♫♬

Tuesday, October 29, 2013

Sayangi Umi dan Abi yaAllah

Umi. Abi..
Memang terkadang aku berfikir. “Kenapa kau tak pernah berhenti mengomentariku?” Hal apa saja yang terlihat salah di matamu selalu saja kau tegur. Hal ini hal itu. Entahlah. Sudah seberapa banyak “teguran” kau berikan kepadaku. Hingga terkadang aku jenuh dengan komentarmu. Ingin rasanya menutup telinga dan berkata “Aku benci di komentari melulu” . Sampai “Hal itu” menyadarkanku....


Komentar-komentar kecilmu itu lah cara mu memperhatikanku kan. Mi..Bi? Komentar-komentarmu itulah yang sebenarnya menunjukkan betapa kau tak ingin aku terlihat “buruk” dimata orang lain kan? ;”) Mungkin aku terlalu bebal untuk mengartikan makna tersirat itu. Aku selalu saja berfikir negative. Padahal. Orang tua mana sih yang tak sayang dengan darah dagingnya sendiri? Bukankah mereka pula yang telah mendidik dan membesarkan ku? Apa iya mereka tak menyayangiku dengan terus mengomentariku. Iya itu mustahil..
Umi dan Abi ku memang bukan orang yang berada. Mereka bukan dokter, profesor, menteri, bupati, camat atau ketua RT sekalipun. Umi dirumah sebagai ibu rumah tangga. Umi menjaga adikku dan abi? Kau fikir abi bekerja apa? Abi hanyalah seorang pekerja pembuat baju. Iya beliau menjahit dirumah. Lalu kau fikir rumah kami sebesar apa? Tidak. Rumah kami pun tak sebagus rumahmu. Tak semegah rumahmu. Sudahlah. Kau tak perlu tau keadaannya.
Jujur, aku memang pernah berfikir “Kenapa mereka memiliki rumah yang bagus ? sedangkan aku tidak? Kenapa mereka membeli ini itu dengan mudahnya sedangkan aku tidak?”Tapi karena aku melihat sikap Abi. Aku mulai tau. Harta bukan segalanya. Jika aku berfikir Allah tidak adil. Maka kenyataannya aku adalah orang bodoh. Mengapa? Karena konteks adil bukan melulu sama takarannya. Tapi sesuai porsinya. Bayangkan saja, jika aku kaya kamu kaya mereka kaya. Siapa yang bersedekah? Siapa yang menjahit baju yang kau kenakan sekarang? Siapa pula yang mau menanam padi untuk dijadikan nasi? Bukankah semuanya telah kaya raya. Lalu tak butuh uang lagi? Ya. Karena Allah adil. Ada yang menjadi petani,penjahit,tukang bangunan, tukang angkot, pengusaha, menteri presiden dan jabatan lainnya.
Aku pernah bertanya ke abi tentang hal apa yang ingin ia dapatkan dariku nanti. Ia sama sekali tak menjawab ingin rumah yang lebih layak. Ia juga tak minta dibelikan mobil, dan apalah yang terbilang mewah yang kini tak kami miliki. Ia hanya ingin Notebook atau ipad dari jerih payahku nanti ketika aku telah lulus. Dan ketika ku tanya kenapa mau itu? Beliau menjawab “Iya supaya abi gampang nyimpen file kajian islam. Ceramah-ceramah sama surar-surat. Biar abi gampang ngafalin nya sekalian. Kalau di hape ini memorynya cepet full. Kalau udah full kadang error” Sebenarnya miris. Seperti terhimpit jutaan manusia. Sesak. Dadaku sesak. Abi sama sekali bukan tipe orang yang meterialistis. Abi sama sekali bukan orang yang memikirkan duniawi. Hanya beliau yang tak pernah ganti handphone. Handphonenya bermasalah ketika dipakai untuk browsing walau hanya beberapa menit. Handphonenya langsung mati. Entahlah. Dibelikan batrai baru sama saja seperti itu. Aku janji bi. Ketika aku telah bekerja nanti. Hal pertama yang harus aku lakukan! Membelikan abi handphone baru untuk browsing... Untuk mendengarkan kajian-kajian islam lagi. Itu janjiku,Bi...
Beralih ke Umi..
Umi juga hebat. Sangat hebat. Semenjak umi keluar dari UGD waktu itu. Umi tak boleh terlalu lelah. Harusnya yang mencuci baju, melipat kain itu aku. Tapi karena aku sekolah. Setiap pulang sekolah baju-baju kotorku telah bersih tercuci. Entahlah.. Umi selalu seperti itu. Umi tegar. Pernah waktu itu. Aku disibukkan dengan urusan administrasi sekolah. Umi mengadu padaku “Umi bingung. Dapet uang dari mana? YaAllah. Berilah kemudahan.”Baru kali itu aku lihat umi menangis sejadi-jadinya. Waktu itu memang sedang sulit. Umi baru keluar dari rumah sakit dan aku harus membayar administrasi yang sebenarnya uangnya itu terpakai ke biaya berobat umi.. Waktu itu semua di uji! Kesabaran umi, abi.. Mereka benar-benar hebat. Mereka benar-benar berjuang demi anak nya ini. Aku salut... Alhamdulillah karena waktu itu aku mendapatkan juara. Uang SPP pun tak perlu membayar :’) Yakin. Aku percaya. Dibalik kesusahan pasti ada kemudahan...
YaAllah..
Jika memang aku di beri umur panjang. Biarkan aku sejenak membahagiakan umi dan abiku.. Biarkan aku membuat senyumnya merekah.
Biarkah aku melihat wajahnya yang telah lusuh termakan waktu itu kembali bersinar walau hanya sebentar. Izinkan aku menjadi anak yang berbakti..
Kelak jika Umi Abi atau Aku Engkau panggil..
Kami dapat berkumpul di JannahMu yaAllah..
Sayangilah Umi dan Abi ya Allah.. Karena demi Allah merekalah yang merubah hambamu ini.. Mereka sehebat-hebatnya manusia yang pernah kukenal.
Demi Allah. Mereka tak pernah menyianyiakan titipanmu ini. Mereka selalu mengajariku tentang kewajiban kewajiban seorang muslim..
Mereka yang telah berhasil membuatmu berjilbab syar’i..
Demi namaMu yaAllah..
Mereka adalah wanita dan pria yang hebat bagiku, adikku dan abangku..
Maka dari itu yaAllah.. Mereka pantas bahagia. Mereka pantas untuk tertawa..
Izinkan perantara mereka bahagia itu aku yaAllah..
:’)
                                                         Aamiin.. 

No comments:

Post a Comment