Teruntuk Bunda Nana...
Bunda.. Menetes air mata ini entah bagaimana bisa ia
mengalir begitu derasnya. Entah bagaimana aku seolah merasakan apa yang bunda
rasakan. Entah bagaimana rasanya hati ini seolah tertusuk dengan kata kata
penuh arti yang bunda tuliskan. Entah bagaimana bisa aku seolah sedarah
denganmu hingga akhirnya dengan mudah aku terisak. Hanya dengan memandang atau
sekedar membaca tulisan singkat itu.
Bunda yang
Wulan sayang...
Maha besar Allah yang memiliki kuasa mempertemukan hambanya
yang awalnya sama sekali tak mengenal. Maha Penyayang Allah yang memberikan
sayang nya padaku dengan di pertemukannya aku dengan bunda. Dengan orang yang
sederhana namun berhati luar biasa di mata ku. Bunda terlampau baik. Bunda
terlalu ramah untuk aku biarkan. Bunda terlalu.... Entahlah bunda. Bagaimana
harus ku tulisakan kata demi kata yang akhirnya terbentuk sebagai kalimat yang
mewakili pandanganku terhadap mu, Bunda..
WANITA TANGGUH!
Bunda adalah wanita tangguh di mataku setelah umi. Bunda
tulus. Hingga aku berfikir. “Kenapa takdir begitu kejam terhadap wanita
sebaik bunda?” Oke mungkin aku yang terlampau lemah hingga seolah
menyalahkan takdir. Aku tau. Allah tak akan memberikan ujian di luar kemampuan
hambanya,Kan? Yang berarti... Bunda akan bisa keluar dari masalah ini. Bukan
masalah. Tapi ujian yang (Sangat) rumit di mataku.. Seolah bisu seketika,
mendengar satu persatu kalimat yang terucap. Semua kesedihan. Semua kepiluan.
Semua rasa yang selama ini aku tak pernah tau. Dibalik bunda yang selalu
tersenyum ketika sesekali bertemu. Dibalik bunda yang selalu tertawa kecil
karena candaan. Dibalik bunda yang selalu menasehatiku dari hal terkecil.
Dibalik bunda yang selalu memberikan solusi ketika ‘mereka’ menjauh dariku. Di
balik semua kehebatan bunda..... Aku barulah tau. Bunda lebih hebat dari apa
yang aku bayangkan....
Semua kesedihan, kekecawaan dari alphabet A sampai Z. Tak pernah
bunda keluarkan. Tak pernah bunda beri tau.. Sampai akhirnya..Air mata itu aku
lihat. Menumpah begitu hebatnya. Sepatah kata pun tak mampu aku ucapkan. Air
mata yang keluar membuat bibirku terkunci rapat-rapat. Hati mulai merintih.
Hati mulai merasakan. Hati mana yang tak tenggelam pada kesedihan yang sama?
Hati mana yang hanya bisa diam....
Istigfar. Astagfirullah.. Astagfirullah.. Hanya itu yang
lagi lagi aku ucapkan. Sesekali menahan air mata. Namun ia terus memaksa keluar
bersama-sama pelukan yang kurasa semakin erat...
Bunda.....
Tak mampu aku berkata dengan lisanku secara langsung untuk
membuatmu tenang hingga berhenti menangis. Aku tak mahir membuat bunda tertawa.
Semoga dengan menyelipkan nama bunda dalam Do’aku membuat semuanya lebih baik. Membantu
bunda tertawa walau perlahan...
Bunda..
Tulisan ini mungkin tak sehebat tulisan tere liye, atau
penulis buku terkenal yang kata kata nya puitis dan menyejukkan hati bagi siapa
yang membaca.. Percayalah bunda.. Banyak orang di laur sana yang masih
menginginkan bunda tersenyum tanpa tangis. Tanpa kesedihan, tanpa kekecawaan
yang mendalam...
Bundaku hebat. Bundaku kuat. Bundaku tangguh {}
YaAllah..
Kuatkan orang yang
sedari tadi membaca tulisan ini. Kuatkan dia. Jangan biarkan lagi air mata nya
menetes untuk hal yang tak seharusnya ia tangisi. Untuk orang yang sebenarnya
tak harus di tangisi. Berikan ia kebahagiaan melebihi apa yang ia ingini .
Berilah ia ketegaran dalam menghadapi ujianMu yang (menurutku) luar biasa ini.
Jangan sampai air
matanya jatuh sia-sia untuk orang yang......... YaAllah aku tau...
Aku percaya. Kau
telah menuliskan cerita lain yang JAUH lebih indah kan? Untuk dia yang kusayang..
Untuk dia yang beriku banyak pelajaran..
YaAllah..
Berikanlah pada ia
seseorang yang dalam sedihnya ‘dia’ mampu hadir. Dalam tangisnya ‘dia’ mampu
mengusap. Bukan orang yang malah jadi alasan ia menangis dalam kepiluan.Lalu ‘dia’
pergi begitu saja. Jangan yaAllah jangan... Berilah pula ia seseorang yang bisa
membuatnya semakin mencintaiMu. Berikan ia kebahagiaan.
Karena aku tak mau
melihatnya terus mengeluarkan air mata.. Air matanya terlampau berharga
yaAllah...
Aamiin :’)
No comments:
Post a Comment