Aku tak pernah berfikir serumit
ini, logika dan perasaanku beradu. Jiwa dan argumenku bertengkar. Haruskah yang
menyayangiku adalah sosoknya? Tak sempat aku bertukar sapa lebih jauh dari
sekadar ruang obrolan sempit. Tak pernah pula aku mendengar suaranya lebih
jelas dari sekadar voice note ataupun
melalui signal telephone. Lantas, bagaimana bisa dia menyayangiku lebih dalam
dari sekadar teman baiknya?
Takkah kamu berpikir betapa
tololnya logikaku berpikir ini mati-matian? Benarkah cinta adalah cinta entah
bagaimanapun itu bentuknya? Lalu, apalah? Benarkah?
Sayangkah namanya jika aku
mengikuti rasa sayangnya yang tersemat? Apakah baik namanya jika aku menautkan
sayangnya dalam kehidupanku? Tuhan, ini konyol. Dicintai Ann? Dia baik, lebih
baik dari pria yang menyelinap masuk dalam hidupku, yang pada akhirnya
menyisakan seribu janji kebahagiaan yang menguap.
Ann diam. Tapi jelas kurasakan
rasa sayangnya, tapi aku tak tahu jika Ann menyayangiku lebih dari sayang yang
aku definisakan. Ann menyelinap masuk dalam hidupku pelan, candanya memang bisa
membuatku tertawa. Seisi kepalaku rasanya juga Ann tahu. Tapi aku tak mungkin
menyayangi Ann mengikuti definisi yang Ann ciptakan.
Logikaku terbentur aturan yang
aku genggam mati-matian. Selama ini aku genggam cinta atas dasar aturan
Tuhanku. Aku menjaga diriku lebih dari aku menjaga barang kesayanganku. Aku rela
diasingkan banyak pihak karena aku memilih berbeda dengan mereka.
Lantas sekarang? Aku belum pernah
menyentuh dunia semacam ini dan disodorkan kenyataan. Aku tersenyum memang,
berpikir bahwa aku bisa disayangi seseorang karena caraku sendiri. Namun demi
Tuhan, aku tak bermaksud membuat Ann jatuh hati dengan caraku membuatnya
tersenyum—barangkali.
Aku jelas menyayangi Ann, siapa
yang tak menyayanginya? Dia hampir punya semua, paras, pintar, pandai bergaul. Tapi
sumpah Tuhan. Tak sampai hati aku membiarkan Ann menciptakan rasa kasih seorang
diri. Jahat? Iya.
Perasaaku dihantam habis oleh rasa
bersalah pada Tuhan. Akan lebih jahat jika aku mengukir kasih bersama Ann.
Aku perempuan. Ann perempuan. Tak
mungkin ada tali yang kurajut bersamanya.
Anna. Teman baikku, kan ku peluk
kamu erat. Akan aku ajarkan kamu menghapus rasamu yang berbeda. Ann teman
baikku, percayalah ada orang yang ditakdirkan untukmu. Jelas bukan aku. Tak
mungkin Tuhan menyematkan rasa semacam yang kamu rasakan.
Sebelumnya, terimakasih telah
menyayangiku,Anna. Berbahagialah, karena senyummu adalah bahagiaku pula.
No comments:
Post a Comment