♫♬

Wednesday, December 2, 2015

Disayangi Ann


Aku tak pernah berfikir serumit ini, logika dan perasaanku beradu. Jiwa dan argumenku bertengkar. Haruskah yang menyayangiku adalah sosoknya? Tak sempat aku bertukar sapa lebih jauh dari sekadar ruang obrolan sempit. Tak pernah pula aku mendengar suaranya lebih jelas dari sekadar voice note ataupun melalui signal telephone. Lantas, bagaimana bisa dia menyayangiku lebih dalam dari sekadar teman baiknya?

Takkah kamu berpikir betapa tololnya logikaku berpikir ini mati-matian? Benarkah cinta adalah cinta entah bagaimanapun itu bentuknya? Lalu, apalah? Benarkah?

Sayangkah namanya jika aku mengikuti rasa sayangnya yang tersemat? Apakah baik namanya jika aku menautkan sayangnya dalam kehidupanku? Tuhan, ini konyol. Dicintai Ann? Dia baik, lebih baik dari pria yang menyelinap masuk dalam hidupku, yang pada akhirnya menyisakan seribu janji kebahagiaan yang menguap.

Ann diam. Tapi jelas kurasakan rasa sayangnya, tapi aku tak tahu jika Ann menyayangiku lebih dari sayang yang aku definisakan. Ann menyelinap masuk dalam hidupku pelan, candanya memang bisa membuatku tertawa. Seisi kepalaku rasanya juga Ann tahu. Tapi aku tak mungkin menyayangi Ann mengikuti definisi yang Ann ciptakan.

Logikaku terbentur aturan yang aku genggam mati-matian. Selama ini aku genggam cinta atas dasar aturan Tuhanku. Aku menjaga diriku lebih dari aku menjaga barang kesayanganku. Aku rela diasingkan banyak pihak karena aku memilih berbeda dengan mereka.

Lantas sekarang? Aku belum pernah menyentuh dunia semacam ini dan disodorkan kenyataan. Aku tersenyum memang, berpikir bahwa aku bisa disayangi seseorang karena caraku sendiri. Namun demi Tuhan, aku tak bermaksud membuat Ann jatuh hati dengan caraku membuatnya tersenyum—barangkali.

Aku jelas menyayangi Ann, siapa yang tak menyayanginya? Dia hampir punya semua, paras, pintar, pandai bergaul. Tapi sumpah Tuhan. Tak sampai hati aku membiarkan Ann menciptakan rasa kasih seorang diri. Jahat? Iya.

Perasaaku dihantam habis oleh rasa bersalah pada Tuhan. Akan lebih jahat jika aku mengukir kasih bersama Ann.

Aku perempuan. Ann perempuan. Tak mungkin ada tali yang kurajut bersamanya.
Anna. Teman baikku, kan ku peluk kamu erat. Akan aku ajarkan kamu menghapus rasamu yang berbeda. Ann teman baikku, percayalah ada orang yang ditakdirkan untukmu. Jelas bukan aku. Tak mungkin Tuhan menyematkan rasa semacam yang kamu rasakan.

Sebelumnya, terimakasih telah menyayangiku,Anna. Berbahagialah, karena senyummu adalah bahagiaku pula.



No comments:

Post a Comment