♫♬

Sunday, December 8, 2013

Kurangkai Puisi Ini Untuk Ibu

Wanita terhebat itu kamu. Wanita yang kuat itu juga kamu. Wanita yang tangguh itu pasti kamu, Ibu.
Kini kasih sayangmu teramat sangat kurasakan. Kini semuanya terlalu jelas nyata di hadapanku..
Sedari dulu engkau berbicara, aku selalu membangkang..
hingga akhirnya….
Kini, aku melihatmu di terbaring lemah tak beradaya.
Tatapan matamu yang kosong dan kudapati sisa-sisa kekecewaan terhadapku.
Ku jelajahi tubuh mu dari ujung kaki dan semua nya menyiksaku.
Jiwaku terhempas jauh melihat kesakitanmu kini.
Inikah wanita yang dulu sering memarahiku dengan kasih sayang?
Inikah wanita yang perkataannya sering aku abaikan ?
Inikah dia wanita yang selalu ku buat sakit hatinya?
Ini kah dia ibuku ??
Iya, berkali-kali aku melihatmu. Dan kau tetap sama. Terbaring lemah tanpa bisa menasehatiku lagi.
Selang-selang itu membantu pernapasanmu.
Anak mana yang bisa melihat ibunya kesulitan bernafas?
seorang aku yang sedari dulu membangkang melebur..melebur dengan kesakitan yang ia rasakan.
Ibuku terbaring… Aku menahan semuanya, menutupi sejuta penyesalan namun aku tetaplah orang yang perasa, Air mataku jatuh di hadapannya.. Dihadapan ibu yang seharusnya aku beri semangat.
Tapi bagaimana bisa aku menahan air mataku ?
Bagaimana aku menyekatnya agar tak membasahi pipiku?
Tuhan…
Aku terlalu sayang dengan ibu. Ibuku yang selama ini perkataannya tak ku dengar.
Ibu yang dulu aku anggap tak adil dengan kasih sayang.
Ibu yang dulu aku vonis pilih kasih.
Dan ibu yang dulu selalu aku caci kecil di belakangnya…
Kini ia terbaring lemah, aku kehilangan ia..
ocehan kecilnya yang ternyata membuatku rindu.
Aku rindu ia yang sering berkata “ Makan nanti sakit” Atau “Jangan menunda-nunda waktu shalat”
Semuanya berbanding terbalik sekarang.
Siapa yang mengatur waktu makanku?
siapa yang mempedulikanku ? Mungkin diriku sendiri. Tanpa ada celotehmu lagi..


Terkadang aku berfikir…
Mengapa Sering kali dia menasehatiku,?
Mengapa sering kali dia mengaturku.?
Hal ini, Hal itu selalu salah di matanya.
Entah apa maksutnya, apa dia tak bisa melihatku bahagia tanpa ocehannya??
Namun fikiran itu musnah, hilang dan tanpa bekas.
Kini ku sadar....
Dia menginginkan yang terbaik.
Dia mengasihiku tanpa kenal waktu.
entah berapa banyak air mata yang keluar dari pipinya karenaku,
Entah seberapa sering perkataannya tak kudengar.
Entah sudah seberapa hancur hatinya karena tingkahku.
tapi yang ku dapati selalu senyuman, dan
selalu terselip namaku dalam do’anya.
Mili detik kehidupannya pun serasa ingin melihatku bahagia, tanpa memikirkan kebahagiaannya.
Dia yang mengajariku kesabaran, keikhlasan.
Dia yang memberiku arti Kasih sayang.
dan dia membuatku mengerti segalanya.
Cintanya begitu besar,
Luas samudra, tingginya Gunung, dalamnya lautan.
 bagiku tak dapat melukiskan betapa besar cintanya untukku.
Tak dapat ku balas semuanya, tak dapat ku carikan pengganti ia di hatiku.
dia begitu berjasa, dia begitu ku sayangi, dia begitu dan sangat berarti.
iya….
DIA adalah IBU  :”)

Kurangkai kata demi kata menjadi puisi yang berantakan ini. Namun dengan sakitmu memang adalah luka bagiku, bu. Tetes air mata itu pun adalah hal menakutkan bagiku. Teringat rumah sakit itu. Dan ruangan UGD itu. Entahlah. Ku harap ibu tak lagi bermain-main di dalamnya. Cukuplah waktu itu aku kehilangan semuanya dalam waktu satu minggu. Cukuplah waktu itu saja aku merasakan kesulitan sendiri. Tanpa ada kamu, bu..
            Bahagiamu adalah bahagiaku;ternyata. Bosan memang jika hari hariku selalu ada celotehmu tentang ini itu. Namun disisi lain lebih menyakitkan ketika celotehmu tentang ini dan itu hilang.. Sudahlah.. Aku tahu. Kau selalu inginkan yang terbaik untukku..
Ibu.. Aku menyayangimu karena Allah {}:*


No comments:

Post a Comment