♫♬

Sunday, July 13, 2014

Untaian Harapan

Bacalah tulisan ini. Dari awal hingga akhir. Jangan bosan dahulu, ku mohon bacalah. Perlembutlah hatimu dahulu. Semoga Allah membantumu,Sayang. Ingat, kau boleh menutup terlingamu dengan apa yang aku katakan. Tapi aku mohon, bacalah apa yang aku tulis...


Aku baru sadar, ada yang lebih penting dari sekadar mengharapkanmu kembali di sini. Untuk mengukir cerita berbalut cinta kasih dalam ikatan pertemanan seperti dulu. Aku tak lagi menginginkannya,Sayang. Tidak untuk kembali, tidak untuk membiarkanmu pergi.

Tingkat kerinduanku kini meningkat pesat,Sayang. Ada rindu dalam diamku, ada harapan dalam bisuku. Tenang. Sekali lagi tenanglah, aku tak akan memintamu kembali menganggapku ada sebagai orang yang berarti. Anggaplah aku sebagai orang lain, jika itu bisa membuatku leluasa membantumu berubah menuju jalan yang lebih baik.

Tidak sayang, jangan tersinggung. Jalanmu sudah baik, tapi alangkah lebih baik lagi jika jalan yang kau tempuh sesuai dengan jalan yang Dia minta bukan? Ku mohon sayang...Mengertilah..

Aku terlampau bodoh dahulu dalam memaknai agamaku. Aku terlampau menganggap hal semacam kerudung ini adalah hal sepele yang tak terlalu mengganggu. Tapi lihatlah. Sekarang aku bahkan menyesal telah berlama-lama dalam kebodohan itu,sayang. Lihatlah, aku kini bahkan sangat menyesal....

Dahulu, aku punya waktu bersamamu. Banyak sekali. Boleh jadi aku termasuk orang yang kau percaya. Termasuk orang yang kau sayang. Dan termasuk orang yang boleh jadi berpengaruh dalam kehidupanmu. Tapi lihatlah kelakuanku waktu itu. Aku bahkan jadi orang yang tak peduli dengan apa dan bagaimana penampilanku.

Kini aku merengek memintamu berubah. Disaat aku bukan lagi orang terdekatmu. Apa kau mau mendengarku? Ku mohon,kali ini dengar aku......

Kau takut sendirian berubah,Sayang? Kalau kau mau. Aku bisa mebantumu. Apa yang kau butuhkan aku bisa memberimu. Jika tak ada, aku bisa mengusahakannya untukmu.
Kau tahu aku berubah sendirian ditengah-tengah orang yang mencaciku dengan penampilan baruku waktu itu. Aku bertahan sendiri. Seorang diri ditengah-tengah hinaan atas nama kesoksucian diriku. Sayang..Aku tahu itu lebih dari menyakitkan dari perpisahan kita waktu itu. Jika itu yang kau takutkan, aku siap berada disampingmu. Menutup telingamu dari hinaan-hinaan itu. Ku mohon dengarlah aku,sayang.....

Aku ditinggal beberapa teman sepermainanku karena penampilanku. Aku takut sendirian sementara kau waktu itu tak bersamaku,Sayang. Aku berdo’a padaNya, terus-terusan tanpa henti. Sampai aku tahu, teman-teman itu digantikan lagi yang seiman,seagama lagi sejalan dengan kita. Jika itu juga yang kau takutkan. Aku berjanji. Akan disini untukmu ketika teman-temanmu pergi menjauhimu. Ku mohon dengarlah aku,sayang.....

Tak ada yang lebih aku harapkan lagi tentangmu selain itu.
Aku ingin melihatmu dengan kerudung terulur tanpa jeans ketat yang melekuk tubuhmu...
Aku sungguh menyayangimu karena Allah,sayang.
Aku tidak ingin pertemuan di dunia nyata lagi, aku ingin bertemu kau di tempat yang lebih indah dari pada dunia dan seisinya. Aku ingin bertemu kau di syurgaNya sayang....
Aku mohon kali ini, cobalah kau sentuh kerudung pertamaku itu dengan cinta...
Lekatkanlah ia dikepalamu, julurlkanlah ia.
Demi Allah, kau pasti cantik –walau aku tak bisa melihatmu—tapi setidaknya aku yakin, kau terlihat cantik di mataNya....
Sayang. Kau boleh tak mendengarkanku dalam hal lain, tapi aku mohon.
 Dari hati yang benar-benar merendah dan tak merasa lebih suci darimu..
Aku berharap kau berbaik hati membuat harapanku menjadi kenyataan...
Aku tunggu....kapanpun...
Dan aku akan membantumu dari sini. Dalam do’a dalam untaian cintaku padaNya...
Setidaknya aku tak akan bosan mengingatkanmu,Sayang..
Tak akan. Tak akan pernah bosan...



No comments:

Post a Comment