Andai saja, saat ini aku mampu berdiri di hadapmu. Memandang
setiap lekuk wajah yang dahulu—dan sampai saat ini—masih mampu kurindu.
Kulihat lagi kalender di meja kerjaku. Aku masih tak percaya
semua akan berakhir sehambar ini. Tentang sebuah rindu, tentang sebuah harapan.
Yang lagi-lagi, tak pernah mampu aku sampaikan.
Pengulangan tahun kali ini sama seperti sebelumnya. Juga aku
pikir akan sama dengan selanjutnya.
Apakabar hati? Masihkah ia tak memaafkan? Sudah. Tak perlu
ada jawaban. Setidaknya Tuhan masih membiarkanku di sini merangkai kata untuk
akhirnya kembali diabaikan. Ah, aku sudah kebal. Bahkan untuk hal-hal yang tak
terdefinisikan.
Bibirku hanya mampu mengatup, mengunci rapat rasa yang
tertahan. Menimbun mati-matian kata yang ingin melesat. Dan membiarkannya
meledak dalam jiwa. Tanpa seorang pun yang mengerti bagaimana sakitnya.
Tahun ke dua,
Dan aku masih di sini. Menunggu hijrahmu yang sekarang masih
menjadi mimpi.
Tahun ke dua,
Dan aku masih tetap belajar setia. Dalam keyakinanku atas
cintaNya. Kuyakin—entah yakin entah diyakin-yakinkan—kau pasti akan memiliki rasa.
Setidaknya tahu, bagaimana menunggu dan berharap.
Dan tahun ke dua,
Sekali lagi aku mencoba berbicara.
Happy Birthday My Dear Friend…
#Bee
No comments:
Post a Comment