Dear My Self..
Takkah seharusnya kau sadar bahwa meski boleh jadi kau
menjadi pilihan pertamanya, kau justeru tak bisa berbuat apa-apa! Takkah seharusnya
kau sadar diri, meski berulang-ulang kau mencoba untuk menyatu pada akhirnya
kau tak akan pernah sama!
Hey, takkah ini begitu menyakitkan hatimu? Takkah ini
membuatmu kerap menangis seorang diri? Takkah kau lelah untuk berjuang? Takkah
kau rasakan ini perjuangan yang sia-sia?
***
To My Self…
Jika saya bisa, seharusnya dari awal saya bahkan tidak
memilih untuk bersama. Tidak memilih untuk berjuang, tidak memilih untuk
menopang, tidak memilih untuk tertawa berdua, juga tidak memilih untuk
membiarkan siapapun masuk lagi dalam hari saya.
Saya tahu, saya takkan pernah mampu berjalan pada ajaran
yang sama. Tak mampu membaca kitab yang sama. Juga saya sadar, bahwa saya tidak
mungkin pernah menyembah apa yang ia sembah hanya karena persahabatan.
Tapi lihatlah, meski perbedaan merenggut akhir persahabatan
saya. Saya sekali-kali tidak ingin meninggalkan. Karena takkah kau sebenarnya
paham,sayang? Ditinggalkan itu menyakitkan.
To My Self…
Jika tiba masa di mana saya harus mengalah, saya harus menyerah, dan saya harus melepaskan dia untuk seseorang sahabat yang jauh bisa menolongnya. Saya akan rela. Meski direla-relakan. Saya akan tesenyum, meski disenyum-senyumkan..
Jika tiba masa di mana saya harus mengalah, saya harus menyerah, dan saya harus melepaskan dia untuk seseorang sahabat yang jauh bisa menolongnya. Saya akan rela. Meski direla-relakan. Saya akan tesenyum, meski disenyum-senyumkan..
Karena kau tahu, Diri? Lebih menyakitkan jika saya harus
melihatnya bertahan dalam perbedan hanya karena sebuah persahabatan….
Tertanda,
Saya.
Saya.
Untuk,
Diri Saya.
Diri Saya.
No comments:
Post a Comment