Semoga akhirnya Tuhan mendengar dan mengabulkan pintamu.
Pertama, aku belum pernah mengomentari perubahanmu. Jika boleh
jujur, ada rasa bahagia yang tak tersampaikan melihatmu berubah. Entah karena
siapa, entah karena apa. Tapi sebuah alasan rasanya tak cukup penting dalam
takaran perubahan.
Aku tahu betul kau berjuang mati-matian untuk perubahan itu.
Syukurnya usahamu itu berhasil. Aku tak berpikir bahwa perubahanmu dikarenakan
olehku, toh pada akhirnya karena atau tanpaku pun perubahan itu didasarkan atas
kewajiban. Tapi sekali lagi, aku bangga dengan perubahanmu.
Kedua, sampai detik ini. Aku tak pernah bisa memposisikan
diriku sebagai sahabatmu. Karena aku rasanya jauh dari kata ‘sahabat’. Untuk
takaran sahabat, kau memang sudah masuk dalam daftar yang diidamkan. Kau
penyayang, penyabar, baik, perhatian juga pendengar yang setia. Bukan itu
masalahnya, masalahnya adalah aku belum sepenuhnya pantas.
Aku selalu merasa bersalah dengan gelar yang kau berikan. Dengan
kata-kata yang kau tuliskan, dengan perhatian yang kau sematkan, dan dengan
rindu yang kau pintal. Aku tak ingin menjadikan orang ‘sahabat’ hanya dengan
gelar,Sayang. Untuk apa? Pada akhirnya jika kita saling pergi, samar dan hilang
tanpa kabar.
Kau baik, dan aku rasanya terlalu jauh dari kebaikan.
Maka izinkan aku menjadi temanmu tanpa gelar sahabat itu.
Gelar itu terlalu berat untuk aku sandang ketika di lain sisi aku jarang sekali
ada ketika kau butuhkanku. Iyakah itu sahabat,Sayang?
Jangan buatku merasa bersalah dengan keadaan. Aku
menyayangimu, sama seperti aku menyayangi orang-orang sebelumnya yang berarti
dalam hidupku. Namun sekali lagi, biarkan ukhuwah kita terjalin tanpa
embel-embel persahabatan.
Persahabatan itu akan terjalin dengan sendirinya, aku yakin
itu. Biarkan prosesnya alam yang menentukan. Jika pada akhirnya kita disatukan
dalam persahabatan, kau dan aku akan saling melengkapi, saling berbagi, saling
disatukan untuk ada, dan akan di dekatkan hatinya.
Benar, aku menyayangimu sama seperti yang kau utarakan dalam
tulisanmu. Terimakasih kau berbahagia dengan apa yang aku raih, dengan usahaku
yang berbuah hasil. Kuharap kau juga temukan bahagiamu, dan mampu gapai impimu.
Kau, yang tak pernah jenuh memanggilku sahabat di saat aku
rasanya terlampau jauh tersesat. Kiranya aku mampu membantumu, aku akan bantu. Jika
kiranya kau juga ingin sepertiku, aku rela memberikan apa yang aku miliki. Bukan
karena aku berbalas budi, tapi karena kau memang pantas untuk mendapatkannya.
Sekali lagi terimakasih, sayang..
terima kasih wulan. teman terbaikku :')
ReplyDelete