Bahagia
itu pilihan, hidup dan kehidupan juga terus berjalan,sayang..
Aku ingin lebih lama lagi disini,
menunggu semua kembali seperti harapku selama kurang lebih 730 hari. Namun,
hatiku tak mampu lagi sekeras baja. Hatiku sudah terlampau rapuh dan akhirnya
mengalah dengan takdir. Aku masih menyayangimu,sangat. Tapi kenyataan membuatku
harus mundur dan mengerti bahwa hidup tak selamanya berjalan seperti kemauan.
Benar, jika kebanyakan orang berkata hidup itu tak mudah. Sebab selama ini juga
hidupku benar-benar tidak baik-baik saja. Kau tahu kan? Boleh jadi kau
sebenarnya mengerti seberapa banyak peristiwa yang aku tulis tentangmu. Boleh
jadi kau mengerti seberapa banyak air mataku mengalir dan masih dengan satu
harapan “Semua akan baik-baik saja”.
Aku
hanya mampu menulis ketika kau berhenti mendengar apa yang aku katakan. Setelah
apa yang aku tulis juga terlalu membuatmu pusing. Apa aku juga harus berhenti
menulis? Entahlah. Aku sempurna tidak mengerti bagaimana jalan
pikiranmu,sayang..
Terlalu
menyakitkan untuk terus berdiri disini menunggumu. Pada akhirnya, kau juga
pergi sejuahnya. Lebih jauh dari semula. Tidak, bahkan menyapaku atau untuk
menegurku saja tidak pernah kau lakukan. Sempurna, kau memang penulis skenario
yang sempurna,sayang..
Katanya,
batu bisa rapuh ketika terkena air setetes secara terus menerus. Tapi, kenapa
hatimu tidak tersentuh sama sekali dengan apa yang aku lakukan? Apa itu
tandanya hatimu lebih keras dari batu? Tidak apa-apa. Aku mengerti, aku memang
tidak cukup pantas untuk dihargai lagi.
Yang
di harapkan dan yang paling disayang, akan kalah dengan orang yang lebih
mengerti dan mau menggenggam,sayang...
Jadi,
kesimpulannya adalah apa yang harus aku lakukan ketika hatiku mengisyaratkan
untuk berhenti tetapi fikiranku masih ingin berusaha menulis dan mengajakmu
kembali?
Tulisan ini dari sini. Dari sudut
aku yang kau lupakan...
Temanku;sayang.
No comments:
Post a Comment