Ini adalah tulisan di mana aku yang buta dan tuli telah mampu
melihat dengan sempurna dan mendengar dengan jelas. Kepada kamu yang telah lama
ada namun keberadaannya baru aku anggap ada. Kepada kamu yang pengharapannya
menjadi semu karena perlakuanku. Kepada orang yang sebenarnya selalu ada namun
lagi-lagi keberadaanmu ku anggap semua, padahal kamu nyata.
Kamu. Membuat mataku yang ‘buta’ menjadi
kembali melihat.
Dari sosok kamu yang
selama ini menjadi subjek yang ‘diam’ yang dimana sampai kediaman mu berubah
jadi suara kemarin. Aku benar-benar mampu melihat. Bukan dari satu sisi. Tapi
berbagai sisi. Bukan dari ‘kepercayaan diriku’ dan pengharapan. Tapi dari
kenyataan yang terjadi bahkan di luar dugaan. Mataku yang semula buta. Yang
terus saja mengharapkan pertemanan
yang retak kembali utuh. Hanya fokus pada satu tempat. Yaitu satu. “Aku hanya ingin dia kembali” . Tapi
pengharapanku berujung pada pengabaian. Lebih dari kata mengabaikan. Ini lebih
sakit. Setiap malam dimana aku merasakan rindu akan pertemanan itu ada, aku
menangis dengan alasan yang tak jelas. Lagi lagi dia tak tahu. Aku bertanya pada
boneka-boneka yang sedari tahun lalu menginap dirumahku “Kenapa semua berujung pada air mata dan pengabaian?” Dari tahun
lalu. Hingga kemarin –Sebelum kediamanmu kamu suarakan- semua memang belum
terjawab. Namun sekarang, aku mendapatkan jawabannya. Yaitu Aku
akan merasakan apa yang orang lain rasakan karena dan disebabkan olehku.
Aku akan merasakan apa yang orang
lain rasakan karena dan disebabkan olehku.
Allah memang selalu adil. Mungkin sisi Adil Nya sangat sulit
kita telaah. Terkadang Allah memberikan semuanya di luar dugaan. Adil tak harus
sama. Adil itu mendapatkan segala sesuatu sesuai porsinya. Mungkin. Aku dengan
pertemanan lamaku adalah porsinya. Ya kurang dari satu tahun kebahagiaan itu
hilang. Dan baru kusadari. Bukan hilang. Tapi Allah menggantikan dengan
orang-orang yang akan muncul. Seperti kamu, ayu, suci, febri dan entahlah...
Aku mengabaikanmu. Tak menganggap mu seperti aku menganggap dia. Pantas saja.
Sekarang aku juga di abaikan. Sama seperti ku mengabaikanmu. Mengabaikan orang
yang 2 tahun belakangan telah menutup rapat semuanya sendiri. Tanpa seorang pun
yang tahu. Terimakasih telah membuat mataku yang buta tadi telah melihat secara
sempurna. Dan telinga ku yang tuli telah mendengar secara jelas. Ternyata masih banyak orang yang mengharapkanku
menjadi temannya, sepertimu,wi. Ternyata aku juga di harapkan di sebagian orang
sama seperti ku mengharapkan dia, wi.
Kamu adalah salah satu orang yang membuatku mengerti bahwa
pertemanan bukan hanya dengan satu orang, bukan hanya dengan satu subjek. Tapi
berbagai pihak. Lagi pula, sesama muslim bersaudara. Iya kan ? J
Aku bertekad untuk tidak memilih-milih dalam kebaikan. Untuk tidak mengabaikan
beberapa pihak walau mereka bukan teman dekatku. Untuk tidak menutup diri
dengan pertemanan baru. Untuk tidak buta lagi dengan kode-kode orang orang di
sekitarku. Dan untuk tidak membuat orang lain merasakan apa yang aku rasakan
tentang pengabaian itu. Ya.. Lebih
baik terlambat dari pada tidak sama sekali.
Mulai dari
Ayu. Febri. Kamu dan entah mungkin akan ada orang yang berdatangan lagi. Kalian
jadi alasan kenapa aku ingin
berpindah dari pertemanan lamaku yang telah tiada pada perubahan pertemanan
baruku.. Semoga Allah menyatukan kita. Dalam cinta yang siapapun tak mampu
meruntuhkannya. Dalam kasih dan sayang yang siapa pun itu tak mampu merusaknya seperti
pertemanan masa laluku. Dalam ketulusan yang tetap utuh. Semoga Dia melindungi
kita di mana pun dan sampai kapanpun..
Kepada kamu yang telah lama ada namun baru
ku anggap ada.
Semoga tak timbul dendam
atau kebencian karena tingkahku dulu. Maaf atas –mungkin- pengabaianku. Aku tak
mau siapa pun termasuk kamu merasakan apa yang aku rasakan. Well.. Walau
sebenarnya telah kamu rasakan lebih lama dariku.. Semoga kata terlambat itu
tidak ada. Walaupun ada.. Lebik baik terlambat kan hehe :p
Makasih ya {} Teman
lamaku :*
#DewiTiwi {}
No comments:
Post a Comment