Ini sudah dua kali idul fitri.
Dan kata maaf itu belum terucap. Ini tentang sebuah kata maaf yang tak pernah
bisa leluasa berhamburan keluar. Ini tentang sebuah ungkapan dari hati yang
mulutnya tak mampu mengeluarkan kata cinta bermakna maaf.
Kedewasaan membuatku harus
belajar ekstra keras dalam bersabar. Mungkin, dewasa dalam versiku ini masih
terkesan memaksa. Tapi apapun itu, aku belajar untuk tidak menyalahkan. Dan memaafkan
sebelum maaf itu terlontar dari orang yang dengan sengaja, terlanjur, atau
tidak sadar menyakitiku.
Mungkin benar, maaf itu tak
melulu harus terucap. Mungkin tidak salah, ketika maaf itu hanya menyangkut
dikerongkongan. Yah, maaf itu mungkin ketika satu pihak telah berusaha
melupakan kesalahan pihak tertentu. Walau hanya “berusaha”. Karenanya
sejatinya, memaafkan justru berpeluang besar belum melupakan.
Maaf ini kini terkunci, aku tak
sengaja menguncinya.
Itu semua sebab maaf yang
terlontar sering terabaikan, dan kata maaf ini sering tak dihargai. Padahal niatku
baik, padahal aku ingin memperbaiki kesalahan, tapi entah kenapa. Ada beberapa
kalangan yang bahkan enggan memaafkan dengan leluasa.
Aku baru mengerti, bahwa hidup
itu tak selamanya sama dengan harapan. Begitu pula maaf. Tak selamanya maaf
mendapatkan “hak”nya untuk dimaafkan. Entahlah. Semoga Allah memaafkan
kesalahanku, juga kesalahanmu.
Taqabballahu Minna wa minkum ♡
No comments:
Post a Comment