Untuk kamu yang keberadaannya jauh di sana. Seribu rangkaian
abjad yang kutulis barangkali tak akan pernah bisa memperdekat jarak yang
terbentang. Puluhan sapaan dari ujung telepon juga barangkali tak mampu
menyatukan raga.
Jarak selalu menang dari segala sisi dan sudut. Atas hal-hal
yang diimpikan, dan jarak mutlak menang meruntuhkannya. Takkah kamu juga
merasakan? Bagaimana kita benar-benar ambruk oleh posisi jarak yang ganas?
Jarak membuat mimpi atas sebuah pertemuan bahkan hancur berkeping tak bersisa.
Kamu, dan saya hanya mampu berilusi. Berlayar pada lautan mimpi belaka bertajuk
harapan. Tragis, semuanya berujung pada lamunan. Hah, konyol!
Kamu,
Meskipun kita lelah untuk bertukar sapa, juga lelah untuk bermimpi hal yang sama. Bersabarlah, kamu tak seorang diri. Saya juga mengharapkan apa yang kamu harapkan. Sayapun patah oleh hal yang mematahkanmu. Tenanglah sayang, tak ada kesabaran yang dibalas kedustaan…
Meskipun kita lelah untuk bertukar sapa, juga lelah untuk bermimpi hal yang sama. Bersabarlah, kamu tak seorang diri. Saya juga mengharapkan apa yang kamu harapkan. Sayapun patah oleh hal yang mematahkanmu. Tenanglah sayang, tak ada kesabaran yang dibalas kedustaan…
Meskipun harus berkali-kali lipat jarak patahkan kita,
hancurkan semangat kita, mengobrak-abrik mimpi yang telah kita rangkai. Tapi
Tuhan tidak pernah tidur, takdir tetap terus berjalan.
Yakinlah, meski keyakinanmu itu diyakin-yakinkan. Bahwa mimpi
akan selalu bertemu dengan nyata. Bahwa ilusi akan selalu bersapaan dengan
dunia.
Kamu yang saya kenal juga lewat dari dunia maya, terimakasih
untuk semangat yang kamu salurkan meskipun terkadang tampak sia-sia.
Sosok yang kita kagumi barangkali belum tahu, atau tahu tapi
tak berdaya menyenangkan kita yang berjarak. Sekali lagi terimakasih, kamu.
Untuk keyakinan yang kamu bagikan…..
Semoga suatu saat, kita mampu menaklukkan jarak….
Salam sayang.
Lanna Ry
Batam, 18 September 2015.
You outstanding , you make me unable to speak 👏👏
ReplyDelete