Teruntuk Guruku Yang Tersayang..
Tulisan ini datang karena dari hati ku. Anak didikmu. Tulisan ini ditulis
dengan penuh kasih dan harap yang ada dalam benakku anak didikmu ini.. Tulisan
ini datang dari kami. Terkhusus aku ;’) Entahlah..
Harus memulai dari
kosakata apa? Harus memulai dari kalimat mana. Sungguh banyak hal yang ingin
aku tuliskan disini. Lidah ku.. Bukan hanya aku. Aku bisa memastikan. KAMI! Iya
kami tak lagi mampu berkata sepatah kata pun untuk menunjukkan keberatan atas
keputusan itu. Keputusan yang jika menjadi kenyataan sangat…. Entah lah..
Kurasa sangat menyesakkan! Bahkan jika bisa di atas sangat (?) Apalagi kata
yang menyatakan paling di atas paling ?
Teruntuk Guruku Yang Tersayang…
Aku bingung. Otakku berfikir keras mencari alasan untuk rela melepaskanmu. Tapi
ternyata GAGAL! Berbuah NIHIL! Kami anak didikmu. Entah bagaimana kau merebut
hati kami sehingga kami begitu menyayangi. Entah dari celah mana kau datang dan
membuat kau begitu berarti. Mungkin ini takdir ? atau memang kau pantas untuk
kami sayangi ? Kau terlalu berharga jika kami lepas begitu saja. Memori otakku
berputar.. Berputar ke masa itu. Masa di mana kau pertama kali datang “Ngeri kali ya.. Takut lah lihatnya.” “Apalah
yakan, masuk nya tiba-tiba gitu” “Mukanya seram betul” bahkan masih banyak
celotehan kecil yang terlontar dari mulut kami. Memvonis kau dengan puluhan
kata-kata yang tak seharusnya kami lontarkan. Sebulan berlalu dan kata-kata itu
berubah “Enak ya.. Belajarnya asik” “Lucu
kali jadi semangat” “Baik yah jadi gak males masuk pelajarannya” “Gak pelit lah
pokoknya” Kata vonisan tadi berubah sanjungan yang begitu berbanding
terbalik. Kau mengikuti kami selama setahun lebih. Dan kau mempu membuat kami
satu hati.
Teruntuk Guruku Yang Tersayang…
Ku fikir tak semudah
itu melupakan kenangan kita bersama. Kami dan engkau ;’) Satu tahun memang
waktu yang singkat. Tapi mengapa begitu banyak hal berarti yang tak mampu aku
lupakan ? Antara kami dan engkau. Mengapa hal itu kurasa teramat berarti ? Hal
nyata yang sama-sama kita ketahui. Bagaimana air mata kami menumpah begitu
saja, entah kata mana yang membuat kami dengan mudahnya meneteskan air dari
mata kecil kami. Aku bingung kenapa mata ini tak mampu ku sekat. Ku tarik
nafasku berlahan, ku hembuskan. Berharap air mata ini berhenti. Namun yang
kudapati makin deras lagi-lagi menumpah. Air mata ini menumpah senada dengan
harap kami yang besar. Air mata ini seakan menjelaskan betapa sayang kami kepada
engkau begitu dalam. Engkau mungkin melihat, bagaimana air mata ini turun
dengan mudahnya. Bagaimana air mata ini perlahan membasahi pipi-pipi kami.
Kudapati kau membuat sedikit lelucon. Namun fikirku “Bagaimana jika lelucon ini menjadi
hal paling nyata untuk kami merindukanmu nantinya?” . Terkhusus aku dan
beberapa temanku. Yang beberapa waktu lalu menghabiskan waktu di sekolah.
Dengan bimbinganmu, kesabaranmu membantu kami mengerjakan tugas yang seharusnya
kami lakukan dengan pribadi kami. Kau pulang malam, kami pun begitu. Aku tak
pernah sedikit pun mendengar kau mengeluh dan menyalahkan kami atas
keterlambatan pulangmu. Atau pada waktu lalu, ketika kami mengikuti ajang
perlombaandan kami tak
mendapatkan satu predikatpun. Kau tetap dengan bangga mengatakan “Kalian
sudah yang terbaik. Masih banyak lagi lomba-lomba yang lain.” Tanpa
sedikit pun menyindir kegagalan kami. Atau saat kami membuat tugas di akhir
prakerind yang ternyata salah semua. Kau hanya tersenyum dan dengan sabar nya
membantu kami hingga akhir kami mendapatkan nilai plus dari yang lain.
Jadi,
Alasan mana lagi yang
mampu membuat kami rela ?
Alasan yang bagaimana
dari sisimu yang mampu membuat air mata ini berhenti ?
Alasan mana lagi yang
mengharuskan kami tak sebegitu menyayangimu?
Bisakah orang memberi
satu dari banyaknya alasan yang kami punya ?
Katakan ;’(
Teruntuk Guruku Yang Tersayang..
Maaf.. Terimakasih..
Maaf untuk kenakalan
kami, kebadungan kami. Maaf membuatmu kesal jika sesekali kau berkata kami malah
asyik mengobrol satu sama lain. Maaf, jika kerap kali kau dapati kami tak
mengerjakan PR mu. Maaf, Jika selama ini kami membuatmu kesal atas sikap kami.
Dan terimaksih. Terimakasih untuk hal yang tak mampu kami ucapkan satu persatu.
Dari kesabaranmu hingga kertulusanmu. Bagaimana pun. Kami. Menyayangimu.
Dari anak didikmu (˘̩̩̩╭╮˘̩̩̩ ) (˘̩̩̩.˘̩ƪ)
No comments:
Post a Comment