♫♬

Wednesday, October 29, 2014

Gelar Itu Sulit Kusandang

Semoga akhirnya Tuhan mendengar dan mengabulkan pintamu.

Pertama, aku belum pernah mengomentari perubahanmu. Jika boleh jujur, ada rasa bahagia yang tak tersampaikan melihatmu berubah. Entah karena siapa, entah karena apa. Tapi sebuah alasan rasanya tak cukup penting dalam takaran perubahan.

Aku tahu betul kau berjuang mati-matian untuk perubahan itu. Syukurnya usahamu itu berhasil. Aku tak berpikir bahwa perubahanmu dikarenakan olehku, toh pada akhirnya karena atau tanpaku pun perubahan itu didasarkan atas kewajiban. Tapi sekali lagi, aku bangga dengan perubahanmu.

Kedua, sampai detik ini. Aku tak pernah bisa memposisikan diriku sebagai sahabatmu. Karena aku rasanya jauh dari kata ‘sahabat’. Untuk takaran sahabat, kau memang sudah masuk dalam daftar yang diidamkan. Kau penyayang, penyabar, baik, perhatian juga pendengar yang setia. Bukan itu masalahnya, masalahnya adalah aku belum sepenuhnya pantas.

Aku selalu merasa bersalah dengan gelar yang kau berikan. Dengan kata-kata yang kau tuliskan, dengan perhatian yang kau sematkan, dan dengan rindu yang kau pintal. Aku tak ingin menjadikan orang ‘sahabat’ hanya dengan gelar,Sayang. Untuk apa? Pada akhirnya jika kita saling pergi, samar dan hilang tanpa kabar.

Kau baik, dan aku rasanya terlalu jauh dari kebaikan.
Maka izinkan aku menjadi temanmu tanpa gelar sahabat itu. Gelar itu terlalu berat untuk aku sandang ketika di lain sisi aku jarang sekali ada ketika kau butuhkanku. Iyakah itu sahabat,Sayang?

Jangan buatku merasa bersalah dengan keadaan. Aku menyayangimu, sama seperti aku menyayangi orang-orang sebelumnya yang berarti dalam hidupku. Namun sekali lagi, biarkan ukhuwah kita terjalin tanpa embel-embel persahabatan.

Persahabatan itu akan terjalin dengan sendirinya, aku yakin itu. Biarkan prosesnya alam yang menentukan. Jika pada akhirnya kita disatukan dalam persahabatan, kau dan aku akan saling melengkapi, saling berbagi, saling disatukan untuk ada, dan akan di dekatkan hatinya.

Benar, aku menyayangimu sama seperti yang kau utarakan dalam tulisanmu. Terimakasih kau berbahagia dengan apa yang aku raih, dengan usahaku yang berbuah hasil. Kuharap kau juga temukan bahagiamu, dan mampu gapai impimu.

Kau, yang tak pernah jenuh memanggilku sahabat di saat aku rasanya terlampau jauh tersesat. Kiranya aku mampu membantumu, aku akan bantu. Jika kiranya kau juga ingin sepertiku, aku rela memberikan apa yang aku miliki. Bukan karena aku berbalas budi, tapi karena kau memang pantas untuk mendapatkannya.


Sekali lagi terimakasih, sayang..

1 comment: