♫♬

Tuesday, July 8, 2014

Menulis Gerilya

Aku tak bisa berhenti ternyata. Sebab sampai sekarang hanya tulisan yang mampu mendengarku. Yang mau meluangkan waktu untuk sekadar menjadi aplikasi kekecewaanku.
Aku tak menyalahkan siapapun yang tak pernah mendengarku lagi. Aku tahu, semua manusia berhak memilih jalannya. Termasuk memilih pergi dan meninggalkanku dalam keterpurukan ini. Ah, apakah ini titik terburuk yang aku alami?

Aku mencoba berfikir positif dengan keadaan. Dengan semua rencana Allah yang belum bisa ku cerna dengan baik. Mencoba menelaah kata-kata “Allah tergantung pada prasangka hambaNya” Aku belajar untuk tidak menangis disaat semua tak menganggapku berarti walau akhirnya air mata itu malah semakin menjadi dan terlampau menyesakkan.

Ah ya, aku harus menjadi diriku sendiri. Harus mengejar apa yang aku impikan. Dan harus menjadi muslimah yang tangguh tanpa membangkang.

Kau tahu? Sssst! Sekarang, aku menulis secara diam-diam. Ah tak perlulah mereka –orangtuaku—tahu apa saja yang aku tulis dan event apa saja yang aku ikuti. Aku menulis disaat mereka terlelap. Dan terlelap disaat mereka terjaga. Biarlah, dengan begitu tak ada lagi sarkasme dari mereka. Karena yang mereka tahu, aku tak menulis lagi..

MENULIS GERILYA!
Diam-diam tapi menghasilkan karya. Aku belajar kebal beridiri tanpa dukungan. Berdiri tanpa semangat. Aku...harus bisa. Dengan atau tanpa mereka. Bagaimanpun, sudah ku katakan walau ini menyakitkan tapi ini cita-citaku. Selangkah menuju mimpi yang nyata...

Iya...Mungkin menulis diam-diam itu adalah solusi yang kutemui dalam diamku....



No comments:

Post a Comment