“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian
melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.”
HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh
Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 92
Awalnya aku tak
percaya. Bahwa ada persahabatan yang terjalin bukan karena hal duniawi. Aku menganggap
persahabatan adalah omong kosong. Sebab nyatanya, beberapa kali aku menganggap
dan dianggap sahabat pada akhirnya saling menyakiti, mencaci dan lebih parah
dari itu. Kami saling membenci—tapi tidak untuk sekarang.
Hatiku beberapa
kali dipatahkan oleh orang yang kusebut sahabat. Dan barangkali, aku mematahkan
separuh dari hati orang yang menganggapku sahabat. Ah, simbiosis macam apa
sahabat ini? Kerap kali aku mendapatkan duka, beberapa kali bahagia mereka aku
sempat jadi orang yang terlupa. Lalu, siapa aku di mata mereka?
Tuhan, aku
sempat bertanya. Apakah ada orang yang saling mencintai karenaMu atas nama
persahabatan? Aku rindu mengenalMu lebih jauh dengan perantara malaikat tak bersayap yang sering
disebut-sebut sebagai sahabat.
Tuhan, aku
sering bermimpi. Memiliki sahabat dengan cinta dalam hati. Bertautan ayat-ayat
cintanya ketika bersimpuh dihadapanMu.
Tuhan,
pertanyaan itu dulu tak pernah terjawab. Tapi sekarang aku bisa menjawabnya. Bukan
hanya menjawab, tapi aku merasakan.
Bahwa benar,
memang ada persahabatan dengan dasar cintanya padaMu.
Bahwa benar,
memang ada rasa cinta yang tumbuh karena ingin berjalan bersama menuju
ridhaMu..
Malaikat tak
bersayap itu memang nyata. Ada di dekatku. Dalam hembusan napasku. Dia selalu
ada, dalam rindu yang menggebu, dalam setiap bait cerita yang kuukir dalam
untukMu..
Ya Allah
Tuhanku yang Maha pengasih...
Akhirnya, aku
tak hanya bermimpi. Ini semua nyata. Sahabat itu ada, mengisi kekosongan di
sela jemariku sebelum akhirnya jodoh yang Kau tuliskan mengisinya.
Aku merasakan, bahwa
ada cinta dalam hatinya karenaMu. Ada rindu yang ia sematkan dalam hidupku juga
karenaMu.
Allahu Rabbi..
Jika aku boleh
meminta, aku ingin rasakan persahabatan ini sampai nanti...
Sampai akhirnya
aku dan dia benar-benar menuju JannahMu,Ya Rabbi..
Jika memang
kami harus berpisah dikemudian hari, biarkanlah kami berpisah juga karenaMu...
Aamiin.
“Tali
iman yang paling kuat adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.”
(HR. At-Tirmidzi).
“Barangsiapa
yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan
tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya.” (HR. Abu
Dawud dan At-Tirmidzi).
“Tidaklah dua orang yang saling mencintai karena Allah atau karena Islam
kemudian berpisah kecuali salah satu dari ke duanya telah melakukan dosa.” (HR.
Bukhari)
No comments:
Post a Comment