♫♬

Tuesday, December 3, 2013

Aaron ashab CERPEN

Bulan malam itu tampak sempurna. Angin Sepoi-sepoi membuat ranting bertabrakan satu sama lain dan bersalam-salaman seoalah bersilaturahmi. Jemariku pun menari-nari di atas keyboard yang tak seberapa itu. Ketikannya mulai melemah senada dengan rasa kantukku yang kian lama kian terasa..... “AARON  ASHAB”  Ketikan terkahirku terhenti di kata yang entah kenapa aku mengetikkannya...

“Anak-anak.. Pagi ini kita kedatangan tamu. Jauh-jauh dari jakarta. Dalam seminggu ini dia akan berbagi informasi tentang musik dan hal hal menarik lainnya” Kata pak guru bahasa indonesia.
“Nak, Silahkan masuk” Lanjutnya sembari memandang ke arah pintu kelas kami yang bentuknya juga hampir tak berbentuk ‘pintu’. Dan dalam seketika, kelas yang awalnya ricuh melebihi ricuhnya warga yang sedang berdemonstrasi pun akhirnya hening, sepi dan senyap melebihi gedung yang tak tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Mungkin semacam....Ah sudahlah, bukan itu inti ceritanya.
“Ini dia anak-anak. Perkenalkan ini Aa’ Ron” Kata pak guru yang katanya guru bahasa indonesia itu. Dia mulai memperkanalkan pria muda yang tampan, menawan, menyejukkan dan enak di pandang itu. Mungkin sesekali membuat orang yang melihatnya pingsan. Oke ini berlebihan. Pria itu berhasil menyedot berpuluh-puluh pasang mata dan fix! 100% perhatian tertuju pada raut wajahnya itu.
“Aah, Aaron kali pak bukan Aa’ Ron” Suara ku pecahkan hiruk pikuk kelas. Ya. Setau ku sih Aaron Ashab. Bukan Aa’ Ron. Maklum, guru yang ‘katanya’ mengajar bahasa indonesia itu berasal dari jawa barat. Yap! Tepatnya suku sunda. Mungkin ia berfikir kalau Double A dibaca Aa’ (??). Ah sudahlah. Tak ada hentinya jika mendeskripsikan tentang guru yang katanya tadi.
            Pak guru meninggalkan Kak Aaron dikelasku. Semua mata masih tertuju padanya. Hingga akhirnya Aa’ Ron alias Aaron mengeluarkan suaranya.
Hey guys.. Kenalin gue Aaron Ashab. Lo semua boleh manggil gue kak Aaron. Gue disini selama satu minggu dan gue bakalan.....”  Kak Aaron  mulai memperkenalkan diri. Entah memperkenalkan diri atau berkhutbah. Panjang sekali. Dan aku malas untuk terus mendengarkan ceritanya.
“Bang, Aku mau permisi bentar” Kataku santai sambil mengambil ancang-ancang untuk melaju pergi.
“Eh, lo bilang apa? Abang? Gue? Lo fikir gue abang tukang bakso? Abang taksi? Abang angkot? Atau bang tukang sayur?” Cerocosnya begitu panjang tak terima karena nada ku memanggil “bang” memang terkesan mengejeknya.
YA!! YA!!! BISA JADI!! Sayur apa nih? Sayur nangka? TIDAAAK! Sayur Oyong? Tidaaaak! Sayur Lodeh? IYAAAAAAA! HAHAHAH” Sontak seisi kelasku tertawa karena hal konyol itu.
“Dih. Lo ngeselin ya! Nama lo siapa sih?” Jawab kak Aaron semakin kesal.
“Vicky Prasetyo is my name. Ya And 29 My age :p” Mendengar jawaban ku pun Kak Aaron semakin kesal. Muka tampannya berubah seperti kepiting rebus. Memerah. Tapi tetap saja sebenarnya kak Aaron selalu tampan dimataku. Uhuk.
“Kamu kenapa bang? Kontroversi hati? Atau ngerasa dikudeta sama keadaan kelas ini?” Tambahku dengan muka sok serius.
“Sumpah ya! Lo bikin gue gak konsentrasi lagi” Kak Aaron menjawab ketus.

“Ah! Gak usah mempertakut gitu lah. Gausah juga di rumitisasi. Dari pada kamu gak konsentrasi mending kita sama sama ngadain reboisasi hutan. Apasih(??)” Jawabku sok intelektual namun benar benar 100% gagal. Aku berlalu pergi. Ku dapati wajah nya benar-benar memerah. Memendam kesal bercampur malu..
Hari pertama pun berlalu dengan biasa menurutku. Mungkin luar biasa untuk kak Aaron. Bagaimana tidak. Mungkin ia sama sekali tak membayangkan akan ada manusia aneh sepertiku yang berani membuatnya kesal hari itu. Sore berganti malam. Malam ini berbeda dari malam kemarin. Tak ada lagi ranting ranting yang saling bersilturahmi. Yang ada hanya rintikan air hujan yang kian lama semakin deras. Kaca jendela ku pun lembab karenanya. Ku datangi kaca tersebut kuletakkan tanganku ke penyekat bening ituAaron Ashab”  Lagi-lagi nama itu yang selalu aku tuliskan. Memandangi tulisan itu dan akhirnya aku tertidur lelap.
            Hari kedua,
Daun-daun pekarangan sekolah bertaburan bak bunga sakura yang gugur. Namun tetap saja, ini bukan jepang dan daun-daun yang berguguran itu tetaplah masuk dalam kategori sampah. Asik dengan daun-daun berguguran itu tak terasa bel berbunyi.
“Hello. Pagiii. Hari ini gue masuk di jam pertama. Dan gue bakal ngajarin lo semua main gitar. “ Kata kak Aaron siap dengan gitar yang dibawanya. Ia mulai duduk dan mempraktekkan cara memetik gitar dengan benar. Teman-teman sekelasku tampak sangat antusias. Ada yang berpangku tangan memandangi wajahnya. Ada yang sibuk dengan Camera nya. Ada juga yang sampai terpaku membisu. Sejatinya sedari tadi kak Aaron masuk, hanya dia lah yang bermain dengan gitarnya. Sedang berpuluh-puluh mata yang lain menyaksikan dengan seksama penuh kekaguman. Tapi tidak denganku, dan tidak untukku.
            Aku sibuk dengan laptop dan beberapa lembar kertas serta peralatan lainnya. Sesekali menulis. Sesekali mengetik. Dunia ku jauh lebih asyik. Sesekali mencuri pandang ke arah kak Aaron namun sesekali sok tak memperhatikan.
“Eh lo ngapain sih? Yang lain tuh pada ngeliatin gue. Gimana cara main gitar! Kenapa lo sibuk sendiri sih? Dari awal gue dateng kesekolah ini. Cuma lo yang gak suka gue!” Kak Aaron tampak benar-benar marah. Tapi aku hanya diam. Menutup laptop dan membereskan kertas-kertas tadi.
“Gue ngomong sama lo, kenapa lo diem sih! Swear! Gue kesel maksimal sama lo. Pertemuan terakhir lo harus nunjukin ke gue kalau lo bisa main gitar!” Kata kak Aaron mengancam.
Aku gak bisa main gitar bang, percuma mau di paksa juga gak bakal bisa” Jawabku santai.
“Gue gak mau tau. Semua sibuk merhatiin gue sedangkan lo gak! Itu tandanya lo bisa dong. Gue tunggu 5 hari setelah ini. Gak pake alesan!” Kak aaron semakin serius dia benar-benar kesal dengan perlakuanku terhadapnya.
            Hari ke tiga, ke empat, ke lima..
Kak Aaron mendapat jadwal masuk kekelas lain. Sedangkan aku sibuk mati-matian mempelajari kunci-kunci gitar yang.... Ah lebih rumit dari pada matematika, fisika atau bahkan kimia. Searching, browsing, youtube-ing. Semuanya aku lakukan agar aku bisa memetik gitar ini seperti kak Aaron. Hingga larut malam tetap saja aku berusaha sampai akhirnya hari yang memuakkan itu datang. Hari dimana kak Aaron akan menagih permainan gitarku.  Tapi alangkah malangnya waktu itu aku sakit. Dan berhalangan untuk masuk kesekolah. Pak guru yang katanya mengajar bahasa indonesia tadi menelfon yang intinya, kak Aaron tetap ingin menagih permainan itu. Dan aku tekatkan untuk pergi.
            Malam. Iya lagi lagi suasana nya pada malam hari. Di tepi pantai. Kudapati dari kejauhan ada seorang pria tampan yang tinggi. Putih. Dan tepat. Itu kak Aaron, ternyata benar. Dia mempunyai dendam yang tiada tara terhadapku. Aku datangi kak Aaron dengan muka pasrah. Jelas saja waktu kurang dari seminggu harus bisa memetik gitar secara sempurna. Mustahil. Aku gagal. Aku hanya memegang gitar yang diberikan kak Aaron. Memandang kosong ke bawah. Seketika kak Aaron membuka suara.
“Lo gabisa? Makanya! Kalau jadi anak yang sopan. Kalau orang ngajarin lo perhatiin bukan sibuk sendiri. Kalau misalnya tadi lo masuk sekolah. Lo bakal bikin diri lo malu sendiri. Gue gak benci sama lo. Tapi gue kesel sama cara lo yang selalu ngebuat gue seolah sama sekali gak berarti di mata lo. Padahal niat gue baik, gue jauh jauh dari jakarta Cuma mau bagi bagi pelajaran yang gue dapet. Tapi? Lo selalu sibuk sama dunia lo. DUNIA LO” kata kak Aaron dengan penekanan di akhir kalimat. Aku terdiam. Meneteslah air mataku. Tak kusangka kak Aaron benar-benar kesal karena sikapku. Aku memberanikan mengeluarkan suara..
“Kak Aaron, sebelumnya. Nama aku Via. Pertama. Maaf aku selalu sibuk sama dunia aku sendiri. Selalu gak merhatiin kaka, selalu manggil kaka dengan “Bang” Selalu bikin kaka kesel. Selalu ngerasa paling hebat. Kak.. Aku bukan mau bikin kaka kesel, Aku sibuk sama dunia aku. Aku Cuma pingin kaka mikir dan kaka marah sama aku. Dengan begitu, kaka perhatiin aku kan? Aku juga
Selama ini sibuk bukan gada maksut. Bukan gada hal yang aku lakuin. Tunggu kak bentar..”
“Lo mau ngapain, Vi?” Tanya kak Aaron. Sedikit panik karena air mataku semakin menjadi.
Aku merogoh tas yang kubawa dan mengeluarkan bingkai kecil yang bergambarkan wajahnya dan beberapa kata-kata yang sengaja kurangkai dalam kesibukan ku waktu itu .
“ini kak, ini buat kaka. Maaf karena bikin ini aku harus sibuk sendiri gak merhatiin kaka. Tapi sebenernya aku hafal yang kaka lakuin dari awal masuk sampe detik ini” Kak Aaron melihat mukaku yang telah berhenti menangis. Ia lap sisa air mataku. Dia mulai luluh dan mengerti arti kesibukanku. Kak Aaron mulai genggam tanganku dan mengajakku berjalan ditepi pantai. Tibatiba
Langkahnya terhenti.
“Vi, sebenarnya lo kenapa ngelakuin itu buat gue?”  Tanya nya serius. Alis matanya berkerut sebelah. Demi Tuhan. Itu hal paling berhasil membuat ku meleleh. Seperti Es yang terkena cahaya matahari. Ah berlebihan tapi itu nyata.
“Hm. Sebenarnya dibalik kesibukan aku. Aku masih sempet sesekali merhatiin kaka dengan caraku. Aku cuman pingin kaka perhatiin aku. Aku suka sama kaka. Aku kagum mungkin lebih dari kagum. Tapi aku tau, kaka gak mungkin suka juga sama aku. Dapetin kaka juga jadi hal mustahil di kamusku. Yaudahlah kak, lupain aja. Toh Besok kaka juga udah pergi ke jakarta lagi.” Jelasku panjang tanpa tangis.
Awalnya gue kesel sama lo,lo seolah ga peduli. Tapi hari kedua dan selanjutnya gue mulai respon sama lo. Lo beda dari yang lain. Itu alesan kenapa gue pingin lo main gitar di depan gue. Supaya gue bisa sama sama lo malem ini. Vi, gue jugaaa............” Kak Aaron balas menjawab dengan nada yang super romantis. Dia menggenggam tanganku. Dan menatap mataku dalam.
“Juga apa kak?” Jawabku datar.
“Gue jugaaa...........” Belum lagi kak Aaron menyambung perkataannya yang sempat terputus tadi.
Tiba tiba ada yang mendorongku dari belakang dan Byuuuuur!
“ VIAAAAA!!! BANGUUUUUUUUUUUUUN” kata bunda membangunkanku sambil menyipratkan air kemuka ku. Bagian wajahlah yang basah. Bukan jatuh ke laut. Tapi bunda. Iya bunda menyiramkan air kemukaku. “Kak aaroooon... Ternyata.... Aku Cuma mimpi” Dan akhirnya aku terbangun sembari tertawa kecil karena indahnya mimpiku tadi. Walau Cuma mimpi. Kak Aaron selalu dihati <3



No comments:

Post a Comment