Cinta,
Biarlah mereka menghujat tentangku karena menyembunyikanmu dari hariku.
Biarlah mereka menghujat tentangku karena menyembunyikanmu dari hariku.
Tersakiti memang rasanya, karena dalam pekat mereka tetap menghujat.
Sedetik, aku mencoba merelakan.
Semenit, aku berusaha lapang.
Namun kemudian, hatiku rasanya retak. Bercampur sedih yang entah
bagaimana.
Apakah semua cinta harus terucap dan diketahui dunia?
Apakah menjadi normal di mata manusia mesti bersuara tentang cinta?
Duhai yang menungguku,
Rasanya akupun ingin terbang. Berlari dari kenyataan.
Haruskah aku berkoar-koar? Haruskah aku memproklamirkan bahwa akupun
sama?
Ada saatnya aku lelah dengan ucapan mereka,Cinta…
Lama sudah aku belajar untuk
bersabar dengan hujatan atas nama ketidaknormalan.
Salahkah jika aku memendammu,Cinta?
Hari ini semua termuntahkan. Tentang rasa sesal. Tentang sebuah
penantian.
Akupun sama ingin dicinta, dan aku tahu cara kamu mencintai berbeda.
Akupun sama ingin diharapkan, dan aku tahu cara kamu mengharapkan itu
atas namaNya.
Aku tak pernah memperkenalkanmu dengan seisi dunia.
Melainkan aku kenalkan kamu pada sahabat terdekatku.
Karena kurasa itu cukup, ya. Itu lebih dari cukup.
Duhai kekasih yang semoga Allah takdirkan untukku,
Biarlah aku berdiri di terjang badai. Karena kutahu di sana kamu masih
mendo’akan.
Meski seribu kali manusia menghujat. Maaf,Cinta. Aku akan tetap
menyembunyikan.
Meski seribu kali manusia menghakimi. Maaf,Cinta. Aku hanya menjagamu
dalam do’a.
Terimakasih kamu masih berjuang dengan caramu.
Dalam diam kurajut asa bersama.
Dalam kesunyian kuharap Tuhan menjadi perantara.
June 6, 2015.
At. 10:26.
Batam.
No comments:
Post a Comment