♫♬

Saturday, July 4, 2015

Senyummu Adalah Candu

Selamat malam, Kamu. Iya, kamu yang menyematkan ingatan berupa senyum.  Senyum yang mereka curi dari perubahan signal menjadi gambar. Senyum yang sebenarnya tak diisyaratkan untuk mereka. Juga tak dihadiahkan bagi mereka.
Senyummu ibarat candu. Sejauh mungkin mereka melepaskan diri. Selelah apapun mereka berusaha membelah diri. Pada akhirnya mereka kembali. Entah diharapkan atau tidak mereka akan tertarik lebih jauh dari sebelumnya. Mereka seperti sakau. Hah, ini gila! Takkah mereka seharusnya waras dengan bualan macam ini?

Kamu, sekali lagi kamu dan berkali-kali kamu.  Lengkung bibir tipismu yang kerap kali terunggah disocial media benar-benar membuat para pecandu semakin gila. Ini kenyataan, bahkan diluar kendalimu. Orang-orang yang hanya berkecimpung dengan dunianya—khayalan juga mimpi—bahkan bisa lebih tragis hidupnya. Mereka memandangi potret dirimu dari balik layar ponsel. Tersenyum-senyum sendirian bak berhadapan denganmu.

Kelanjutannya, mereka akan dengan seksama meniti setiap senti bahkan mili dari apa yang mereka lihat dari layar ponselnya. Tersenyumlah sekali lagi. Diam tapi pasti, pecandu itu terdiam beberapa saat, bergumam macam angin mampu menyampaikan isi hatinya.

“Cantik ya, seandainya Tuhan menakdirkanku bertemu,” pintanya tanpa henti. Merengek pada Tuhan.

Dan sekali lagi, kamu.
Selalu kamu yang menjadi alasan mereka membuka social medianya. Berharap ada nama seorang kamu tergantung pada notification yang menurut kamu tak ada apa-apanya.

Dan berkali-kali selalu ada harap pada kamu.
Kamu yang menjadi candu. Senyum yang menjadi obat. Dan kamu yang menjadi semangat.

Barangkali maksud mereka dalam tulisan ini adalah saya yang terkemas dalam banyak pihak. #IKnowImNotTheOnlyOne eaaa baper nihye *takeamirror

No comments:

Post a Comment