Bacalah
tulisan ini. Dari awal hingga akhir. Jangan bosan dahulu, ku mohon bacalah.
Perlembutlah hatimu dahulu. Semoga Allah membantumu,Sayang. Ingat, kau boleh
menutup terlingamu dengan apa yang aku katakan. Tapi aku mohon, bacalah apa
yang aku tulis...
Aku baru sadar, ada yang lebih
penting dari sekadar mengharapkanmu kembali di sini. Untuk mengukir cerita
berbalut cinta kasih dalam ikatan pertemanan seperti dulu. Aku tak lagi menginginkannya,Sayang.
Tidak untuk kembali, tidak untuk membiarkanmu pergi.
Tingkat kerinduanku kini
meningkat pesat,Sayang. Ada rindu dalam diamku, ada harapan dalam bisuku. Tenang.
Sekali lagi tenanglah, aku tak akan memintamu kembali menganggapku ada sebagai
orang yang berarti. Anggaplah aku sebagai orang lain, jika itu bisa membuatku
leluasa membantumu berubah menuju jalan yang lebih baik.
Tidak sayang, jangan tersinggung.
Jalanmu sudah baik, tapi alangkah lebih baik lagi jika jalan yang kau tempuh
sesuai dengan jalan yang Dia minta bukan? Ku mohon sayang...Mengertilah..
Aku terlampau bodoh dahulu dalam
memaknai agamaku. Aku terlampau menganggap hal semacam kerudung ini adalah hal
sepele yang tak terlalu mengganggu. Tapi lihatlah. Sekarang aku bahkan menyesal
telah berlama-lama dalam kebodohan itu,sayang. Lihatlah, aku kini bahkan sangat
menyesal....
Dahulu, aku punya waktu
bersamamu. Banyak sekali. Boleh jadi aku termasuk orang yang kau percaya.
Termasuk orang yang kau sayang. Dan termasuk orang yang boleh jadi berpengaruh
dalam kehidupanmu. Tapi lihatlah kelakuanku waktu itu. Aku bahkan jadi orang
yang tak peduli dengan apa dan bagaimana penampilanku.
Kini aku merengek memintamu
berubah. Disaat aku bukan lagi orang terdekatmu. Apa kau mau mendengarku? Ku
mohon,kali ini dengar aku......
Kau takut sendirian
berubah,Sayang? Kalau kau mau. Aku bisa mebantumu. Apa yang kau butuhkan aku
bisa memberimu. Jika tak ada, aku bisa mengusahakannya untukmu.
Kau tahu aku berubah sendirian ditengah-tengah
orang yang mencaciku dengan penampilan baruku waktu itu. Aku bertahan sendiri. Seorang
diri ditengah-tengah hinaan atas nama kesoksucian diriku. Sayang..Aku tahu itu
lebih dari menyakitkan dari perpisahan kita waktu itu. Jika itu yang kau
takutkan, aku siap berada disampingmu. Menutup telingamu dari hinaan-hinaan
itu. Ku mohon dengarlah aku,sayang.....
Aku ditinggal beberapa teman
sepermainanku karena penampilanku. Aku takut sendirian sementara kau waktu itu
tak bersamaku,Sayang. Aku berdo’a padaNya, terus-terusan tanpa henti. Sampai aku
tahu, teman-teman itu digantikan lagi yang seiman,seagama lagi sejalan dengan
kita. Jika itu juga yang kau takutkan. Aku berjanji. Akan disini untukmu ketika
teman-temanmu pergi menjauhimu. Ku mohon dengarlah aku,sayang.....
Tak ada yang lebih
aku harapkan lagi tentangmu selain itu.
Aku ingin melihatmu
dengan kerudung terulur tanpa jeans ketat yang melekuk tubuhmu...
Aku sungguh
menyayangimu karena Allah,sayang.
Aku tidak ingin
pertemuan di dunia nyata lagi, aku ingin bertemu kau di tempat yang lebih indah
dari pada dunia dan seisinya. Aku ingin bertemu kau di syurgaNya sayang....
Aku mohon kali ini,
cobalah kau sentuh kerudung pertamaku itu dengan cinta...
Lekatkanlah ia
dikepalamu, julurlkanlah ia.
Demi Allah, kau pasti
cantik –walau aku tak bisa melihatmu—tapi setidaknya aku yakin, kau terlihat
cantik di mataNya....
Sayang. Kau boleh tak
mendengarkanku dalam hal lain, tapi aku mohon.
Dari hati yang benar-benar merendah dan tak
merasa lebih suci darimu..
Aku berharap kau
berbaik hati membuat harapanku menjadi kenyataan...
Aku tunggu....kapanpun...
Dan aku akan
membantumu dari sini. Dalam do’a dalam untaian cintaku padaNya...
Setidaknya aku tak
akan bosan mengingatkanmu,Sayang..
Tak akan. Tak akan
pernah bosan...
No comments:
Post a Comment