Hari
itu aku berada pada posisi yang ku fikir berbeda. Tubuhku dengan semangatnya
beranjak mengawali hari sebelum hari itu. Mataku yang sayu karena terlalu lelah
tak membuat semangatku padam apalagi lenyap. Hari itu tanggal 2 Tepat hari
sabtu dan hari dimana semua menjadi titik awal dari apa yang telah aku
rencanakan untuk yang tersayang.
“Ary… Bangun.. Udah jam
berapa ini?” Teriak ibu sembari ku mencoba bangkit. Mataku kala itu masih
tertutup rapat. Terbuka dan terkantuk-kantuk. “Hari ini sabtu, harus bangun pagi. Pergi sekolah lalu setelah itu
kurasa aku harus menghabiskan sisa-sisa tenagaku untuk melangkahkan kaki
keberapa tempat untuk mencari sesuatu. Sesuatu ? Iya sesuatu! Sesuatu yang
biasa tapi kurasa akan luar biasa perjuangannya. Hari sebelum hari esok. Hari
dimana aku masih bisa bernafas untuknya. Untuk dia yang tersayang dan untuk
berada di ulang tahunnya.” Ocehku panjang lebar sesekali berkaca. Tersenyum
kecil lalu mandi. Sarapan seperti biasa. Hmm. Tidak, tepatnya sarapan untuk
pagi ini maklum lah. Ku fikir hari ini adalah hari yang sangat melelahkan
untukku nanti.
“Ibu.. Ary pergi sekolah dulu yah. Ohya ary nanti pulang agak lama.
Soalnya ary mau beli sesuatu. Tepatnya pergi cari sesuatu. Assalamualaikum”
Jelasku pada ibu sembari mencium tangannya. Dan beralalu pergi. Setibanya di
sekolah. Semuanya berjalan normal. Sekolah ku tetap pada kondisi yang menurutku
memprihatinkan.Sulit untuk dikatakan “sekolah kebanggaan” Bagaimana tidak?
Kudapati semua nya sunyi tak ada tanda-tanda kehidupan. Padahal di luar sana
sekolah sudah ramai dengan ricuh nya suara anak murid. Satu jam dua jam tiga
jam . “Yess, akhirnya..” Kataku sambil mengepal tangan. Akhirnya bimbingan
laporan untuk prakerind pun usai.
Maklum, aku murid smk kelas 2 yang sedari minggu lalu di hadapkan dengan
banyaknya file yang harus di bukukan lebih lebih kondisi itu sangat memaksa
kami menjadi orang lain. Pilihan yang sulit.. Tapi.. Bukan itu inti ceritanya..
Duduk dikantin menunggu
waktu yang tepat untuk pergi sebelum waktunya pulang. Ku amati sekelilingku.
“Wi, ayo cabut. Mumpung masih pagi dan kita punya waktu lama untuk berburu”
kataku menarik tangan dwi. “Iya Ry, tapi tunggu deh. Kamu bilang kita? Kamu gak
sih? Aku kan kamu paksa” Sambungnya dengan nada sedikit kesal. Iya aku pun bingung
kurasa bukan KITA tapi aku. Yang butuh aku dan memang aku yang punya rencana.
Dwi hanya satu di antara sekian orang yang menjadi korban dari rencanaku ini..
Di sepanjang perjalanan hanya suaraku yang seksi dan merdu ini yang terdengar.
Lebih tepat nya kericuhan suaraku yang menghiasi bus mini yang ku naiki. Ku
dapati dwi yang sedari tadi hendak berbicara akhirnya mengurungkan niatnya
untuk berbicara dan membiarkanku bercengkrama dengan duniaku sendiri. Entahlah,
aku punya kesibukan dan asyik sendiri dengan ceritaku pada dwi. Padahal
nyatanya dwi tak mengerti dengan apa yang aku ceritakan. Mengenaskan bukan?
Sampai akhirnya bus mini
yang ku naiki berhenti tepat di depan toko buku yang tak terlalu besar itu. Ku
langkahkan kakiku perlahan namun pasti. Ku telusuri ruang serta sudutnya.
Mataku tertuju pada benda itu “Aku mau ini, lucu yah dwi. Iiii mau deh beli yah
beli” Kataku merengek pada dwi. Padahal jelas-jelas yang melarang aku
membelinya juga tidak ada. “Enggak ah ry. Itu jelek. Apaan itu gak penting tau.”
Katanya meyakinkan agar aku tak membeli pernak pernik beranimasi hewan amphibi
itu. Yaaah~ Ku tau yang di maksudkan dwi adalah yang di pentingkan bukan
kemauanku akan minat mengoleksi benda2 itu. Namun mementingkan dia yang
tersayang. “Udahlah dwi, dari pada disini engga ada yang jelas . Pergi
ketempatr lain aja yuk yuk yuk. Engga deh engga mau lama-lama disini” Keluhku
pada dwi. Makin lama berada di toko buku itu semakin besar pula rasa ingin
mengambil benda itu dan membayarnya di kasir.
Berat
langkahku meninggalkan tempat yang rasanya mempunyai daya magnet yang sangat
kuat di sisi-sisinya. Aku menunduk dan berlalu pergi. Di tempat kedua itu aku
dapati berbagai macam boneka lucu yang lagi lagi menarik perhatianku. Tempat
ini jauh lebih menarik hatiku agar mendekatinya. Sampai akhirnya aku
memalingkan wajah. Melihat boneka yang ku tergetkan, boneka berbentuk persegi
yang memiliki hidung yang berbanding terbalik dengan hidungku. Boneka itu
tampak indah berwarna kuning pekat dan ada bintik hijau di tubuhnya. Ku raih
bineka itu pelan-pelan. Ku tekatkan untuk membelinya. Cukup merogoh kocek
dalam-dalam. Namun untuk yang tersayang, apa yang tidak ?. Semuanya telah
berakhir. Kelelahanku berbuah hasil ku bawa boneka mungil ini sembari tersenyum
puas. Ku langkahkan kembali kakiku ke toko buku yang tak jauh dari tempat
boneka itu. Kupandangi sudut demi sudut “Syukur deh, disini engga ada hewan
menyebalkan itu” Bathinku. Sembari melangkah ke tumpukan buku kusam yang
membuat ku penasaran. Apa isi buku itu ??.
Akhirnya aku pun berlalu
pergi. Ku bawa boneka itu dengan kepuasan bathin yang tak terungkap. Berlalu
pergi dari toko buku itu dan aku harus menunggu bus mini di halte. Dingin.
Matahari kala itu bersembunyi tergantikan oleh awan redup yang akan membasahi bumi.
Angin sepoi-sepoi ku rasakan. Ku pandangi sudut halte dan ku temui gadis remaja yang sejengkal lebih
tinggi denganku. Sampai akhirnya aku berhasil memecahkan suasana sunyi.
Mengajaknya bercengkrama. #Titt# mini bus yang ku tuju datang aku masih asik bercengkrama
dengan dia. Aku gapai boneka tadi perlahan aku muali berjalan mundur karena
masih menyambungkan sedikit pembicaraanku, ku lambaikan tanganku pada gadis
cantik itu. Sampai akhirnya aku tak menyadari mini bus lain yang sedang melaju
menghempaskanku dan bruuuuk.. Aku terjatuh, mataku mulai tampak gelap. Boneka
yang ku genggam terhempas 1m dari tubuhku. Darah mengalir dari kepalaku, namun
aku tetap tak menghiraukan betapa sakitnya aku. Yang ku fikir aku harus
menggapai boneka itu. Aku seretkan badanku tapi aku tak mampu lagi. Boneka itu
ku lihat terinjak injak orang yang sedari tadi lalu lalang membantuku. Air
mataku tumpah senada dengan darah yang mengalir dari kepalaku. Sakit dan aku
tak mampu menahannya..
***
“Boneka itu. Boneka”
Teriakku sembari membuka mata. “Kenapa kenapa?” Tanya ibuku panic. Ternyata
setelah aku tak sadarkan diri aku di larikan kerumah sakit oleh. Oleh? Entahlah
oleh siapa yang ku tau ketika aku membuka mata aku sudah berada disini. Sekujur
tubuhku tak lagi sempurna. Mobil itu menghempskanku terlalu kencang dan
akhirnya aku harus seperti ini. Tangan kiriku, kakiku, dan wajahku. Aku tak
sanggup lagi menahan derita ini. Hanya tangan kananku yang masih dapat
kugunakan. “Aku lelah Tuhan, ini begitu menyiksaku. Aku ingin tidur saja. Tidur
untuk selamanya bukan hanya sementara. Ini begitu menyiksaku” Bathinku. Tak
lama setelah itu ada adik-adik masuk keruanganku. Ku dapati ia membawa boneka
kuning mulikkku tadi tapi boneka itu berbeda tak lagi sama, ia kumuh
terinjak-injak orang tadi. Air mataku menetes sedemikian hebatnya. “Dek,
terimakasih yah. Taruh saja dimeja itu. Kamu mau membantu kaka?” “Iya kak, apa?” “Tolong ambilkan pena dan
selembar kertas, boleh” Adik tadi tak memberi jawaban ia langsung mengambilkan
nya untukku. Dengan sisa-sisa tenaga yang kupunya aku mulai menggoreskan tinta
untuk dia yang tersayang.
Dear Vera…
Terimakasih selama ini kamu setia disini bersamaku. Membuatku tersenyum hingga
akhirnya aku tertawa. Terimakasih kamu bisa menjadi kan aku teman mu dan sampai
akhirnya aku mengerti arti kepedulianmu. Selamat ulang tahun teman ku yang
tersayang. Maaf bukannya aku tak ingin bersamamu di hari ulang tahunmu. Aku
juga punya impian kita bersama meniup beberapa lilin di bundaran kue tart .
Namun harapan itu ku abaikan, harapan itu pupus sayang. Kini keadaanku berbeda.
Tak lagi sama. Aku tak ingin kamu meninggalkanku. Karena aku yakin hidupku tak
berarti tanpa senyum dan candaanmu. Aku selalu ingat, di mana kita saling
tertawa dimana kamu selalu memarahiku ketika aku selalu lambat untuk berfikir.
Atau aku yang selalu manja ketika aku sakit. Namun sekarang tidak Ver, Aku
lelah sendiri disini, Aku takut kamu pergi. Sebelum itu terjadi Tuhan brkata
lain dan aku kini lelah. Tragedi itu membuat tubuhku seakan tak berfungsi Vera.
Aku tau kamu bisa tanpa aku. Kamu lebih bahagia tanpa aku. Terimakasih untuk
waktu yang singkat itu. Pertemuan kita memang singkat. Percayalah aku memang
tak ada tapi kenangan aku dan kamu selalu ada, Teman. {} Sampai akhirnya aku
lelah dan aku harus meninggalkanmu…….
With love
Ary….
Aku terbelalak membaca
paragraph akhir dari cerita itu Tokoh “Aku” Pada akhirnya meninggal dan
mengalami kecelakaan hebat dan meninggalkan teman tersayangnya pergi.
“Bagaiamana denganku? Apakah sama beujung dengan kamatian ku ?” Bathinku sambil
berlalu pergi~
#END.
Created : Wulan Arya .
No comments:
Post a Comment