak mengizinkan kita satu. Kita tetap teman, aku jelas menyayangimu. Tapi tidak, sejauh ini dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah mengikuti jalanmu.

Bersama tak harus melebur,Kan?

Aku berterimakasih Tuhan masih menciptakan manusia yang meski berbeda tapi ia bisa saling mengerti. Aku juga berterimakasih denganmu. Di saat mereka yang seiman denganku mengatakan aku seperti ibu-ibu karena pakaianku, kamu malah mengenggamku menguatkanku dengan pakaian yang aku kenakan.

Terimakasih kamu tidak pernah malu melihat kerudung panjangku yang kadang terlihat terlalu ekstrim padahal mereka teman yang kupercaya ada malah menjauhiku tanpa alasan.

Tasbih dan Salib tak mungkin bersatu. Mereka berbeda. Si Masjid juga Si Gereja tak mungkin bisa satu tujuan. Tapi biarlah, meski kita akhirnya berpisah jua. Setidaknya aku tahu, bahwa terkadang perbedaan tak selalu buruk. Dan terkadang yang samapun tak selalu baik.

Seandainya nanti, suatu saat, akhirnya kita benar-benar berpisah menuju jalanNya. Kuharap kamu tetap tak menganggap orang-orang sepertiku memusuhi kelompokmu. Bahwa orang-orang yang berkerudung lebar bukan seorang teroris seperti yang mereka katakan. Bahwa orang-orang yang berbaju lebar bukan orang-orang norak serta bodoh dalam bergaul.

Soal toleransi, aku harap kamu mengerti. Toleransiku jauh berbeda dengan toleransi yang mereka junjung. Membiarkan kamu menyembah Tuhanmu tanpa mengusik apalagi menganggu;kufikir itu toleransi yang paling hebat. Karena tetap, agamamu untukmu, agamaku untukku.

Lovely Ayu...


No comments:

Post a Comment