Aku mulai terbiasa tanpa kata.
Aku mulai bisa menerjemahkan bahasa-bahasa yang tak terucap. Entah benar. Entah
salah. Aku sudah cukup mengerti bahwa terkadang diam itu lebih baik dari pada
berbicara. Dan terkadang mungkin lebih baik menyimpan dari pada memberi.
Selama ini, aku sudah berusaha
menyumbangkan pita suaraku agar kau mau bersuara lagi ketika bertemu denganku.
Dengan sisa-sisa bahasa yang pernah kau ajarkan padaku, kini aku belajar
mengajarimu untuk menggunakan pita suaramu kembali. Pada nyatanya, usahaku
belum berhasil. Kau masih dengan kebungkamanmu...
Kebisuanmu adalah tanda tanya.
Tanda tanya besar yang dengan
sisa bahasa itu pun aku belum mampu menerawang arti kebisuanmu. Sulit
terpecahkan. Kadang menerawang jauh bahwa kebisuanmu adalah caramu pergi dan
berusaha tak pedulikanku. Jika kau menganggapku biasa saja, kenapa pula kau
harus berlaku seperti kau sangat sulit untuk menjauhiku? Hingga berbagai cara
kau lakukan....termasuk dengan berpura-pura bisu. Tapi, bisa jadi kau memang
benar-benar malas berbicara denganku karena berbicara denganku adalah hal
paling memuakkan sepanjang sejarahmu. Namun, bisa jadi kau takut jika kau
berbicara denganku masa lalu itu akan menjadwal hadir dikepalamu dan
berputar-putar lagi.
Entahlah...
Bisumu masih menjadi tanda
tanya.....
No comments:
Post a Comment