Saya selalu ingin melihat orang yang saya sayang tidak
merasa terusik dengan keberadaan saya. Saya juga selalu berusaha untuk tidak
menyusahkan mereka, meski sebenarnya kadang saya butuh saya lebih memilih diam,
melakukan sendiri meski mati-matian.
Saya, saya selalu ingin melindungi orang yang saya kasihi,
meski harus saya yang terlihat salah. Bukankah sejauh ini saya selalu melakukan
ini sendirian? Jika saya jujur, saya juga lelah. Berpikir ini-itu sendiri—tanpa
diutarakan.
Apakah saya hanya ditakdirkan memberi pertolongan tanpa
mendapatkan pertolongan dengan senyuman?
Saya merasa bersalah melihat mereka menyunggingkan bibirnya
ketika saya dengan terpaksa meminta sesuatu karena saya tidak bisa melakukan
itu sendiri. Saya merasa sedih, kenapa saya harus meminta pertolongan pada
mereka. Ini bukan tentang apa-apa, ini hanya tentang pertanyaan “Apa hanya saya
yang harus berjuang membahagiakan dan menjaga hati mereka?”
Berkali-kali saya selalu merangkai hati saya yang patah.
Saya tahu mereka baik, mereka juga mencintai saya. Tapi saya masih berpikir,
mungkin mereka tidak seperasa saya.
Saya mencoba membuat mereka bangga memiliki saya, saya
selalu berusaha melakukan hal yang membuat mereka tersenyum, entah itu dianggap
atau tidak.
Apakah pinta saya terlalu tinggi? Saya ingin mereka seperasa
saya. Paling tidak mengerti, bagaimana saya selama ini berjuang untuk mereka.
Sekali lagi, saya tahu mereka berjuang. Sama seperti saya
berjuang.
Senyum yang selalu saya sumbangkan tak melulu karena saya
bahagia. Saya selalu berjuang untuk mereka tersenyum, untuk mereka tertawa, dan
menyumbangkan warna.
Sekali lagi,saya tahu mereka berusaha. Tapi, sadarkah mereka
senyum kecut yang mereka berikan beberapa saat atau respon datar ketika saya
meminta sesuatu adalah hal yang paling membuat saya runtuh? Entahlah.. Saya
harap mereka tahu.
Karena meraka adalah senyum saya. Sampai detik inis aya berusaha untuk selalu ada.
No comments:
Post a Comment