Kenapa merelakan itu berat?
Kenapa persahabatan itu juga rumit? Kenapa jarak itu harus ada? Dan kenapa
perpisahan itu selalu hadir?
Aku belum sepenuhnya mengerti
arti kehidupan yang sesungguhnya. Aku baru saja belajar merelakan orang di
masalaluku untuk pergi sejauh mungkin dan melupakan aku dihidupnya. Aku
berusaha rela di lupakan bahkan di abaikan berkali-kali. Aku belajar untuk
tidak menyalahkan siapapun atas kejadian ini, walau pada akhirnya aku
menyalahkan keadaan yang entah kenapa tidak pernah berpihak padaku dalam
masalah ini.
Aku dan Pelangi.
Dunia, dulu
aku pernah di tinggal teman yang paling dekat denganku. Di hari-hariku dahulu
selalu ada dia yang mengisi. Sebut saja namanya Pelangi. Pelangi selalu hadir di hariku, dia selalu menyumbangkan
cerita indah dalam hidupku. Pelangi tidak satu sekolah denganku, tapi dia
selalu menyempatkan untuk bertemu dan berbicara denganku walau hanya 3600
detik. Sungguh, dia membuatku sangat berarti waktu itu. Aku berfikir dia akan
selalu ada untukku. Dan tidak akan berniat pergi menjauh.. Tapi berjalannya
waktu, berjalan pula ceritaku. Dan berubahlah dia. Akhirnya karena kesalahan
yang menurutku sangat sepele menjadi awal mula aku ditinggalkan oleh Pelangi.
Setahun
lamanya aku hidup tanpa Pelangi. Rinduku yang membuncah, rinduku yang ingin
memeluknya, bersenda gurau, bercerita dan saling bertegur sapa akhirnya
terpaksa aku tutup rapat. Serapat mungkin hingga ia tidak tahu sama sekali
rasanya menahan rindu. Ya mungkin, pada akhirnya dia tahu. Tapi sayang, Pelangi
tidak peduli dengan rinduku. Apalagi dengan keadaanku. Selama ini semenjak aku
menyuruhnya pergi, dia bahkan benar-benar pergi. Padahal, maksudku waktu itu
adalah untuk dia tetap disini tanpa pergi-pergi lagi. Pelangi tidak salah.
Akulah yang salah. Salah karena terlalu berharap besar untuk bersahabat dengan
Pelangi. Mungkin aku bukan sosok sahabat yang ia cari. Mungkin, aku terlalu
egois untuk seorang Pelangi.
Tahun
berikutnya aku belajar untuk bangkit dengan kaki dan semangatku sendiri. Tapi
bagaimana pun. Aku masih berharap besar Pelangi ada untukku. Melihat usahaku
meraih mimpi sedikit demi sedikit terpecahkan. Aku ingin sekali memberi tahu
Pelangi tentang Buku-buku ku yang akan terbit. Atau ide Novel yang akan aku
rilis. Walau tidak best seller, aku sekarang sudah aktif menulis. Tapi
ternyata....Pelangi tidak membuka hatinya untuk mendengarkan aku bercerita. Aku
memang merasa diabaikan selama kurang lebih dua tahun, tapi entahlah kenapa
sampai sekarang Pelangi tidak berniat untuk mengunjungiku lagi.
Aku dan Bunga.
Setelah tahun
kedua aku bertahan untuk Pelangi. Yah, walaupun sampai sekarang aku masih
bertahan untuknya. Di tengah kesakitanku, kepedihanku, kemurunganku, dan
ke----sekian sekiannya. Bunga hadir dihidupku. Bunga temanku dimasa lalu, tapi
Bunga kini datang dengan menganggapku sahabatnya. Bunga orang yang baik, dia
berkerudung labuh sama sepertiku. Dia juga orang yang perhatian, bisa mengerti
apa yang aku katakan walau tidak seutuhnya. Bunga datang dengan kesederhanaan
hidupnya.
Bunga tahu
tentang Pelangi. Aku yang menceritakan semuanya. Dari awal sampai akhir. Dan
sampai saat ini, aku masih bercerita tentang Pelangi. Baik itu ketika aku
rindu, atau ketika aku merasa benar-benar di tinggal oleh Pelangi. Bunga tidak
pernah marah, dia selalu sabar membuatku mengerti arti kehidupan. Dia membuatku
bangkit, dia mengajariku lagi untuk terus hidup tanpa bayang-bayang Pelangi.
Bunga tidak pernah menyalahkan Pelangi, dia hanya tidak suka dengan cara
Pelangi yang memperlakukanku seperti itu. Bunga hanya menyuruhku untuk berhenti
bersedih karena Pelangi nyatanya tidak kembali untukku.
Pelangi bukan
Bunga. Dan Bunga bukan Pelangi. Tapi aku sama-sama menyayangi mereka. Aku
sama-sama ingin memeluk mereka disaat yang bersamaan. Tapi tidak, ini bahkan
menjadi mimpi yang sangat besar untukku.
Sampai
akhirnya pula....
Kejadian yang
itu. Pelangi meninggalkanku. Tapi bedanya, Pelangi meninggalkanku karena tidak
berniat bertemu denganku. Sedangkan Bunga pergi karena meraih mimpinya. Ia
pergi ke luar kota untuk melanjutkan kuliah. Memang beda kejadian,
tapi....sama-sama menyesakkan.
Aku akhirnya
ditinggal untuk yang kedua kalinya. Oleh orang yang sama-sama aku sayangi. Entah
ini adalah awal dari sebuah perpisahan seperti aku dan Pelangi atau tidak. Aku
hanya berharap. Suatu saat nanti....aku dan Pelangi. Aku dan Bunga. Bisa
baik-baik tanpa sebuah perpisahan lagi..
Pelangi, aku
masih merindukanmu...
Bunga, aku
pasti akan merindukanmu....
No comments:
Post a Comment