♫♬

Wednesday, February 11, 2015

I Have No Reason

Mana ada lagi alasan untuk bertahan meski rasanya harus. Mana ada lagi keinginan memperjuangkan jika selama ini terabaikan. Meski hanya sebuah tali persaudaraan, kurasa semua sudah cukup. Aku membual seperti yang lalu-lalu? Kupikir sekarang tidak. Dan tidak akan ada lagi rasa ingin memperjuangkanmu sebagai ‘penolong hidup’ berstatus sahabat. Ah, aku hanya besar kepala menganggapmu sahabat. Pada akhirnya aku bukan siapa-siapa.

Kaki yang dulu kamu pinjamkan untuk melangkah kini telah rapuh, patah, juga tak bersisa. Itu artinya, aku memang harus melupakan. Setidaknya melupakan keburukanmu yang dengan sengaja membiarkanku menjerit sendirian.

Tapi syukurlah sahabat—meski sebutan ini rasanya terlalu tinggi untuk makhluk super tak punya hati sepertimu—aku kini telah mampu melakukan banyak perubahan.

 Banyak yang mengajariku bagaimana hidup, banyak yang mengajariku bagaimana aku harus memulai tersenyum, juga banyak yang memberi arti bahwa masih ada cinta selain denganmu……

Hidupku bukan berkisar kamu-kamu-kamu dan pengabaian.
Mereka bilang hidupku bisa lebih hebat tanpa kamu. Tanpa orang yang selalu kubanggakan namun nyatanya tak membanggakan. Dan benar, mereka menjadi agen perubahanku. Sedangkan kamu hanya sekadar pelengkap cerita selama ini.

Ya, kamu ha-nya sekadar p-e-l-e-n-g-k-a-p ceritaku.

Terimakasih, pengabaianmu membuatku sadar. Masih banyak orang yang ingin menjadikanku sahabatnya. Dan masih banyak kasih sayang yang juga aku abaikan.
Anggap saja ucapan “still here” pada tulisan itu adalah makna tersirat dari “before this I will go”.

This is the last. I really promise about it!

No comments:

Post a Comment