***
Jarak terkadang membuat yang jauh kerap kali berlaku tidak
waras. Sama seperti saya, saya diluar batas kewarasan. Ada mimpi yang terlukis
diluar jalurnya. Mimpi yang entah kenapa harus terlukiskan di alam bawah sadar.
Ya, mimpi saya adalah bertemu dengan makhluk ciptaan Tuhan bernama Dera.
Seorang yang bukan siapa-siapa yang sekarang saya panggil
dengan sebutan Kak Dera. Tentu saya bukan adiknya, bukan juga saudaranya. Saya masuk
dalam list pengagum yang
keberadaannya bahkan tak terjangkau mata. Saya semu dan tak terpandang.
Pengagum seperti saya seolah berjudi dengan takdir. Bertaruh
dengan mimpi. Dia—Kak Dera—barangkali tidak pernah meminta ada seseorang yang
mencintainya, menyayanginya, atau bahkan mendo’akan dalam sujudnya.
Tapi hati saya tertarik. Kehidupannya memang berbanding
terbalik dengan saya. Saya berkerudung labuh, sedangkan dia bergaya cool
kelaki-lakian. Tapi tenanglah, saya normal dan masih mencintai seorang
laki-laki.
Justeru ini yang saya suka, caranya menghadapi manusia
bernalar rendah yang selalu berkoar-koar.
“Lesbian ya?”
“Pacarnya,Der?”
“Udah belok nih si
Dera,”
Dengan tanggapan yang positif. Ah, apa pentingnya perkataan
orang dengan hidup kita?
Kamu yang sekarang penyemangat dalam tulisan saya,
tenanglah. Apapun yang mereka katakan masih banyak yang setia. Masih banyak
yang mendo’akan. Dan masih ada cinta yang terpintal dari segala penjuru kota,
untuk kamu,Kak.
Dari jauh saya—atau bahkan yang lain juga merasakan hal yang
sama—tetap melukiskan harap setiap saat. Percayalah, seseorang yang bergelut
dengan jarak lebih hebat kesetiaannya. *jedeeer*
Note : Setelah tulisan ini saya post pasti akan ada pihak yang menghujat saya seperti biasa. Lantas tenanglah wahai pencibir, tidakkah saya menyusahkan kalian karena ini?
No comments:
Post a Comment