Sekuat apapun aku
bertahan pada nyatanya kami tak akan pernah bisa berjalan bersama sampai titik
akhir.
Sebisa apapun aku
bersabar, pada akhirnya sabarku akan berbuah pada sebuah perpisahan.
Bagaimana, itu
sekarang tanyaku.
Bagaimana kami
bisa berjalan dengan nama perbedaan? Jujurlah rasaku, semuanya hancur lebur tak
tersisa. Sekali, aku pernah merasakan begitu menyayangi umatMu yang sama
denganku. Sama-sama menyembahMu, tapi apalah Tuhan? Bahkan dia pun sekarang tak
mampu aku rangkul menuju jalanMu.
Kenapa, itu tanya
keduaku.
Kenapa Tuhan
memberikanku rasa pada orang-orang yang tak sejalan? Yang tak membaca kitab
yang sama dengan apa yang kubaca? Tak menyembah padaMu juga? Dan tak bersujud
pada Tuhan yang sama, Tuhan?
Jikalah pada
akhirnya kami terpisah, untuk apa rasa peduli itu ada?
Tuhan, maaf aku
banyak bertanya tentang apa-apa yang telah Kau takdirkan. Tapi sungguh, rasanya
aku begitu bebal untuk menerima cerita yang kadang tak seusai nalar.
Tuhan,
Aku pernah
mencintai umatMu, seperti aku mencintai diriku sendiri, bahkan aku lebih
mencintainya daripada aku mencintai diriku sendiri. Alasan terbesarku adalah
ingin menjadi orang yang Kau masukkan dalam syurgaMu karena saling mencintai
karenaMu. Tapi, sungguh, usahaku juga berujung sia-sia.
Dan sekarang,
ketika rasa peduli itu semakin kental. Dan dia menjadikanku subjek yang tak
pernah terlupa, kenapa perbedaan itu menjadi penghalang?
Aku tahu diri,
tak mungkin aku mencampur adukkan agama dengan perasaan peduliku. Tak mungkin
aku tiba-tiba menyembah apa yang ia sembah. Dan aku tak mungkin berpaling dari
apa yang aku kenakan ke apa-apa yang ia pakai.
Tapi Tuhan,
kenapa yang beda selalu lebih baik dari pada yang sama? Kenapa apa yang tak bisa
Kau satukan selalu lebih indah dari pada apa yang seharusnya bisa sejalan?
Tuhan, aku
tahu...
Kau mengerti
bagaimana peduliku selalu bertaut untuk hambaMu yang satu itu. Untuk hambaMu
yang selalu aku rindukan dalam malamku, yang selalu aku inginkan menjadi satu
dari beberapa orang yang menjadi pelipur laraku.
Aku menyerah
untuk bersatu, rasanya lelah.
Kini Kau sekali
lagi mengujiku dengan perbedaan.
Yang sama saja
sampai sekarang tak Kau satukan, apalagi yang jelas-jelas berbeda,Tuhan?
No comments:
Post a Comment