♫♬

Sunday, October 26, 2014

Kupikir Tuhan....

Rinduku kadang memuncak, tapi aku tak pernah bisa mengungkapkan. Rasanya pengungkapan malah memperburuk suasana. Memperburuk keadaan yang nyatanya jauh lebih dahulu buruk. Bongkahan rindu itu kuharap longsor bersama kecewa demi kecewa yang kau jejalkan setiap hari.

Tak lagi aku ingin berandai-andai, nyatanya tetap saja yang menang itu bukan aku. Mungkin, aku terlalu payah untuk berlari mendekatimu, atau kau yang terlalu lihai untuk memintal jarak di antara kita?

Entahlah, rasanya aku tak pernah keluar dari cerita buruk ini. Tersungkur di kubangan cerita masa lalu yang harusnya telah kering.  Terjerembab dalam kobaran rasa yang harusnya telah padam.

Cerita pahit itu, kenangan masa lalu, caramu menyakinkanku. Semua selalu berkeliaran dan menjadwal hadir dalam isi kepalaku. Nyatanya sekarang, kupikir kau tak lebih dari sekadar pengganggu lamunan.

Kupikir Tuhan menciptakanmu untuk melangkah bersamaku, tapi ternyata Tuhan menciptakanmu untuk membuat aku tahu rasanya terlupakan.

Kupikir Tuhan menciptakanmu untuk memberikan bahumu, tapi ternyata Tuhan menjadikanmu perantara agar aku berjuang mencari sahabat yang rela memberikan bahunya cuma-cuma untukku.

Kau, yang kupikir tak sampai hati menyakitiku bahkan menjadi orang yang paling tega melihatku berjuang mati-matian hanya demi sebuah tali yang telah putus itu kembali.

Kau, yang kupikir paling berbaik hati nyatanya menjadi orang yang paling keras hatinya untuk sekadar memberikan senyum walau hanya sesekali.

Duhai, aku sekarang ingin memelukmu seperti aku memeluk mereka ketika aku rindukan mereka di hariku. Aku ingin melihat seutas senyummu yang kau rakit untukku. Aku ingin kembali bersenda gurau. Dan aku ingin, Tuhan menjadikanmu pelipur laraku. Bukan menjadikanmu alasan laraku.

No comments:

Post a Comment