Hay. Sudah
lama kita tak bertemu. Ah terlalu muluk kalau pembahasan kali ini tentang
pertemuan. Mungkin yang benar, sudah lama kita tak bercengkrama. Aku tak
memimpikan sebuah pertemuan lagi malah, sudah terlalu lama bermimpi pada
akhirnya juga terpaksa patah dan hilang. Menyenangkan? Tentu tidak.
Bagaimana?
Bagaimana
hidupmu selama ini? Kau pasti tak tahu kan? Ternyata, mengusir rindu itu pergi
jauh-jauh dan membiarkannnya terbang begitu saja tak terlalu mudah. Sulit. Oke,
sangat sulit. Bagaimana? Kau juga mungkin tak tahu bagaimana merelakan itu kan?
Perlu ku jelaskan? Tapi, apa beribu penjelasan dari tulisanku adalah sesuatu
yang ingin kau ketahui? Hey! Kenapa kau tak pernah menjawab barang kali satu
pertanyaan saja? Aku mohon---
Benar
ternyata, mengutarakan satu penjelasan pada seseorang yang tak butuh –dan tak
mau—penjelasan sama saja omong kosong. Tapi bagaimanalah? Aku tak bisa
mengontrol hatiku dan jemariku untuk berhenti merangkai aksara jika rindu itu
muncul dan meluap macam air bah! Rindu itu dengan brutal mengguyur kepala
jahatku yang ingin membencimu. Yang ingin berhenti berbaik hati barangkali
hanya berpura-pura saja. Ah, tapi sialnya kau tak tahu itu,sayang---
Bagaimanalah?
Rasanya ingin
mencengkram tanganmu, membiarkanmu duduk dihadapanku. Dan aku siap-siap
memuntahkan semua perkataan yang terpendam ini. Lagi-lagi, bagaimanalah? Itu
kemungkinannya kecil –bahkan hampir tak mungkin. Kau? Sudah terlampau jauh
pergi. Tragisnya, separuh cerita hidupku kau bawa.
Lucu.
Bagaimana tidak, banyak kehidupan lain di
luar sana yang jauh lebih menyenangkan. Lucunya, aku hanya berdiam diri
disini seolah tak ada satupun kehidupan lain yang lebih bahagia. Sebenarnya
bukan begitu, tapi aku kembali berifkir. Jika aku terlalu jauh keluar dari
situasi ini, apakah situasi selanjutnya akan lebih sempurna? belum tentu. Lebih
pahit? Sudah pasti!
Ah, kau mana
peduli,sayang---
No comments:
Post a Comment