Aku memang teramat jarang menulis tentangmu. Menulis tentang
jarak. Merangkai kata tentang pertemuan maya. Aku kerap kali bingung, apakah
bahagiaku juga semu? Rasanya, aku memang jarang sekali memikirkanmu. Tapi
pernah. Aku rasanya berat sekali untuk berandai-andai bertemu. Bukan tak ingin,
bukan tak mau. Tapi berkali-kali aku coba tuk kuatkan hati. Dan ternyata aku
belum mampu untuk terluka sekali lagi.
Aku hanya bisa berusaha dengan apa yang ada. Dengan
sisa-sisa hati, rasa, dan juga bahagia sebagai janji-janji Tuhan atas “Kemudahan
di balik kesulitan” aku mencoba berbaik hati pada orang lain, meski hatiku
tidak baik-baik saja.
Aku sebenarnya merasa kamu sama sepertinya.
Bukan, tidak bermaksud menyamakan. Jujur saja, berbicara
denganmu tak membuatku bosan. Kamu selalu bisa membuatku tertawa dengan caramu.
Pun, dia melakukan itu dahulu. Sekali lagi, aku terpaksa terseret ke masa-masa
buruk itu.
Semacam CD rusak yang hanya berputar di situ-situ saja.
Kepalaku juga, yang ada hanya kisah-kisah buruk, trauma ditinggalkan, juga
takut untuk terlalu berharap sebuah “persatuan” atas nama kesetiaan.
Aku tak sering berkata ini kepadamu.
Tapi, rasa-rasanya kamu perlu tahu. Siapapun orang
terdekatku dahulu, siapapun sahabatku sekarang, siapapun orang yang paling
sering aku temui. Kamu tetap ada dalam hatiku.
Statusmu sebagai Adikku –meski umur kita tak jauh beda—akan
tetap sama. Dan bagaimanapun, seorang adik tak semestinya hilang dari hati
seorang kakak.
InsyaAllah semoga Allah menyatukan kita.
#Mbob
No comments:
Post a Comment