Manusia tidak sepemaaf Tuhan, sayang. Butuh waktu puluhan
ribu hari untuk benar-benar ikhlas melepaskan, benar-benar rela memaafkan,
itupun, bisajadi hanya maaf yang terlontar dari bibir. Bukan maaf yang
terangkai dari hati.
Manusia tidak sehebat Tuhan, sayang. Meski sehebat apapun ia
memendam luka, sekuat apapun usahanya menghapus air mata. Bisa jadi, hatinya
rapuh. Bisa jadi, ada harap yang terpintal agar ada yang membuatnya merasa
hebat.
Dan sepertinya kamu lupa, bahwa yang kamu hadapi manusia.
Yang dihatinya pula menjalar ribuan harapan yang bercabang lagi menjadi butir
harapan yang siap tumbuh. Namun, sepertinya kamu tidak pula sepengerti Tuhan.
Aku bukan Tuhan yang bisa kapan saja menerima maafmu, yang bisa
merangkai hati yang kapan saja kamu patahkan, aku bukan Tuhan yang dalam mili
detiknya siap mendengar ribuan kosakata. Aku bukan Tuhan yang siap dipatahkan
berkali-kali oleh subjek yang sama, sayang.
Aku menghela napas sendirian, akal sehatku seperti sudah
hilang. Jiwaku terbang, entah terbawa angin, terbawa maling, atau terbawa
angan-angan.
Takkah kamu berpikir sedikit tentang apa yang menyelinap
dalam imajiku?
Oh, aku lupa. Kamu bukan Tuhan. Maaf.
No comments:
Post a Comment