Terkadang yang hanya
sebatas jalan menyisakan kenangan yang tidak
sekedar hanya. Jalan itu memang biasa saja tak terlalu istimewa.
Garis-garis berwarna hitam-putih sebagai pembatas tepi jalan nya pun terlihat
sama disepanjang jalan. Pepohonan bersaut-sautan disebelahnya bahkan bersapaan
dengan pepohonan disebrangnya. Beberapa ruko yang memang tampak rapi tersusun
menambah kan suasana biasa seperti
jalan yang lain. Ya memang jalan itu adalah jalan umum.
Jalan itu akan tampak sangat biasa ketika hari panas. Karena otakku enggan berfikir apa pun mengenai jalan biasa itu. Tapi lain ceritanya jika jalan itu basah & pepohonan yang bersautan tadi meneteskan air setetes demi setetes. Otakku, hatiku, jiwaku terbang ke hari itu. Mungkin jika ragaku dapat meminta, ia akan meminta pula untuk terbang bersama-sama yang lain.. Termasuk bersama kamu. Mungkin jalan itu hanya akan menjadi sebatas jalan. Jika aku, kamu tak pernah bertemu apalagi melalui jalan itu. Atau kita memang boleh jadi bertemu tapi..hari itu bukan hari terakhir aku dan kamu melalui jalan itu dan semuanya.......hilang.
Hujan yang turun tak terlalu deras. Mungkin hanya beberapa
tetes. Namun hujan itu semakin deras ketika jalan itu telah aku lalui dan aku
sampai dirumah. Hujan tadi adalah air mataku. Air mata yang dulu adalah berarti
untukmu. Dan air mata yang sekarang kamu abaikan semampumu. Mungkin salahku
telah terlebih dahulu mengabaikan kepedulianmu. Mungkin memang kebodohanku yang
telah terlebih dulu membiarkanmu membenciku karena sikap ke kanak-kanakanku.
Mungkin aku yang terlampau sibuk untuk mencari orang lain. Sedang sebenarnya
aku mempunyai kamu dulu. Selalu ada disaat sedihku, selalu ada di dalam tawaku,
selalu menjadi alasan kenapa aku berhenti menangis;walau itu dulu...
Semakin
kesini aku semakin merelakan mu. Semakin berusaha untuk membuat jalan itu
sebagai jalan yang benar-benar biasa. Jalan tanpa ada kamu di dalamnya. Jalan
tanpa ada bayang-bayangmu yang bercanda denganku. Jalan tanpa ada tawa kita.
Jalan tanpa ada tangis kecilku karena takut kehilanganmu;walau kini aku telah
kehilanganmu...
Aku mencoba melupakanmu lebih dalam. Lebih keras dari ini.
Aku ingin pergi melupakan kenangan. Melupakan sang jalan yang menyisakan luka.
Pergi untuk hal yang lebih pasti. Untuk tidak terus berdiri dengan sejuta harap
yang ternyata kosong dan tak menentu. Ternyata bertahan di tengah-tengah
ketidak pastian adalah hal yang paling menyakitkan. Dan terlebih ini karena
soal pertemanan.. Memang, pertemanan sangat berarti untukku. Lebih dari apapun
selain keluargaku. Tapi jika aku tahu sakit yang ku dapati karena pertemanan
akan separah ini. Mungkin waktu itu aku enggan untuk berubah menjadi seorang
yang perasa seperti sekarang.
Mungkin seorang temanKu itu paham betul bagaimana aku. Tapi
tetap saja, dia yang telah menjadi teman ku sempat menjadi orang yang selalu
ada dalam hariku. Yang telah membuat hidupku banyak berubah. Yang telah
melebarkan pandanganku atas arti kasih sayang dan dia yang telah membantu ku
waktu itu tuk bangkit. Yang telah menjadi teman seperjuanganku walau hanya
terhitung 3-4 bulan saja. Namun itu lebih dari berarti.
Jalan yang kukatakan biasa tadi adalah jalan
yang aku dan dia lewati ketika kami pergi. Namun setelah hari itu. Dia memang
benar-benar pergi. Bukan pergi mengajakku jalan-jalan atau mencari buku,
perlengkapan untuk pameran atau apapun. Dia pergi dalam artian lain. Dia enyah
dari kehidupanku yang semula penuh tawa bersama dia. Sekarang kosong tanpa ada
dia yang selalu menganggapku manja dan kekanak kanakkan. Sekarang tak ada lagi
yang mendengar isak tangisku di malam hari melalu telefon di seberang jalan
sana. Sekarang hanya ada aku, jarak dan dia. Yang ku yakin jarak di antara kami
adalah jarak permanen yang sampai kapan pun tak akan bisa di hapuskan..
Sesekali
jarak itu akan hilang, namun setelah itu jarak akan semakin jauh. Sejauh dia
melupakanku dan jarak itu akan susah untuk di persingkat sesusah aku yang ingin
pergi dari bayang-bayangnya. Kini. Jalan ini. Jalan sepanjang... entahlah yang
pasti tak sepanjang hayalku untuk penghayalan bahwa semua akan baik-baik saja.
Mungkin temanku disana telah melupakan ku jauh lebih dalam. Dan telah bahagia
jauh lebih bahagia.Biarlah aku, tangisku, dan air mataku di jalan ini yang
menjadi saksi. Dulu aku sempat menangis di jalan ini karena takut kehilangannya
dan berujung dengan benar-benar kehilangan..
Iya ini hanya sebatas jalan yang
menyisakan..........Luka........
30SSJ.
No comments:
Post a Comment