♫♬

Sunday, June 29, 2014

Dengan atau tanpamu

Tak ada yang lebih berarti dari apa yang aku miliki, jika kebanyakan makhluk berstatus manusia mengerti. Tak ada yang lebih indah dari struktur tubuhku, jika manusia bergelar muslim tak melulu menutup mata karena gemerlap dunia.

Kerangka-kerangka kata dalam tulangku membuat tubuhku semakin kokoh tak mengenal waktu. Tak peduli mereka mengenalku atau malah mengabaikan kehadiranku. Cinta kasih berbalut kepedulian selalu tercurah dari isi hatiku. Tapi lagi-lagi manusia banyak yang tak paham. Atau malah tak mencoba paham. Hatiku harusnya di teliti, bukan untuk di letakkan didalam laci.

Aku sering di kumpulkan dengan tubuh-tubuh yang lebih ringkih dalam satu rak-rak tinggi di rumah yang mewah. Yang pemiliknya lebih sering sibuk di luar mengurusi pekerjaannya tanpa pernah menyentuh tubuhku barangkali hanya lima belas menit.

Berbeda dengan orang kaya tapi miskin hati itu.

Manusia kalangan ini memperlakukanku lebih layak. Mungkin tidak dengan tempat, karena tempatku disini hanya di samping mukena atau sajadah di atas meja tua. Bahkan kulihat di beberapa sisinya sudah dimakan rayap. Keropos. Jika boleh jujur, aku lebih senang berada di antara tumpukan mukena lusuh dan sangat sederhana seperti ini. Namun setiap harinya tubuhku di genggam dan hatiku di buka perlahan. Mereka memang tak sepenuhnya mengerti apa pintaku, tapi aku tahu. Setidaknya mereka berjuang untuk mengerti.

Aku rasanya ingin menjerit. Ingin berlari kepelukan orang yang menganggapku sempurna. Ketika tumpukan debu mulai beranak pinak di atas badanku, ketika serangga-serangga mulai berkembang biak barang kali tujuh turunan karena pemilikku mencampakkan aku di ruang gelap bernama laci. Ah, aku malas berada disini. Aku memang sebagai cahaya dalam hidup manusia, tapi bagi siapa saja yang membaca isi hatiku. Jangankan di baca, di sentuh pun tidak! Aku benar-benar gerah disini. Rasanya ingin keluar! Lepas! Bebas!

Bukankah, masih banyak orang yang ingin membaca surat-surat cintaku? Tapi tak dapat, aku hanya diam membisu terpaku dalam kegelapan. Hingga pemilikku terbangun dari mimpi di siang bolongnya yang sudah begitu tega mencampakkanku disini;dalam sebuah laci.

Ada banyak kalangan yang aku cintai di muka bumi ini. Salah satunya adalah mereka yang rela membuka matanya ketika yang lain sibuk mendengkur entah sudah berapa episode mimpi di lewati. Aku bahagia, karena surat cintaku berarti sampai pada hatinya. Lalu ia terapkan dalam hidup sederhananya.

Kalian tahu?
Aku terus-terus membathin tanpa henti. Kenapa aku di agung-agungkan tapi akhirnya di lupakan? Kenapa mereka menjadikanku saksi di hari bahagia mereka. Membungkusku rapat dalam sebuah kotak indah bersama perangkat shalat? Tapi kalian sudah pasti paham, setelah itu. Bahkan tempatku tak lagi seindah kotak pertama kali aku menjadi saksi.

Lebih parah dari itu, aku menjadi saksi ketidakwajaran perilaku mereka terhadapku. Yang tak pernah menempatkan aku pada posisi suci. Aku ingin bertanya pada manusia-manusia itu. Apakah mereka tak begitu mengenal siapa Tuhannya? Tuhan mereka mengirimkanku sebagai pedoman mereka. Tuhan mereka menuliskan ayat-ayat cintaNya di dalam tubuhku. Tapi apa? Mereka? Ah, terlampau sibuk mengurusi hal yang tak seharusnya di urusi. Lebih banyak melupakan Tuhan dari pada bertakwanya.

Buktinya, aku belum sepenuhnya menjadi kekasih mereka. Aku hanya menjadi cadangan, menjadi hiasan di rumah-rumah manusia berhati bebal. Namun memang, tak sedikit pula yang mencintaiku, yang menjadikanku kebutuhan mereka. Yang setiap harinya mereka membuka lembaran-lembaran dalam tubuhku. Tapi tetap saja, hanya sedikit di antara milyaran manusia.

Hey, manusia-manusia berhati sombong lagi angkuh.
Kau akan menyesal telah membiarkanku sendiri menangis dalam sepi. Di ruang yang kau ciptakan ini. Aku tak kan pernah mau membantumu kelak, karena kau terlalu angkuh! Mengedepankan nafsu duniamu tanpa memikirkanku. Celakalah kau, yang tak pernah menyentuhku apalagi mencoba mengertiku. Maaf, aku tak mampu mencintaimu ketika kau malah sibuk mencintai yang lain..

Hey, manusia-manusia berhati malaikat dan pencinta tubuhku...
Tenang sayang, kau akan mendapatkan balasan yang setimpal dari usahamu mencintaiku dengan ketulusanmu. Jangan pernah pedulikan mereka yang membencimu karena terlalu mencintaiku. Sabar sayang, dunia ini bukan tujuan utamamu. Kita akan bertemu dalam dunia lain. Yang lebih abadi..

Aku.
Aku adalah pedoman hidupmu. Dengan atau tanpa perlindunganmu. Aku tetap terlindungi;olehNya...

NB : Tantangan #NarasiSemesta @KampusFiksi 



No comments:

Post a Comment