♫♬

Tuesday, June 10, 2014

Dalam Sunyi Ada Rindu

Dalam sunyi bayangmu hadir. Sangat terasa nyata tapi tetaplah semu. Dalam diam kau hadirkan sejuta kisah yang sama dengan cara yang berbeda. Sampai aku tak mampu untuk mengelak dan terpaksa menikmati skenariomu;dalam sebuah ilusi.
Apakah tidak bisa bayangmu berhenti mengusik jiwaku dikala sunyi? Tak bisakah dalam sepi kau tidak menyelonong hadir kembali? Semua hanya sandiwara. Semua hanya bayangan. Bahkan kau yang nyata, tetaplah terasa semu untukku. Kau mulai menikmati duniamu tanpaku. Kau sudah terlebih dahulu maju dariku;untuk pergi. Aku..selalu tertinggal olehmu.
Aku, lelah menulis namun di anggap angin lalu.
Celakanya, tulisanku belum bisa berhenti begitu saja. Banyak cerita yang mestinya kau jugalah yang berada disampingku. Semenjak kau pergi dan entah –berniat- kembali atau tidak. Aku memendam banyak cerita, dan kesedihanku beranak pinak begitu saja. Celakanya lagi, kau tidak peduli. Bahkan tidak tahu menahu.
Rasa bertahan itu ternyata sakit ya.
Macam kau sudah berusaha mengerjakan soal matematika yang sangat sulit. Berjam-jam lamanya kau memecahkan soal itu. Belum berhasil pula. Tapi ketika kau berhasil memecahkan soal itu. Ternyata guru yang memberikanmu soal sudah terlebih dahulu pulang karena lelah menunggumu. Menyesakkan! Macam tak di hargai, padahal dia tidak tahu kita mati-matian mencari jawabannya.
Sama, seperti bertahan. Menunggu, memendam tapi akhirnya di tinggal. Mana tahu kau soal kesedihanku, mana peduli pula kau tentang hatiku yang patah.
Simple. Karena pertemanan. Betapa bodohnya orang yang menulis ini, sebab terhitung tujuh ratus tiga puluh hari dia tetap setia menulis dengan subjek yang sama dengan luka yang semakin berembang. Menyesakkan.
Jika sebagian orang menganggap teman biasa saja. Kau tahu aku tidak.
Bagiku, tidak ada yang perlu dicari kecuali sahabat dan teman terdekat. Itu sebabnya, aku lebih memilih bertahan untuk pertemanan dari pada harus lebih bodoh lagi mempertahankan seorang lelaki. Tidak, bukan karena aku tidak menyukai seseorang. Tapi Demi Allah, jodohku sudah tertulis sebelum aku lahir sekalipun. Tanpa dicari, tanpa aku mencoba-coba. Kami akan bertemu, sekarang atau di akhirat nanti..
Tapi kau tahu,sayang?
Seorang sahabat, teman terdekat tidak akan aku temui di akhirat –seperti kata lisa- jika di dunia ini aku tidak mencarinya.
Sayang;temanku.
Aku tidak tahu, perasaanku yang ingin menjadikanmu teman seperjuanganku adalah benar atau tidak. Tapi ketika aku berlari jauh darimu, ujungnya aku selalu kembali. Apa yang terjadi antara aku,kau dan kenyataan?
Sayang;temanku.

Jika jujur aku akan mengatakan aku lelah untuk bertahan. Mukaku sudah setebal apa untuk terus menghubungimu? Sangat tebal. Mana peduli aku tentang pengabaian. Toh, sudah sering aku melahapnya dengan paksa. Sebanyak apa air mataku? Sebanyak apa namamu kusebut? Do’a itu sungguh masih menggantung di langit sana. Akan terkabul, aku yakin. Entah lima tahun lagi, sepuluh tahun lagi atau ketika aku sudah terbang ke alam yang berbeda lagi...

No comments:

Post a Comment