Aku mengasihimu dengan sederhana, sesederhana setiap abjad
yang kurangkai menjadi sebuah kalimat. Aku mengasihimu dengan sederhana,
sesederhana bahagianya hatiku mendengar tawamu. Kupikir, kasih itu gila. Segila
tiap imaji yang kuciptakan tentang kamu.
Kosakata ini adalah setiap hembusan harap yang tak sempat
kamu lirik, sayang. Deretan abjad ini adalah rasa yang belum sempat kamu pahami
seutuhnya, kasih tak sebercanda itu. Perasaan tidak seremeh itu, bagiku.
Pikirku, cinta adalah cinta apapun bentuknya. Rasa ini
memang tidak lumrah dalam kamusku, hingga detik ini. Tapi perasaan yang ada tak
pernah bisa mengada, aku benar mengasihimu seperti aku mengasihi setiap tulisan
yang aku rangkai.
Namun, benarkah ada ruang dalam hatimu untuk mengasihiku
dari kejauhan? Tanyaku menggebu, aku juga tidak mampu mengerti duniamu
sepenuhnya, aku kesulitan mencarimu diperbatasan imaji dan nyata. Takkah
sebenarnya kita bertaut? Atau pura-pura bertaut? Entahlah, sayang. Apapun itu,
hingga tulisan ini akhirnya aku tulis, aku masih mengasihimu dan menjadikanmu
separuh dari bahagiaku.
Waktumu mungkin tersita habis untuk kehidupan nyatamu, tapi
kuharap kamu tahu ada orang yang menunggu kabarmu. Ada orang yang pelan
menghapus air matanya karenamu, ada. Dan itu terlalu nyata.
Sayang, jika kamu mau tahu apa yang membuatku bahagia.
Carilah aku ketika aku lelah untuk mencarimu, mengertilah aku seperti
mati-matian aku mengertimu, dan sayangi aku seperti aku mencari seribu cara
untuk menyayangimu…
Me,
Lanna.
No comments:
Post a Comment