♫♬

Sunday, October 12, 2014

Dalam Perbedaan

Sekuat apapun aku bertahan pada nyatanya kami tak akan pernah bisa berjalan bersama sampai titik akhir.

Sebisa apapun aku bersabar, pada akhirnya sabarku akan berbuah pada sebuah perpisahan.

Bagaimana, itu sekarang tanyaku.
Bagaimana kami bisa berjalan dengan nama perbedaan?  Jujurlah rasaku, semuanya hancur lebur tak tersisa. Sekali, aku pernah merasakan begitu menyayangi umatMu yang sama denganku. Sama-sama menyembahMu, tapi apalah Tuhan? Bahkan dia pun sekarang tak mampu aku rangkul menuju jalanMu.

Kenapa, itu tanya keduaku.
Kenapa Tuhan memberikanku rasa pada orang-orang yang tak sejalan? Yang tak membaca kitab yang sama dengan apa yang kubaca? Tak menyembah padaMu juga? Dan tak bersujud pada Tuhan yang sama, Tuhan?

Jikalah pada akhirnya kami terpisah, untuk apa rasa peduli itu ada?

Tuhan, maaf aku banyak bertanya tentang apa-apa yang telah Kau takdirkan. Tapi sungguh, rasanya aku begitu bebal untuk menerima cerita yang kadang tak seusai nalar.

Tuhan,
Aku pernah mencintai umatMu, seperti aku mencintai diriku sendiri, bahkan aku lebih mencintainya daripada aku mencintai diriku sendiri. Alasan terbesarku adalah ingin menjadi orang yang Kau masukkan dalam syurgaMu karena saling mencintai karenaMu. Tapi, sungguh, usahaku juga berujung sia-sia.

Dan sekarang, ketika rasa peduli itu semakin kental. Dan dia menjadikanku subjek yang tak pernah terlupa, kenapa perbedaan itu menjadi penghalang?

Aku tahu diri, tak mungkin aku mencampur adukkan agama dengan perasaan peduliku. Tak mungkin aku tiba-tiba menyembah apa yang ia sembah. Dan aku tak mungkin berpaling dari apa yang aku kenakan ke apa-apa yang ia pakai.

Tapi Tuhan, kenapa yang beda selalu lebih baik dari pada yang sama? Kenapa apa yang tak bisa Kau satukan selalu lebih indah dari pada apa yang seharusnya bisa sejalan?

Tuhan, aku tahu...
Kau mengerti bagaimana peduliku selalu bertaut untuk hambaMu yang satu itu. Untuk hambaMu yang selalu aku rindukan dalam malamku, yang selalu aku inginkan menjadi satu dari beberapa orang yang menjadi pelipur laraku.

Aku menyerah untuk bersatu, rasanya lelah.
Kini Kau sekali lagi mengujiku dengan perbedaan.
Yang sama saja sampai sekarang tak Kau satukan, apalagi yang jelas-jelas berbeda,Tuhan?


No comments:

Post a Comment