Bee, harusnya kau di sini
dengarkanku. Menjadi salah satu pelipur lara juga penyemangat dalam nyataku.
Tapi kenapa kau malah enggan menghabiskan waktu duduk bersamaku? Sekejap
saja--- ah terlalu munafik jika aku tak rindukan sapaan hangatmu. Yang sekarang
adalah hal yang paling langka untuk kutemui.
Aku kadang ingin membuat semua
masa lalu itu kembali,Bee-- Dalam nyataku, dalam hidupku. Tapi, apalah. Semua
semacam mimpi buruk disiang bolong. Yang tak pernah nyata tapi menyakitkan.
Kalimat yang kutulis rasanya
hambar. Paragraf yang ada rasanya tak mengesankan. Kau tahu kenapa, Bee—Sebab
rasanya percuma merangkai kata yang –menurutku—hampir indah, tapi nyatanya
bahkan tak dianggap ada oleh beberapa kalangan. Kau tau yang lebih menyakitkan,Bee?
Iya, kalangan yang tak menganggap
itu bahkan adalah kalangan yang paling dekat dengan denyut nadiku. Orang yang
ada atau tidaknya berpengaruh besar dalam hidupku. Kau tahu,bukan? Ah, kau
sudah pasti tahu,Bee—Semua ceritaku dari awal mengenai kecintaanku ini. Semua
sudah kutumpahkan denganmu. Itu sebabnya, rasanya sekarang aku ambruk. Mimpiku
ikut runtuh. Harapanku apalagi, pecah terbelah dua bisa jadi lebih parah.
Bee---kau tak berniat membuatku
bangkit? Yah, aku ingat kata-katamu. Dengan atau tanpamu harusnya aku bisa
berdiri sendiri. Aku harus bisa bangkit dengan kaki dan semangatku sendiri.
Sungguh Bee—aku sudah melakukannya. Entahlah. Semua menyeretku dengan paksa ke
lubang yang sama;masa lalu.
Fikiranku melayang terbang
bersama mimpiku,Bee—Melesat jauh ke angkasa. Berterbangan. Menggantung. Entah
ada yang peduli entah tidak. Hal demikian selalu aku lakukan. Menggantungkan
mimpiku setinggi tingginya. Agar kelak, ketika aku mencapai mimpi itu. Akan ada
banyak cerita dibaliknya. Ah, payah. Sebelum aku mencapai separuh dari mimpiku,
semangat itu luntur,Bee---
Ku tahu kau mengerti maksudku.
Tapi aku tak pernah mengerti kenapa kau enggan
kembali.............................
No comments:
Post a Comment