Hari ini.
Apa yang harus dijelaskan? Mana mungkin ada satu peristiwa
yang terjadi lagi pada hari ini. Semua telah menjadi debu yang hanya
memburamkan pandangan. Debu ang semakin menggumpal, dan tak bisa terbang meski
ditiup berkali-kali.
Katanya, ukhuwah itu ada. Namun antara aku dan kau, ukhuwah
itu rasanya semu. Bahkan tak ada, janji-janji pertemanan yang dulu kuagungkan,
sekarang tinggal cerita. Cerita pahit tentunya.
Berulang kali aku berusaha menerjemahkan hikmah di balik
cerita ini. Berulang kali aku terhenti, tapi akhirnya dengan sisa tenaga aku
bangkit lagi.
Bibir yang darinya sering terlontar kata-kata manis bermakna
sayang sekarang berubah bisu. Tak bersuara. Darinya telinga yang sering
mendengarkan keluh kesahku, kini menjadi tuli tak mau mendengar. Dan darinya
tangan yang selalu berbaik hati terulur untuk membantuku kini lumpuh tak mau
bergerak. Adakah itu fase paling bahagia?
Apa yang aku harapkan lagi jika semua pancaindra padamu tak
lagi dipinjamkan untukku? Apa lagi yang harus kuagungkan atas nama setia jika
sekalipun aku terjatuh di depan matamu kau enggan menolong?
Bukan tak ada rindu, bukan tak ada lagi sayang yang tersemat
dalam dadaku. Semua masih utuh, rapi dan belum kubuang. Semuanya masih sama,
seperti dulu.
Tapi sekali lagi, apa gunanya rindu jika rindu itu hanya aku
yang rasa? Apa gunanya aku bermimpi persahabatan dengan dasar cinta padaNya
jika kau tak pernah bersuara?
Biarlah rindu itu terus ada, biarkan sayang itu tetap
tersimpan rapi. Walau rajutan cerita di antara kita terputus, meski semuanya
telah usai, meski semuanya telah hancur lebur.
Biarlah. Mungkin memang Tuhan mewajibkanku untuk menunggumu
dan mewajibkanmu untuk pergi. Dengan begitu, sampai langit tergulung pun. Kita tak
akan pernah bisa bertemu.
No comments:
Post a Comment